Bagas sudah menyelesaikan makan dan minumnya. Tiba-tiba ia berdiri dan berjalan ke arah ruang tivi. Jasmina kaget dan mengikuti langkahnya. "Ada apa ini tuan muda, kok aneh banget sikapnya", gumam Jasmina dalam hati. Ia kuatir Bagas masih ngambek karena ga diundang.
"Jasmina, temenin aku keluar bentar yuk", pinta Bagas. Kak Gading, Devon dan Rania dapat mendengar suaranya. Kontan mereka bertiga kompak menoleh ke arah belakang, melihat ada apa gerangan dengan Romeo dan Juliet. Tapi beberapa detik kemudian kembali menyaksikan tivi.
"Sekarang? Tapi kan udah malem Gas. Kita mau kemana?", jawab Jasmina santai.
"Ya keluar aja bentar, jalan-jalan di depan rumah aja", Bagas mulai ngomong dengan lebih serius.
"Tapi.. tapi... banyak nyamuk Gas", jawab Jasmina lagi. Ia sedang malessss banget keluar. Apalagi Devon ama Rania masih ada dirumah. Kali ini kak Gading kembali menoleh ke arah Jasmina, dengan tatapan "What the???".
"Bentar aja, aku mau bicara...", jawab Bagas agak kehilangan kesabarannya. Jasmina jadi grogi. Kalau di film-film, intonasi ini biasanya dipakai bila seseorang pengen putus gitu atau malah ngajak jadian.
"Ok baik baik, yuk... bentar ya Dev, I'll be back Rania, don't go anywhere. Ok?", pinta Jasmina ke arah tivi. Cuma Rania dan kak Gading yang menoleh ke belakang dan melambai tidak perduli. Devon pura-pura serius memperhatikan pertandingan. Padahal ternyata lagi iklan tuh.
"Mereka beneran pacaran gak sih? Kalo di sekolah mereka tuh pasangan yang gimana, Dev?", tanya kak Gading.
"Emang bisa kak mereka ga pacaran? Kan jelas-jelas udah jadian. Satu sekolah juga tau mereka pacaran", tanya Devon acuh.
"Agak aneh sih hubungannya. Apalagi tadi si Miko pake acara dateng kayak ngapel pacar lagi. Jasmina juga aneh sih ya. Kayak keduanya mau di samber gitu. Tadinya tuh gak pernah kepikiran ama cowok. Kurus dikit aja, langsung deh kemana-mana. Apa kita gendutin lagi aja dia ya hahahahahha", kak Gading bercanda sambil garuk-garuk kepala.
Tapi Devon tidak tertawa. Dia juga gak habis pikir sama sikap Jasmina. Devon cuma merasa, kedua cowok itu tidak tau potensi Jasmina seutuhnya. Ia merasa Jasmina sudah disia-siakan. Baik oleh kak Miko apalagi Bagas. Ia masih ingat tatapan Jasmina yang kosong ketika mengantar Bagas pergi dengan bunga dan coklat itu. Ia aja bisa merasakan pedihnya, bagaimana Jasmina. Bukankah mereka masih pacaran? Tapi kok Jasmina anteng aja gitu.
"I think, they are in a fake relationship", kata Rania sok meneliti. Kata-kata gadis itu sontak membuat mata kak Gading dan Devon melebar dengan mulut ternganga. What? Fake?
"What do you mean girl? They are not really dating? So why they are together now?", tanya kak Gading sok serius sambil berhati-hati mengeluarkan kemampuan bahasa inggrisnya. Tapi Devon mendengarkan. Hemmm ini menarik. Mungkin ini kepingan puzzle yang membuat hubungan Miko-Jasmina-Bagas-Sharon menjadi aneh.
"I don't know the reason, but I just think that they are now together for a reason. Not because they like each other. They don't really looked like they love each other, don't you think?", tanya Rania. Kak Gading hanya mengangkat-angkat bahunya. Sesungguhnya dia tidak begitu perduli. Ia yakin Jasmina mampu menjaga dirinya. Tapi Devon mendengarkan. Dengannnn seksama. Fake huh?
---
"Aku tadi udah kerumah Sharon Jez. And you were right. Mukanya hancur berantakan karena nangis berjam-jam. Ia hampir gak mau nemuin aku karena malu kali. Tapi akhirnya aku bisa ketemu dan ngobrol", kata Bagas tenang sambil mulai berjalan tanpa tujuan.
