Kak Gading sedang berdiri di atas sebuah kursi, sedang berusaha menggantung 4 buah balon warna warni yang tertiup dengan berbagai ukuran yang tidak sama. Sebuah tulisan HAPPY BIRTHDAY yang terbuat dari kertas mengkilap berbentuk segitiga-segitiga kecil telah terpasang di satu sisi. Satu sisi lagi masi menjuntai. Sang papa berusaha memegang 4 balon lagi yang akan dipasang di sisi satunya lagi bersama dengan bendera Happy birthday itu. Dekorasi yang sungguh kacau hahahaha. Semoga saja tiang gorden yang menjadi tumpuakn dekor itu tidak rubuh.
Ketika papa dan Kak Gading melihat Jasmina, Devon dan Rania masuk, mereka berteriak panik. "Heyyy, kenapa kalian udah pulang sih! Bukannya biasanya kalian abis magrib baru pulang?! Sonoooo, sonoooaann! Belon kelar ini! Keluarrr keluarrr", usir kak Gading sambil mengibas-ngibaskan tangannya. Ia hampir jatuh dari kursi hihihi. Sang papa tertawa karena telah terpergok.
Rania dan Devon langsung mati ketawa. Jasmina... berkaca-kaca. Beberapa saat yang lalu, telapak kaki, lutut, paha, pinggul, punggung, dan tangannya serasa patah-patah karena lelah. Ingin rasanya ia memukuli lehernya karena terlalu pegal. Apalagi kepalanya yang sudah berkonsentrasi penuh dalam acara (walaupun sukses), harus diganggu dengan pikiran-pikiran yang gak penting karena 2 pasangan aneh. Tapi saat ini... semuanya menguap. Ia menutup mulutnya yang ternganga lebar. Matanya melotot kegirangan. Begitu ia mau teriak...
"Buruan kabur duluuuuu! Jasmina noh sana loh naik ke atas dulu, mandi sonoooo MANDIIIII! Kalian bertiga, kaliannnn….bau matahari!", bentak kak Gading sambil becanda dan menutup hidungnya. Ia sudah turun dari kursi dan mulai benar-benar mengusir mereka bertigas sambil kembali mengibas-ngibas tangannya. Devon dan Rania masih tertawa-tawa, "We crashed a party preparation hahahaha", komentar Rania.
"Nak Devon, Rania, take a shower. Ok? Ok? Then come, come again. Ok?", perintah papa ramah kepada Devon dan Rania. "No need bring food. Here, got many many food. Ok? Ok? Jasmina Happy birthday today", kata papa lagi dengan broken english hihihi. Tapi Rania tidak tertawa mengejek logat sang papa. Ia kontan berseru girang melompat-lompat seperti anak kecil.
"Okay uncle. We will be right back! Bye Jasmina, Bye kak Gading!", serunya sambil keluar dari rumah Jasmina disusul Devon. Jasmina langsung naik ke kamarnya dan cepat-cepat mandi.
Ia mencuci rambutnya sampai 2 kali dan mengoleskan pelembab di kulit kepalanya. Perih banget akibat paparan sinar matahari seharian. Sebelum berpakaian, ia menempelkan selembar masker lidah buaya. Kulit mukanya gosong terbakar matahari. Ia merasa begitu relax. Ia mengeringkan rambutnya dengan sisir yang sangat rapat, sehingga menimbulkan efek rambutnya begitu lurus dan mengkilap. Ia memakai salah satu baju yang Rania pilihkan: Gaun merah selutut dengan lengan sangat pendek, yang mengekspos lengannya yang mulai kecil tanpa harus memperlihatkan seluruh keteknya hihihi. Ia memakai make-up tipis-tipis di atas kulitnya yang sudah lembab. Sebuah lipgloss pink beraroma stoberi kesukaannya membuat semangatnya bangkit lagi.
Jasmina tidak buru-buru turun. Ia ingin memberikan ruang untuk papa dan kak Gading untuk mengoreksi dekorasi ulang tahunnya hihihi. Inilah yang terjadi bila seorang event organizer berulang tahun. Tidak ada yang cukup cakap untuk membuat pesta kejutan untuknya hahahaha.
