Diah memainkan ponselnya dengan bosan sambil menunggu kelas sepi, ia tengah menunggu Maja selesai piket sekaligus menunggu Rifan untuk kembali. Ia ingin menanyakan ekstra mana yang dia daftarkan seenaknya.
Diah mendesah panjang dan meletakan ponselnya, ia memandang langit dari jendelanya sambil bersandar. Ia tidak pernah menikmati suasana tenang yang langka ini saat dia berada disana, ia cukup senang sekolah ini sangat berbeda dengan di sana.
Rifan melihat Diah yang tengah bersadar pada jendela, ia berjalan mendekatinya dan berniat mengejutkannya. "Diah!"
Diah tersentak kaget dan melihat seseorang yang menghalangi pandangannya, ia melemparkan tatapan tidak senang pada pelaku tersebut kemudian mendengus kesal.
Rifan menaikkan sudut bibirnya untuk menahan tawa saat melihat Diah terlihat cukup imut.
"Ayo kita kembali!" Rifan mengetuk kaca jendela yang menjadi pembatas antara mereka.
Diah mengacuhkannya dan berbalik memunggunginya.
Rifan menghela nafas kemudian memasuki kelas, ia dapat melihat Diah tengah memasukan buku-bukunya dan dia segera berlutut di depannya.
"Ayo naik!"
Diah menatap punggungnya ragu dan mengalihkan pandangan berharap meminta bantuan dari Maja, tetapi sayangnya dia tidak melihat Maja sama sekali bahkan murid kelasnya yang lain juga telah menghilang. Ia melemparkan pandangan menuduh pada pelaku yang menyebabkan mereka pergi.
"Ayo naik!" ucap Rifan sekali lagi karena Diah tidak segera menanggapinya.
Diah dengan enggan naik ke punggungnya dan melingkarkan tangannya ke leher Rifan, ia sebisa mungkin tidak menumpukan beratnya agar Rifan tidak kelelahan saat menggendongnya.
Setelah Diah naik, Rifan segera berdiri dan meninggalkan kelas, murid-murid lain sebagian besar telah kembali ke asrama mereka dan hanya mereka berdua yang masih ada di koridor. Cahaya orange semakin redup dan bulan perlahan naik, Rifan tidak menyangka waktu yang dia habiskan cukup lama di lab komputer untuk memecahkan kode dari perentas itu.
"Kamu habis berolahraga?" tanya Diah heran karena merasakan punggungnya yang basah.
"Tidak," bantah Rifan. "Aku berkeringat karena sedang berpikir." Saat ia menggunakan otaknya semaksimal mungkin untuk mengingat sesuatu, ia memang sering berkeringat seperti orang lari maraton.
Diah tidak mempercayai ucapannya dan tanpa disadari Rifan ia memutar matanya.
'Aku tidak tahu otaknya masih berfungsi,' dengusnya dalam hati.
"Ekstra mana yang kau daftarkan untukku?" Diah menahan diri agar tidak mengetuk kepalanya dengan keras.
"Aku mendaftarkanmu pada ekstra sastra," jawabnya santai tanpa rasa bersalah.
"Apa?" Diah terkejut hingga tanpa sadar berteriak tepat di telinga Rifan. "Kenapa kau mendaftarkanku ke sana?"
Rifan berhenti sejenak akibat suara Diah di telinganya. "Suaramu nyaring juga."
Diah mendelikan matanya dan tidak bisa menahan diri untuk tidak memukul kepalanya. "Kenapa kau seenaknya mendaftarkan ekstra untukku?!?! Bukan kau yang ingin mengikuti ekstra!"
Bukannya marah Rifan malah terkekeh saat melihat bayangan Diah di cermin yang terlihat lucu. "Tapi aku berada di ekstra sastra."
"Lalu apa urusanku jika kau berada di ekstra sastra? Aku tidak ingin masuk ke ekstra itu!" hardiknya keras.
Rifan bersenandung kemudian melanjutkan perjalanannya. "Ku lihat tulisan tanganmu cukup bagus dan kau pandai mengarang jadi kupikir ekstra sastra cocok untukmu." Saat pelajaran bahasa Diah terlihat nyaman dan dia menyukainya, apalagi tulisan tangannya terlihat indah dan Rifan menyukainya.
"Kata siapa aku menyukainya?" Diah menundukan kepalanya dan memikirkan karena tangannya lah dia tidak bisa hidup tenang di sana. "Aku tidak menyukai tulisanku," bisiknya pelan dengan mata sedih.
Sayangnya Rifan tidak melihat keadaan Diah, ia tetap melanjutkan perjalanan kembali ke asrama dan naik ke lantai 5 dengan susah payah. Ia mengatur nafasnya perlahan dan tubuhnya semakin berkeringat setelah sampai di lantai 5, tetapi dia mencoba bersikap biasa saja dihadapan Diah.