"Wahhh bagus banget Gas. Dia suka gak sama coklat dan bunganya", tanya Jasmina dengan senyum sumringah dan penasaran. Ia bisa membayangkan betapa romantisnya saat Sharon menerima hadiah dari Bagas. Kadang perempuan tuh ga butuh emas, berlian atau saham.
Bagas tersenyum lebar dan refleks mengacak-acak rambut Jasmina. Jasmina kaget tapi mencoba tenang dan tetap tersenyum. "Ngapain sih pake acara ucek-ucek rambut ihhhhh, bikin grogi aja", gumam Jasmina dalam hati.
"Iya dia surprise banget sih. Masih sedih tapi seneng banget nerima bunga. Trus si coklat langsung dia comot.... sampe habis semua... di depan mata aku Jas", kata Bagas lemas sambil menepok jidatnya. Jasmina ngakak sampai jalannya berhenti. Bagas ikut tertawa kecil. "Ampunnn. Bener ya, cewek yang patah hati itu sama semua. Bego dan omnivora. Aku tuh hampir ilang feeling liat dia begitu tadi. Tapi sukurnya dia masih tetep cantik sih hihihi" komentar Bagas sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Jasmina masih saja tertawa. Yesss sukses.
"Ya setelah dia ngabisin tu coklat, baru deh kita bisa ngobrol. Akhirnya untuk pertama kali setelah berbulan-bulan, kita bisa ngobrol santai, tenang dan akrab seperti dulu. Pada akhirnya kita sama-sama minta maaf lah. Walau gimanapun, kami emang sama-sama salah disini", Bagas berkata sambil melihat ke arah Jasmina. Jasmina masih mendengarkan dengan tekun. Ia menggigit-gigit bibir bawahnya dan menyamakan jalannya dengan Bagas. Okey mereka sudah saling minta maaf. Then?
"Dia ngaku kalo selama ini dia rada kecewa ama aku, ya salah satunya karena aku awalnya minta kita pacaran diam-diam. Tapi dia juga ngerasa, aku tuh kurang sensitif, kurang romantis, kurang perhatian gitu ama dia. Jadinya dia bosen. Apa bener aku gitu Jas?", tanya Bagas. Jasmina kaget dan melebarkan matanya. Ia tidak bisa berkata apa-apa, ia cuma tertawa kecil sambil melebarkan kedua lengannya, memasang gesture "Aku ga tau".
"Menurut kamu, aku nih gimana. Hayooo jujur!! Aku pacar yang gimana??", perintah Bagas ke Jasmina. Jasmina lemas. Kali ini ia gak bisa berkelit. Kalo ia bohong, Bagas akan mudah membacanya walau di suasana gelap-gelap seperti ini. Jasmina memberhentikan langkahnya dan menatap Bagas dengan lebih serius.
"Ok jujur ya Bagas. Apa yang Sharon bilang itu mungkin bener. Apalagi aku yang emang punya dendam kesumat ama kamu. Yang gak begitu kenal kamu akan liat kamu cakep, cool, pinter, berwibawa gitu. Tapi sebagai seorang pacar sih kamu emang rada cuek, kurang perhatian, kurang sensitif gitu. Maksudnya, kamu mungkin kurang berpengalaman aja sih. Kamu harus yaaa lebih banyak baca dan berlatih aja", jawab Jasmina sambil tersenyum menenangkan.
"Aku sekarang lagi latihan sama kamu kan?", tanya Bagas tersenyum jahil. Ada perasaan teriris-iris ketika Bagas berkata begitu. Apa dia sedang mengejeknya? Latihan, bahan percobaan, dummy, target tembakan, atau apalah yang selevel dengan itu. Jasmina mencoba memberikan senyum termanisnya walau saat ini rasanya ia ingin kabur aja. Ia tidak lebih tinggi dari sebuah tikus percobaan di laboratorium.
"Yes bener Bagas, and you did great! Maksud aku, kamu itu udah banyak berubah kok. Kamu sekarang lebih perhatian, lebih banyak mendengar, dan lebih banyak inisiatif. Kamu juga sekarang uda lebih banyak tertawa dan lebih ramah juga sih", jawab Jasmina sambil terus tersenyum. Bagas tersenyum puas menerima jawaban itu.
"Itu juga kata Sharon tadi. Dia agak kaget dengan.. ehemm... perhatian dan sikap aku sekarang. Katanya aku romantis. Padahal baru bunga ama coklat doank ya. Gimana kalo aku ajak dia ke cluster dunia ya hehehehe. Dan dia juga ngaku kalo dia cemburu abis sama kamu Jaz", Jawab Bagas sambil mulai berjalan lagi dengan pelan.