Tapi hati Jasmina dipenuhi oleh kehangatan. Setiap tahun memang kak Gading dan papa selalu berusaha untuk membuat ulang tahunnya berkesan, terutama setelah mama meninggal. Tapi entah kenapa selama ini Jasmina tidak pernah benar-benar bersyukur atau merasa spesial. Ia tetap merasa hampa, merasa ingin cepat-cepat hari itu berlalu. Kenapa hari ini berbeda? Kenapa ia sangat bahagia sampai hatinya ingin meledak? Padahal hari ini…
Jasmina menyemprotkan parfum stroberi ke pangkal tangannya. Ia tidak mengenakan jam dan sudah melepaskan gelang rantai dari bagas, tentu saja! Ia menggosokkan kedua pangkal tangannya sehingga sensasi parfum itu menjalar melalui peredaran darahnya. Entah secapai apapun Jasmina hari ini, ia merasa sangat-sangat fresh.
Jasmina turun dan bertekad membantu papa dan kak Gading. Ternyata dekorasi sudah terpasang sukses. Sederhana, sedikit kekanakan, tapi ini untuk pertama kalinya kak Gading dan papa melakukan sesuatu seperti ini. Mungkin karena mereka mengundang Devon dan Rania, sehingga mereka merasa harus "mencerahkan sedikit keadaan" dengan... balon... hahahaha.
Ada beberapa kotak pizza ukuran besar yang belum dibuka di atas meja. Kak Gading membuat salad sayur andalannya dan menatanya begitu indah di atas meja. Papa sedang memotong beberapa macam buah dan menatanya persis disamping Salad.
"Sebentar lagi chicken wings dan pasta dateng pake Ojek online. Kakakmu tadi pagi sibuk ko-as, jadi ga sempet masak aneh-aneh. Mudah-mudahan Devon ama Rania suka ya", jelas papa. Ya ampun Kak Gading, papa... Ini mah semua udah sweet bangettt!!!
Tiba-tiba... Ting Nong! Jasmina buru-buru membuka pintu. Ia sudah tau siapa yang akan datang.
"Happy birthday Jasmina!!!", teriak Rania. Gadis itu menggunakan kaos merah lengan panjang yang pas di badan dan celana jeans sependek lutut. Rambutnya sepertinya sudah ia keramas tapi belum kering sepenuhnya. Wajahnya masih kemerahan karena terbakar matahari. Ia melompat-lompat kegirangan karena menyadari bahwa ia dan Jasmina memakai baju dengan warna yang sama hihihi. Heboh banget si bule. Ia buru-buru masuk...
Devon mengekorinya dari belakang. Cowok itu menggunakan kaos hoodie berwarna merah dengan tulisan NBA. Ia juga menggunakan celana pendek selutut berwarna putih. Wajahnya seperti Rania, masih terbakar di beberapa bagian dan memberikan efek seperti memakai blush on atau tersipu malu. Ataukah ia memang sedang tersipu malu?
Karena saat ini ia sedang memegang sebuket bunga mawar merah berukuran besar dengan kedua tangannya. Ia menyodorkannya dengan cara yang paling tidak romantis dengan wajah tertunduk, "Selamat ulang tahun Jasmina, kami gak tau mau kasih kado apa. Jadi Rania bilang beli ini aja", katanya hati-hati.
Jasmina terkejut, namun segera tersenyum manis sekali, menampakkan hampir semua giginya. Ia menatap lekat Devon, berusaha untuk mencari matanya, untuk berterima kasih dengan tulus. Devon masih menghindari tatapan mata Jasmina. Pandangannya lekat ke buket bunga yang sudah berpindah ke tangan Jasmina. Jasmina menyadari kekikukan Devon.
"Devon... this is so beautiful. Makasi banget ya. Ini pertama kalinya aku dapet buket bunga di hari ulang tahunku. Warnanya sama lagi sama bajuku, hihihi", kata Jasmina sambil masih berusaha mencari tatapan Devon.
Devon kontan melihat ke arah gaun Jasmina. Benar. Warnanya sama. Dan Jasmina malam ini... sangat... sangat cantik dan bersinar. Devon terdiam. Devon masih terpaku di pintu masuk. Begitu juga dengan Jasmina. Ketika ia merasa Devon sedang memindainya dari bawah ke atas dan atas kebawah, ia tidak berani bergerak. Seakan-akan Devon adalah pegawai bea cukai yang akan menemukan barang berbahaya yang di sembunyikan di bagian bajunya atau lipatan kulitnya. Hihihi.