"Sudah sampai." Ia menurunkan Diah tepat di depan pintu kamarnya.
Diah berdiri bersandar pada pintu dan menatap Rifan. "Terima kasih."
Rifan mengangguk dan mengangkat tangannya. "Besok aku akan datang lagi jadi jangan melarikan diri, kucing kecil." Ia menggosok kepala Diah gemas.
Diah mengerucutkan bibirnya kesal karena diperlakukan seperti anak kecil, ia segera membuka pintu dan membantingnya tepat di depan Rifan.
Brakkk
Rifan hanya terkekeh melihat perilaku Diah, ia memasukan tangannya ke dalam saku celana dan mulai meninggalkan asrama perempuan. Ada hal penting yang harus dia diskusikan dengan Abi!
oOo
Rifan membuka pintu kamar dan melihat kedua temannya tengah berbaring di ranjang masing-masing sambil memainkan ponsel, ia berjalan ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya. Tak lama kemudian dia keluar dan berjalan mendekati Abi.
"Bi, gue butuh bantuan lo." Wajahnya berubah serius dan mengambil laptop di atas mejanya
"Ada apa?" Abi jarang melihat wajah Rifan yang serius seperti itu dan tandanya ada hal penting yang tidak bisa ia selesaikan sendiri.
Rifan tidak segera menjawabnya, ia menggeser meja di dekat ranjang Abi kemudian menyalakan laptopnya. "Gue gak bisa nanganin sendiri."
Abi menaikkan sebelah alisnya heran, ia tahu kemampuan Rifan lebih baik dari dirinya dan ia penasaran hal penting apa yang tidak bisa ia tangani sendiri.
Laptopnya telah menyala, ia segera masuk ke ms.word dan memasukan serangkaian kode program seperti yang dia lihat kemarin. Abi duduk di samping Rifan dan melihat apa yang di ditulisnya, ia mengerutkan dahinya ketika melihat serangkaian kode progam yang aneh.
"Apa ini?"
"Kemarin ada orang yang merentas laptop gue dan gak bisa gue tanganin," jelasnya singkat. "Kemudian gue lihat kode program perentas itu sedikit mirip dengan kode program tersembunyi di server sekolah, jika gue gak lagi gabut dan jelajahi database gue gak akan pernah menyadarinya."
"Kode programnya sangat aneh dan gue gak pernah lihat ada bahasa pemograman yang menggunakan struktur kode seperti ini."
Wajah Abi berubah serius setelah mendengar penjelasan Rifan, ia mengambil alih laptopnya dan mencoba menganalisis kode program tersebut. Matanya dengan teliti mengamati struktur kodenya dan dia berdecak dalam hati mengagumi kode program tersebut. Ia mengakui kode program itu sangat unik dan hebat, jika tebakannya benar maka kode program ini bisa digunakan untuk mempermudah eksekusi data.
"Fan, perentas ini sangat hebat, kode program yang dia gunakan cukup efesien," komentar Abi.
Rifan mengangguk setuju, "Walaupun sebagian besar gue bisa mengingat kode program tersebut, tetapi banyak hal yang gak gue mengerti dalam kode program ini, ini adalah pertama kalinya gue lihat kayak gini."
"Apa perentas itu meninggalkan pesan?" tanya Abi penasaran.
"Dia bilang akan kembali lagi malam ini." Rifan mengambil alih laptopnya kemudian menghapus kode program yang berhasil ia ingat.
"Sebenarnya apa yang dia cari dari lo?" Abi mengerutkan dahinya mencoba berpikir. "Apakah dia adalah suruhan 'mereka'?"
Rifan menggelengkan kepalanya. "Mereka tidak memiliki kemampuan untuk memperkerjakan perentas seperti dia, orang seperti dia terlihat bebas dan tidak terkekang jadi tidak mungkin dia akan bekerja di bawah orang lain." Walaupun Rifan tidak mengenal perentas tersebut tetapi instingnya mengatakan bahwa perentas itu adalah orang yang bebas dan dia sangat mempercayai instingnya.
"Jadi apa tujuannya merentas laptop lo? Apa lo punya musuh di luar sana?"
Rifan menggelengkan kepalanya sekali lagi. "Gue gak punya musuh selain 'mereka'!" matanya berubah dingin dan dia menggertakan giginya.
Abi menghela nafas saat melihat api permusuhan dari matanya yang tidak akan padam sebelum menghancurkan 'mereka'.
"Jadi apa yang akan lo lakuin sekarang?"
"Bantu gue lawan perentas ini," jawab Rifan dengan serius.
"Ok gue bantu." Abi bangkit dari ranjangnya dan mengambil laptopnya.
