Beberapa hari sudah berlalu sejak insiden bunga dan coklat. Bagas dan Jasmina masing-masing menenggelamkan diri pada aktifitas yang padat menjelang Festival Seni Tanah Merah. Mungkin juga mereka menjadikannya alasan yang utama agar tidak membahas tentang hubungan mereka. Sejujurnya baik Jasminda dan Bagas sedang mengulur-ulur waktu mereka harus bertindak. Karena berarti, mencari cara agar mereka bisa putus baik-baik dan kembali ke pada orang yang mereka sukai dari awal.
Komunikasi intens antara Bagas dan Jasmina saat ini murni untuk acara festival. Mungkin aja sih, mereka cukup profesional. Kerja dulu, perasaan kemudian. Yang penting jangan gara-gara perasaan, pelajaran terganggu, kerjaan berantakan. Apalagi kerjaan ini berhubungan dengan banyak sekolah dan banyak siswa. Bagas dan Jasmina merasa harus benar-benar "all out" disini.
Ketika mereka di sekolah, Bagas dan Jasmina tetap bertegur sapa dengan sopan dan ramah. Orang-orang masih melihat mereka sebagai sepasang "hot couple" yang tidak terlalu mengumbar kedekatan. Professional couple lah gitu, hehehe. Di saat yang sama, Bagas mulai curi-curi pandang dan senyum kepada Sharon. Sharon merasa deg-degan karena ia menganggap dirinya "duri" diantara hubungan Jasmina dan Bagas. Seorang cewek penggoda, dan itu membuat ia lebih penasaran lagi dengan Bagas yang ternyata pacar yang romantis. Di luar sekolah, hubungan telfon dan WA mereka menjadi sangat intens.
Begitu juga dengan kak Miko dan Jasmina. Secara diam-diam, Jasmina mulai lebih perhatian dan curi-curi sayang kepada kak Miko. Hal tersebut membuat kak Miko terbang melayang. Jasmina yang masih milik Bagas, tetap menaruh perhatian full kepadanya. Jasmina rajin menelfonnya, dan mengirimkan pesan WA. Kak Miko mulai berada di persimpangan, antara ingin melepaskan Gianni dan menerima Jasmina, atau sebaliknya. Bagaimanapun, Jasmina masih milik Bagas. Cinta segi empat ini membuatnya pusing. Padahal kak Miko tidak tau kalo ternyata ini cinta segi lima, karena Sharon juga ada di putaran ini.
Tapi hari ini, mereka merencanakan sesuatu. Sebuah misi rahasia yang hanya diketahui oleh Bagas dan Jasmina. Jasmina, Devon, Bagas dan Sharon akan rapat dengan beberapa murid dari 4 sekolah lainnya di lapangan Tanah Merah. Waktu Festival tinggal beberapa hari lagi. Mereka bertiga segera meluncur ke area rapat di mobil mungil Bagas. Baik Sharon, Bagas, Devon dan Jasmina tidak berbicara selama di mobil. Ada keheningan yang mencekam. Sharon bolak-balik menahan senyum.
"Rasain lu Jasmina, lu kira bisa miliki Bagas? Dari awal dia memang milikku", gumam Sharon dalam hati.
"Aneh rasanya berada di antara 2 perempuan ini. Kalo aku ngomong ama Jasmina, kira-kira Sharon cemburu gak ya? Kalo aku ngomong ama Sharon, kira-kira ngomongnya bakal nyambung gak ya? Ah mending diem aja deh dulu", gumam Bagas dalam hati.
"Ada yang aneh disini. Kenapa dari tadi Sharon ngeliatin Bagas mulu, sementara Bagas ngeliatin Jasmina mulu, sedangkan Jasmina ngeliatin sepatunya mulu? This is so weird", gumam Devon dalam hati.
"Cepatlah sampaiiiii... cepatlah sampaaiiii... kok rasanya dada ini sesak ya? Apa mobil Bagas terlalu mungil?", jerit Jasmina di dalam hati.
Akhirnya... mereka sampai juga. Ada kelegaan luar biasa dari mereka berempat. Segera mereka sampai, rapat dengan sekolah-sekolah lain di mulai. Ehhhh... ada Rania! Kok dia bisa ada disini?
"Jasmina! Devon! Hihihi... I'm also here! I'll be performing singing with the school band", kata Rania ceria dan langsung lari memeluk Jasmina. Dua gadis itu kontan melompat-lompat kegirangan sambil masih berpegangan. Devon juga menyambut Rania dan refleks memeluknya singkat. Hampir semua orang yang tidak mengenal mereka, terperanjat dan bengong. Mentang-mentang bule, main peluk aja sehhhh.
"Mereka tuh adek kakak! Suerrr dehhh, satu emak satu bapak. Mirip kan?", jelas Jasmina sambil ngikik diikuti oleh Rania dan Devon. Baru deh pada ikutan ngikik. Bagas memperhatikan... Devon dan Rania emang tetanggaan ama Jasmina. Mereka akrab banget ya, by the way...