"Jasminaaaa, Devonnya disuruh masuk donkkkkk. Acara makan udah mau mulai nih", teriak kak Gading. Teriakan itu menyadarkan Jasmina dan Devon secara bersamaan. Mereka refleks tertawa berdua dan saling menatap.
"Yuk masuk Dev", ajak Jasmina. Jasmina langsung mencari vas kristal punya mama dan mencoba menata buket bunga yang sangat indah itu. Bunga-bunga dari kak Miko sudah layu dan dibuang. Papa dan kak Gading memperhatikan. Mereka saling memandang, dan kemudian kompak memandang ke arah Devon. Sang pusat perhatian kontan pura-pura mengatur-atur kursi dan mulai duduk. Rania tertawa kecil.
"Devon had a very quick shower and went out for a while. He came back with thattttttttt", kata Rania sambil menunjuk buket bunga. LOH. Berati Devon bohong dong. Katanya Rania yang suruhhhh hehehehe. Devon yang merasa terpergok, langsung memasang ekspresi pura-pura bengong dan pura-pura tidak paham.
Kak Gading kontan memasang senyum jahil sambil mengangkat-angkat alisnya berulang kali. "Ho ho ho hebat juga nih si Jasmina. Tadinya Miko, Bagas, dan sekarang tetangga sendiri mau disikat? Ck ck ck", batin kak Gading usil.
"Ok... kita tiup lilin dulu ya", usul papa sambil meletakkan kue tiramisu ukuran kotak berukuran 25x25. Ada lilin angka 17 diatasnya dan sepotong coklat dengan tulisan "Happy Birthday Jasmina". Jasmina kaget. Tumben bukan blackforrest. "Kok kuenya beda sih pa? Gak blackforrest kayak biasa?", tanya Jasmina.
"Ya bosen kali Jezzz. Baru juga minggu lalu kita makan blackforrest. Sekali-kali ganti suasana donk sayang, kan kamu juga sekarang udah banyak berubah. Cobain donk sekali-kali kue yang beda. Siapa tau kamu suka", kata kak Gading sambil memeluk Jasmina.
"Iya Jasmina nikmati aja. Lagian ini gratis. Tadi Almira dateng dan bawa ini", kata papa membongkar Rahasia. HAH? "Almira siapa lagi Gading?! Korban baru?, tanya Jasmina usil sambil tertawa-tawa. Kak Gading langsung menatap papa dengan tajam dan mengambil kuda-kuda seakan mau meng-kung fu sang papa. Semuanya tertawa heboh.
Jasmina meniupkan lilin berangka 17 itu. Ada "mix feeling" yang ia rasanya pada saat itu. Seakan-akan beberapa detik yang rasakan, mampu menarik begitu banyak memori dan perasaan dan berputar bak film di kepala Jasmina.
Bila teman-temannya mungkin akan merayakan ulang tahun di umur ini dengan mengundang teman-teman di hall hotel, di care terkenal, dengan alunan band dan dekorasi yang super mewah, Jasmina tidak cemburu. Ia merasa apa yang ia dapatkan hari ini sudah lebih dari cukup. Surprise, akrab, hangat dengan makanan-makanan yang enak dan orang-orang yang benar-benar sayang dengannya.
Kejadian beberapa bulan yang seperti roller coaster, mulai dari OSIS, pacaran kontrak, menjadi pelakor di hubungan kak Miko dan Gianni, serta festival seni, berputar-putar di kepalanya. Semua itu seakan mengkaji ulang standar happy dan sad Jasmina.
Bila ia mengira, liburan keluar negeri akan menjadi "dream come true" yang belum tercapai, ternyata melihat dekorasi seadanya di pesta ke-17 ini saja sudah membuatnya begitu terharu. Priceless. Ketika ia pernah berharap mendapat hadiah HP baru untuk ulang tahunnya, siapa yang menyangka dengan menerima buket bunga aja, dia bisa begitu bahagia. Ketika pernah ia suatu hari berharap akan memiliki "body goals" dan pacar yang akan mendampinginya di acara ulang tahunnya yang ke-17, siapa yang menyangka ternyata berkumpul bersama keluarga plus tetangga kelaparan aja bisa membuat hatinya begitu hangat?