"Hahhh cemburu sama aku? Apa coba yang bisa dia cemburui dari aku? Aku gak cantik, gak langsing, gak kaya, gak terkenal, enggak..."
"Dia pengen kita putus Jazz", potong Bagas.
"Hah, putus?", tanya Jasmina gak percaya. Putus? Harusnya bagus donk. Bye bye sama hubungan palsu kontrakan ini. Dia bisa bebas dan memilih jalannya sendiri bukan? Jadi apa yang bikin ragu? Jasmina mulai galau dan gundah. Tangannya mulai bergetar, ia masukkan ke dalam saku hoodie-nya.
"Iya, dia bilang mau cepet-cepet move on dari Naga. Jadi dia mau kami cepet-cepet announce kalo kami pacaran. Kalo bisa sebelum acara festival pentas seni. Dia pengen saat itu, dia uda ada pacar...", jelas Bagas.
Serasa ada hujan badai yang berkecamuk di kepala Jasmina. "Bagas ini bego atau naif ya? Bukan hanya ini terburu-buru, tapi alasannya gak logis sama sekali!", jerit Jasmina HANYA DALAM HATI. Mana berani ia utarakan ke Bagas. Jasmina tidak bisa berkata-kata. Tapi ia paham banget karakter dan tabiat Sharon. Tapi harus bagaimana lagi? Toh dia Cuma tikus percobaan.
"Aku tau sih Jas, pasti ini bakal jelek banget di kamu. Maksudnya, kita kan juga baru beberapa bulan pacaran, trus tiba-tiba kita putus dan aku langsung jadian ama Sharon. Aku sebenarnya ngerasa ga enak sih. Aku tadinya mau nunggu sampe akhirnya kamu jadian lah sama kak Miko", jelas Bagas.
"Tapi kak Miko kan sekarang udah pacaran ama Gianni, Gas. Gak mungkin juga dia putusin cewek itu dan tiba-tiba pacaran sama aku kan?", tanya Jasmina agak sedikit emosi. Agak.
"Trus kenapa tadi dia dateng dan bawa kembang segede monas?", tanya Bagas ketus. Jasmina kaget. Eh iya juga ya.
"Ya kalleee segede monas. Lebih gede buket bunga yang aku beliin ke Sharon tadi malah", Jasmina berkilah. Eh iya ya, Jasmina lohhhh yang beliin bunga itu.
"Seriously is nothing. Kak Miko uda sama Gianni", jawab Jasmina pelan dan sedikit depresi. Tapi bener kan?
"Tapi kamu seneng kan dikasi bunga sama kak Miko? You are moved by him right?", tanya Bagas seakan ada setitik rasa cemburu disitu.
"Kamu sendiri gimana? Kamu seneng kan Sharon akhirnya mau jadian lagi sama kamu. Jadi gimana? Kita putus aja?", tanya Jasmina dengan agak ketus. Sediiikittt ada rasa cemburu disitu.
Bagas terdiam. Ini bukan saatnya mereka berdua emosi. Walau ia sendiri sekarang merasa galau, merasa ada di persimpangan. Di satu sisi ia ingin sekali bersama Sharon kembali, membuka lembaran baru bersama gadis impiannya. Saat ini ia sudah lebih percaya diri dan merasa bisa menjadi pacar yang lebih baik. Tapi di satu sisi, ia merasa belum sanggup melepaskan Jasmina. Bukan karena ia sekretarisnya. Tapi rasa nyaman yang ia rasakan selama ini ketika berada di sampingnya. Ia bisa bebas berekspresi, bertanya, merasa di dengarkan dan selalu ada yang bisa ia andalkan. Baik sebagai sekretaris atau sebagai pacar, walau pacar pura-pura.
Begitu juga dengan Jasmina. Ia akui, ada rasa bangga dan senang ketika untuk pertama kali ia menerima sebuket bunga tanpa paksaan dan suruhan dari siapapun. Tapi kak Miko adalah pacar orang lain. Tindakan apapun yang dilakukannya kepada Jasmina bisa dihitung ilegal. Tidak sah, tidak benar. Sedangkan Bagas, walaupun ia pacar Jasmina, ada kontrak tertulis disitu. Cowok itu menyukai orang lain. Sekarang, sepertinya apapun yang Jasmina lakukan baik untuk kak Miko atau Bagas, tidak akan ada hasil yang baik untuk Jasmina. Pada akhirnya ia hanya menjadi korban. Kenapa ia harus ada di posisi ini?