Jasmina langsung mengambil posisi duduk bersama Devon dan Rania, sedangkan Sharon langsung menempel pada Bagas. Whatever lah....
---
Setelah selesai rapat, Jasmina ditugaskan untuk mengambil kaos-kaos panitia dari percetakan. Ia langsung menghubungi kak Miko. Tadi ketika istirahat makan siang, ia sudah memohon dengan manja kepada kak Miko untuk menjemputnya di lapangan tanah merah. Ia berharap kak Miko mau menemaninya mengambil kaos-kaos panitia itu dan mengantarkannya pulang. Kak Miko langsung setuju, tentu saja tanpa sepengetahuan Gianni. Ia merencanakan untuk membawa Jasmina ke sebuah tempat yang seru. Sudah lama mereka tidak ngobrol berdua aja.
Jasmina mendatangi Bagas dan Sharon, "Bagas, kamu pulang duluan aja ya. Aku mau ngambil kaos-kaos panitia nih di percetakan. Nanti kalo uda sampe rumah, aku kabari ya". Jasmina tersenyum manis kepada Bagas dan Sharon. Bagas mengangguk-angguk, dan dengan tangannya ia memberikan gesture "silahkan". Jasmina langsung memutar balik badannya dan pergi menjauhi mereka berdua.
Sharon tersenyum puas. Memangnya Bagas peduli kalo Jasmina mau pergi kemana, sama siapa dan akan pulang jam berapa? Sharon tertawa geli, andaikan Jasmina tau kalo hati Bagas hanya untuknya. Akhirnya hari ini dia punya kesempatan untuk berduaan aja dengan Bagas. Kemana mereka akan pergi? Makan? Ke Mall? Nonton?
"Sher, kamu laper gak? Sebelum pulang, makan dulu yuk, ajak Bagas. Sharon melebarkan matanya dan tersenyum kaget. "Bagas, tumben banget sih kamu perhatian duluan. Biasanya juga akuuuu duluan yang ngajakin kemana", Sharon berkata manja sambil mengedipkan matanya sebelah ke arah Bagas, tapi setelah celingak-celinguk kiri kanan.
Jangan sampe ada yang tau, karena ia tidak mau di cap sebagai pelakor. "OOohhh ternyata pacaran diam-diam gini seru juga yaaa", Sharon ngikik dalam hati. Mereka akhirnya berjalan terpisah dan berjanji bertemu di titik tertentu,"Jangan sampe orang curiga kalo kita ada hubungan", perintah Bagas lembut. Sharon mengangguk setuju. Huhuhu seru bangetttt.
Begitu juga dengan Jasmina. Ia menelfon kak Miko dan memintanya dijemput di titik yang agak jauh dari tempat rapat. Ia tidak mau ada yang melihat kalau mereka akan pergi berdua. Gianni bisa murka. Dia juga ingin menciptakan kesan kepada kak Miko, kalau usaha Jasmina TERNIAT untuk bisa bersamanya. Ketika Jasmina hendak pergi ke tempat pertemuan rahasia...
"Jasmina, aku ama Rania uda ga ada kerjaan lagi kok. Kalo kamu mau ngambil kaos-kaos panitia itu, aku bisa kok anterin kamu", usul Devon. Gassswat! Lupa banget nih ama Devon dan Rania.
"Ehh... Devon. Enggak apa-apa kok. Aku uda janji ama... kak Gading. Bentarrr lagi dia dateng kok hehehe", jawab Jasmina ga jujur. Aduh maaf ya Dev, maaf ya Rania. Darurat banget ini...
"Ok then, see you at home yaaaa, hattti hatttti", pesan Rania sambil berusaha mengucapkan kata-kata dalam Bahasa Indonesia. Mereka bertiga saling melambai.
Devon dan Rania segera memasuki mobil namun belum juga pergi dari tempat parkir. Rania baru saja mendapatkan SIM internasionalnya. Beberapa hari ini dia sudah mulai menyetir ke sekolah. Mereka nantinya akan bergantian memakai mobil dan saling menjemput di sekolah masing-masing. Rania masih sibuk mempelajari GPS arah pulang dari lapangan tanah merah. Tiba-tiba...
"Devon, isn't that boy number 2? Why is he picking up some random girl?" tanya Rania yang ternyata memergoki Bagas yang sedang menjemput Sharon di bawah pohon rindang. "They look so suspicious, as if they are cheating. Is that SOME GIRL that you mention last time?", komentar Rania. Devon geram, tapi tidak berani berkomentar. Mereka berdua melihat Sharon memasuki mobil Bagas dan pergi begitu saja. "Poor Jasmina", komentar Rania lagi.