Mereka melakukan group selfie bersama sang kue ulang tahun dengan berbagai gaya. Seperti sebuah keluarga yang sebenar-benarnya... Jasmina juga mengambil beberapa foto kuenya, makananya, dan tentu saja, buket bunganya. Ia akan memasangnya nanti malam di media sosialnya.
Ia baru menyadari kembali, ternyata kebahagiaan itu bisa begitu dekat dengan mudah. Seperti kata sebuah kutipan "Sometimes we create our own heartbreaks through expectation". Jadi kita kadang suka sedih berkali-kali karena kita memiliki ekspektasi yang tidak rasional. Sama seperti yang Jasmina alami akhir-akhir ini.
Ketika ia terpilih menjadi sekretaris OSIS, ia merasa semua keberuntungan akhirnya bisa berpihak kepada dirinya. Ia melambungkan seluruh ekspektasinya pada Bagas, berat badannya, kerjaan-kerjaan di OSIS dan yang terfatal adalah kak Miko. Ia jadi berani berharap yang aneh-aneh. Ketika semua hempas, ada kecewa yang bertumpuk-tumbuk. Halusinasinya membuat Jasmina tidak dapat berfikir jernih dan membiarkan ia sakit berkali-kali.
Ketika hari ini akhirnya ia memutuskan untuk menghemaskan, ia merasa menang. Kalau dari kemaren ia merasa di tarik kesana kemari oleh ekspektasi, PHP, dan orang-orang yang galau, ia diam saja. Ada harapan atau ekspektasi atau halusinasi bahkan, keberuntungan atau KEBETULAN, yang masih berpihak padanya. Berharap situasi akan berubah, menurut yang dia inginkan. Inginkan.
Tapi Jasmina tidak melakukan usaha apapun atau memiliki pendirian. Tetiba karena cinta, kita bisa stupid ya hihihihi. Tapi hari ini, ia telah muak dan siap memutus tali-tali galau dan halusinasi itu. Ia mulai memiliki ekspektasi NOL untuk hari ini. Hari ini aja dulu. Dan ternyata...
Suasana makan sangat meriah dan gaduh. Kak Gading dan Devon saling melempar lelucon aneh, dan lebih aneh lagi karena memakai broken English demi Rania. Sang papa bolak balik melakukan selfie dan bolak-balik menawarkan makanan. Jasmina menikmati makan malamnya, karena seharian ia cuma makan sedikit. Rania mencintai salad kak Gading. Ia bolak-balik menambah.
Jasmina untuk pertama kalinya mencoba tiramisu. Ternyata, ia menyukainya! Ternyata, sesekali kita harus mencoba sesuatu yang berbeda. Hiduplah lebih dinamis! Mungkin untuk ulang tahun kak Gading, papa atau ulang tahunnya berikutnya ia akan mencoba berbagai macam kue.
Tiba-tiba, seseorang menelfon Devon. Ternyata itu sebuah video call. Dari mama papa Devon. Cowok itu langsung mengangkatnya dan meletakkan HP dimana seluruh mereka semua bisa menyapa orantua Rania. Suasana langsung lebih riuh. Rania memamerkan satu persatu makanan yang ada di meja makan. Ia mengenalkan papa Jasmina, kak Gading dan Jasmina ke orangtuanya.
Gadis itu bahkan menunjukkan buket bunga mawar merah kepada mereka. Terdengar suara teriakan "OH MY GOD" dan Rania sepertinya membisikkan sesuatu kepada mereka. Devon langsung menatap Rania tajam, "Give me back my phone Rania...", pinta Devon panik. Rania dan orangtuanya kembali tertawa.
Jasmina sangat bahagia. Suasana seperti hari raya, penuh suka cita dan terlalu banyak cinta. Entah kenapa, untuk pertama kalinya Jasmina tidak keberatan tidak mendapat ucapan selamat ulang tahun dari Bagas dan Kak Miko. Kok, dia masih berharap sih?
Papa sudah kembali ke kamarnya karena terlalu lelah. Kak Gading dan Devon lanjut bermain video game olahraga di tivi. Jasmina dan Rania bersiap-siap mengadakan "Girl talk". Mereka masih duduk di meja makan sambil masih mencomot tiramisu sedikit demi sedikit. Jasmina sudah siap untuk interogasi dari Rania. Gadis bule itu tersenyum.