"Apa yang kalian lakukan?" Reynaldi berhenti memainkan ponselnya dan menatap kedua temannya yang bersikap aneh.
"Bukan apa-apa, lo abaikan aja kita," sahut Rifan sambil memasangkan charge ke laptopnya.
Reynaldi hanya menaikkan sebelah alisnya kemudian mendengus, jika mereka tidak membutuhkannya maka dia juga tidak akan repot-repot terlibat.
Abi telah mengambil laptopnya dan meletakan di atas meja, ia menarik kursi dan duduk di depan Rifan. "Gue siap," ujarnya setelah memasukan charge ke laptop untuk jaga-jaga jika baterainya habis.
Rifan mengangguk kemudian mengirimkan link pada Abi. "Buka link itu dan kita akan lawan dia."
Abi membuka link yang dikirimkan Rifan kemudian di kejutkan dengan serangkaian kode yang membuatnya pusing, ia memandang Rifan tidak percaya karena melawan perentas dengan kode program yang sangat aneh ini. "Ini serius?" Walaupun Abi telah melihat preview dari kode program tersebut tetapi dia tidak menyangka akan sehebat itu saat melihatnya secara langsung.
"Bi fokus! Kita harus bertahan dari serangannya." Rifan tidak menjawab pertanyaannya dan mendesak Abi agar fokus karena dia mulai kelelahan dengan perlawanan perentas tersebut.
Abi menutup mulutnya kemudian fokus dengan kode program di depannya, ia menguntuk dalam hati karena ternyata kode program itu sulit di pecahkan walaupun dilihat sekilas terlihat efesien dan unik. Sekarang dia tahu mengapa Rifan membutuhkan bantuannya untuk melawan perentas tersebut, bahkan jika dirinya melawan sendiri maka akan membuat rambutnya memutih dengan cepat karena sangking stresnya dia melawan perentas itu.
Reynaldi menurunkan ponselnya saat melihat kedua temannya yang berubah serius seolah-olah mereka menemukan lawan yang tangguh, sebenarnya dia berniat melihat apa yang sedang mereka lakukan tetapi dia tidak berani memecah suasana serius yang terlihat muram tersebut.
Lebih baik dia menahan diri agar mereka tidak marah.
"Sialan." Dengan marah Rifan memukul meja sambil melototi layar laptopnya.
Reynaldi tersentak kaget kemudian menutupi dirinya dengan selimut dan pura-pura tidur, Rifan akan berubah menyeramkan saat dia marah dan Reynaldi tidak ingin menerima imbasnya
Abi juga terlihat marah setelah mereka berjuang keras untuk mengalahkan perentas tersebut tetapi pada akhirnya mereka kalah dengan memalukan, bayangkan saja hanya dalam beberapa jam perentas itu berhasil mengalahkan mereka berdua.
"You're not alone."
Rifan melihat pesan yang ditinggalkan perentas itu pada layar laptopnya.
"You are lose and useless."
Mata Rifan melebar saat melihat kata 'useless' di depan matanya, ia dengan marah mengambil laptopnya dan membantingnya ke lantai. Nafasnya terengah-rengah karena marah sebab perentas itu mengingatkannya bahwa ia tidak berguna dan dia tidak bisa mengelaknya, dia sangat membenci kata tersebut.
"Rifan dia mengirim pesan ke laptop gue." Abi melirik laptopnya yang telah hancur kemudian melihat Rifan yang tengah menenangkan dirinya.
"Apa yang dia katakan?" Rifan menggertakan giginya dan mengepalkan tangan.
Abi melirik layar laptopnya kemudian menyampaikan pesan dari perentas tersebut.
"See you again."
-TBC-
~Forum Sekolah~
Sub Forum : RIFAN GET OUT!!!
Pengirim : @pejalankaki
Topik : Ini sangat LUCU!
Hahahahahah aku tertawa keras saat melihat Rifan menggendong Diah, ia terlihat kelelahan saat menaiki tangga ke lantai 5.
[PIC]
Komentar :
@toohandsome pppffffttttt- ayam lemah tetap ayam lemah *tertawa setan*
@dilandacinta hahahaha aku tidak pernah melihatnya seperti ini
@monstermalam ini adalah hal langka melihat Rifan melakukan ini
@rosebukanmawar kurasa tidak! sepertinya kita akan sering melihat hal seperti ini kedepannya.
@merpatipos aku juga berpikir seperti itu, menunggu penampilannya~~~
@toohandsome menunggu penampilannya~~~ +2
@vincenzo menunggu penampilannya~~~ +3
@theolan menunggu penampilannya~~~ +4
@anggurliberti menunggu penampilannya~~~ +5
@sayurmbak menunggu penampilannya~~~ +9999999999999