"Sorry Jasmina, mungkin tadi aku agak emosi. Ok aku coba lagi ya. Kita harus mikirin ini dengan lebih matang. Aku juga kepikiran kayaknya Sharon buru-buru banget pengen sama aku. Aku agak kuatir kali ini dia cuma pengen ngerjain aku lagi. Bener gak? Aku pengen dia yakin dulu ama perasaannya. Menurut kamu gimana?", tanya Bagas.
Tiba-tiba Jasmina mendapat ide. Ya, ide yang baik. Baik untuk dirinya sendiri mungkin. Ia cuma ingin memperpanjang kebahagiaannya sebentar. Biarkan ia memiliki Bagas sebentar lagi, biarkan ia berpisah dengan Bagas pelan-pelan. Entah kenapa ia belum sanggup untuk berhenti menjadi pacarnya di detik ini.
"Hemm... menurutku juga gitu Gas. Gimana kalo kita kerjain lagi si Sharon, agar dia tuh lebihhhh lebih lagi suka ama kamu. Aku ada beberapa ide, nanti aku bantuin kamu. Jadi kita tetep pacaran, tapi kita buat seakan-akan kamu tuh selingkuh dari aku. Jadi Sharon ngerasa, kamu tuh "put her on top" gitu. Jadi dia ngerasa lebih dihargai, gimana?" usul Jasmina.
"Nah kita juga bikin gimana caranya kamu tuh kayak selingkuh sama kak Miko! Jadi aku tuh pura-pura cemburu, jadi kak Miko ngerasa lebih gimanaaa gitu. Seakan-akan kamu tuh lebih memilih dia dibanding aku!", usul Bagas lagi. Jasmina kaget tapi dia suka ide itu. Tanpa sadar ia meminta hi-5 dengan dua tangannya ke Bagas dan mulai melompat-lompat. Bagas menyambut hi-5 Jasmina dengan 2 tangan dan mulai tertawa juga.
"Ya nanti kita bicarain lagi deh gimana caranya kita bisa putus pelan-pelan. Aku juga pengen ngejaga opini temen-temen sama kamu. Setidaknya, itu yang bisa aku kasih ke kamu setelah apa yang udah kamu kasi ke aku Jaz. Makasi ya" Bagas berkata sambil menatap lekat mata Jasmina.
Gadis itu memandang Bagas sekilas dan mengalihkan pandangannya ke sepatunya. Hatinya campur aduk. Bagas juga banyak berjasa untuk dirinya, walau kata-katanya saat ini seperti sebilah pedang di jantungnya. Mereka akan berpisah pelan-pelan. Cepat atau lambat dia tidak akan menjadi pacarnya lagi.
Bagas mengantarkan Jasmina kembali ke rumahnya. Mereka pada akhirnya tidak bicara banyak lagi, sibuk dengan pikiran masing-masing. Ketika sampai di pagar, Jasmina berpamitan,"Aku harap kita berhasil ya Gas. Kamu bisa jadi pacar yang baik untuk Sharon, karena kamu pada dasarnya adalah orang yang baik dan penyayang. Sekarang aja kamu lebih ekspresif nunjukkin care kamu", jelas Jasmina.
"Makasi ya Jasmina. Aku gak mungkin begini kalo bukan karena kamu loh. Kamu yang ngajarin aku… cara menyayangi yang lebih baik bukan?", tanya Bagas. Jasmina Cuma tersenyum dan melambai ke arah Bagas.
Bagas melambaikan tangannya dan berjalan kembali ke rumahnya. Jasmina masih diam terpaku. Lima menit, sepuluh menit, lima belas menit. Entah berapa nyamuk yang sudah menggigitnya. Ia mencoba mencerna rencana ia selanjutnya. Festival seni, Bagas, kak Miko, OSIS, Sanggar seni, Program penurunan berat badan. Semua berkecamuk meminta perhatian. "Aku Cuma bahan latihan… hihihi", lirih Jasmina dalam hati.
Akhirnya Jasmina masuk.
Ia tidak sadar, selama 15 menit yang senyap itu, ada yang memperhatikan dari balkon lantai 2 rumah sebelah. Devon. Cowok itu menegak air mineral botol dan sengaja menunggu di titik itu. Titik dimana ia bisa gampang melihat apakah Jasmina sudah sampai di depan pagar rumahnya atau belum. Ia melihat ketika Bagas dan Jasmina berpisah. Apakah mereka benar-benar pasangan palsu?
Perlukah ia menanyakannya kepada Jasmina? Atau cukup melemparkan spy girl Rania untuk mencari tahu?