"Is it over with boy number 1 and boy number 2?", tanya Rania. Jasmina mengangguk. "How do you know?", tanya Jasmina. Rania tertawa. "Devon told me...", katanya. HAH Devon? Cowok yang paling enggak mau tau urusan orang lain? Cowok super cool dan clueless? Tau apa dia? Padahal selama ini... selama ini dia gak pernah bilang apa-apa sama Devon...
"He saw you with Boy number 1 and his girlfriend. He said that the girl give you attitude. Jasmina... you really don't deserve it", kata Rania sambil memegang tangan Jasmina. Jasmina menggangguk-angguk pelan. "True...", kata Jasmina lemah.
"He also saw when you broke up with boy number 2...", kata Rania ragu. Jasmina membelalak! Tapi sedetik kemudian dia tertawaterpingkal-pingkal. Kok bisa Devon liat? Ya ampun itu momen yang sangat memalukan, kalo sampe ada yang liat kan tengsin banget. Apalagi seorang cowok yang liat. Jasmina masih terus tertawa malu. "What Devon said?", tanya Jasmina. Ia menopang wajahnya dan memasang ekspresi penasaran.
"He said you are a brave, strong and amazing girl. No matter how cruel reality is, you finally use your head. You are indeed beautiful inside and out...", Rania berkata dengan wajah antusias yang berlebihan, lengkap dengan gesture tangannya yang bergoyang ke sana kemari. Jasmina tertawa.
"Jasmina I'm telling you the truth! He said that! Just before we came here. He really... really...hemmm", Rania tidak berani meneruskan kata-katanya. Ia merasa waktunya belum tepat. Devon harus mengatakannya sendiri.
"Jasmina, it's never your fault. There someone said, After someone hurts you, you're not the same anymore. Mistakes make you wiser, and failures make you stronger. So basically you are strong and beautiful lonely girl now hahahaha", canda Rania. Tapi kemudian dia berkata dengan super serius, "Sometimes the love of your life comes after the mistakes of your life". Jasmina hanya tersenyum. Mungkin Rania benar. Tapi saat ini ia benar-benar sudah "enough" dan ingin menikmati apa yang bisa ia genggam saja.
"Jasmina, what do you want for your birthday?", tanya Rania. Jasmina melepaskan topangan tangan di wajahnya dan menunjuk buket mawar merahnya. "I got that!", kata Jasmina. Rania pura-pura cemberut.
"But that's from Devon! I wanna give you something else", katanya. Jasmina mengangkat-angkat bahunya dan mengangkat kedua telapaknya dengan gesture "I don't know".
Jasmina langsung memegang HP dan membuka pesan WA dan IG-nya. "I don't know Rania. Aku udah punya semua kayaknya", jawabnya. Tadinya ia ingin bilang, udah punya semua kecuali pacar. Tapi saatnya tidak tepat. Saat ini juga ia bersyukur kalau ia tidak punya pacar.
Rania tiba-tiba berdiri menjauhinya. "Wait ya Jasmina, I need to call someone", katanya. Ia menjauh dari berbicara dengan bahasa Inggris yang cepat. Kemudian gadis itu sibuk menekan-nekan layar HP-nya. Jasmina juga cukup sibuk membalas ucapan-ucapan selamat dari sahabat-sahabatnya, begitu juga dengan kak Tyas dan beberapa orang dari sanggarnya. Tidak ada pesan dari Bagas dan kak Miko. KOK? KOK? Dia masih berharap ya?
Rania dengan muka yang sumringah dan tertawa-tawa, langsung duduk secepat kilat di hadapan Jasmina! Ia mengatur napasnya karena sepertinya paru-parunya akan meledak. "Jasmina! Jasmina! Listen to me! I have the perfect gift for you! Please be prepare!", kata Gadis itu sambil menunjukkan sesuatu di layar HP-nya.
Jasmina kontak membelalakkan matanya dengan maksimal, berdiri secepat kilat dan menutup mulutnya yang ternganga. Ia dan Rania langsung menyatukan tangan-tangan mereka dan berteriak sambil melompat-lompat, dan ditutup Jasmina memeluk Rania dengan erat. Kak Gading dan Devon menyaksikan adegan itu dengan perasaan super bingung sampai mereka menghentikan sebentar permainannya. Namun karena tidak juga mendapat penjelasan dari para cewek, mereka akhirnya melanjutkan permainan sambil mencomot anggur-anggur.