Namun tidak berapa lama, Rania melihat Jasmina yang sedang berdiri di spot yang sama. Jasmina melirik ke kiri dan kekanan. Devon memperhatikan Jasmina dari jauh, dan seakan berusaha menjawab pandangan mata Rania. "She's waiting for his brother", kata Devon sambil merebut GPS dari tangan Rania. Ia mulai tidak sabar. Namun beberapa saat kemudian...
"Devon, I don't think that's kak Gading who's picking Jasmina. Isn't that… the boy number 1?!", tanya Rania sambil mengikik. Devon tanpa sadar melepaskan GPS dan melihat ke arah yang ditunjuk Rania.
Jasmina sedang memasuki mobil jeep kak Miko. Sialan. Gadis itu bohong! Kenapa dia harus bohong? Hanya demi pergi bersama kak Miko, ia menolak bantuan dari Devon? Ingin rasanya Devon memukul dashboard mobilnya. Tapi ia tidak mau menunjukkan emosi yang berlebihan. Apa kata Rania nanti?
"Jasmina, why you have to be so... stupid?", gumam Devon dalam hati.
---
Jasmina duduk manis di samping kak Miko. Cowok itu sudah membelikan Jasmina kebab dan segelas ice chocolate kesukaan Jasmina.
"Kamu pasti laper kan? Ngurusin kaos pasti lama, takutnya kita gak akan sempet mampir makan. Jadi mending ganjal dulu pake ini yaaaa..", kata kak Miko dengan lembut. Jasmina mengangguk sambil mulai memakan kebabnya.
Tiba-tiba, HP berbunyi. Dari Bagas. Ia harus mengangkatnya. It's show time...
Jasmina mengisyaratkan kak Miko untuk tidak berkata-kata dengan meletakkan jari telunjuk di bibirnya. Kak Miko paham dan mulai menggigit bibir bawahnya. Ada perasaan cemburu di dalam hatinya. Gadis itu masih di monitor pacarnya!
Jasmina: Bagas, hi, kamu udah sampe rumah?
Bagas: Belon, aku masih di jalan. Aku mau beli makanan dulu on the way pulang. Kamu dimana?
Jasmina: Aku juga masih di jalan kok. Aku tadi naik taksi online.
Bagas: Beneran taksi online? Bukan ama cowok lain kan?
Jasmina: Ya ampun Bagas, kamu kira aku cewek apaan sih? Masak mau bohong ama kamu? Kamu ama siapa pulangnya?
Bagas: Aku? Yaa... aku sendiri lah. Emang bisa ama siapa? Ya udah kamu abis ambil kaos, abis itu jangan kemana-mana lagi ok?
Jasmina: Okeyy
Bagas: Langsung telfon aku begitu sampe rumah Ok?
Jasmina: Ok. Bye....
Jasmina memasukkan kembali HP ke dalam tasnya. Ia tersenyum jahil ke arah kak Miko. Cowok itu memperhatikan dan langsung tersenyum puas. Jasmina membohongi pacarnya demi dirinya. Sepenting itukah dirinya? Angan-angan Miko melayang, akankah hari-hari seperti ini akan terus berulang? Kenapa saat ini ia sangat menikmati menjadi orang kedua? Dan kenapa saat ini juga ia merasa deg-degan menyembunyikan ini dari Gianni, tapi ada perasaan yang nikmat disitu. Berselingkuh dan menjadi selingkuhan. Apakah ia sakit? Yang penting saat ini ia merasa bahagia dulu. Nanti kita pikirin deh kelanjutannya.
Disisi lain, Sharon tersenyum puas mendengar percakapan Bagas dan Jasmina. Bagas terlihat begitu kaku dan dingin berbicara dengan Gadis itu. Walau ia tau Bagas sedang berpura-pura curiga dengan Jasmina, itu tak lain karena sedang menyembunyikan keadaannya sekarang. Keadaan yang sedang berselingkuh dengan cewek lain. Cewek yang sesungguhnya ia sukai, dan itu bukan Jasmina! Sharon saat ini menikmati menjadi orang kedua. Kenapa rasanya menyenangkan ya? Ia membayangkan wajah lugu Jasmina, ia tidak kuat untuk tertawa terpingkal-pingkal.
Sementara Bagas dan Jasmina memiliki perasaan yang kurang lebih sama. Hubungan pura-pura mereka sekarang sudah memasuki level yang mencemaskan. Manipulasi. Dan saat ini mereka juga sudah mulai melibatkan perasaan lebih banyak orang dan sebentar lagi ada hubungan-hubungan yang akan goyah karena ulah mereka.
Saat ini pun perasaan Bagas bercampur aduk tidak keruan. Ia mencoba untuk berpura-pura cemburu terhadap Jasmina di depan Sharon. Sesungguhnya itu hanya akting yang sudah ia persiapkan dengan Jasmina. Tapi entah kenapa ketika ia mendengar suara gadis itu, dan iya yakin ia sedang berpura-pura bohong karena ada kak Miko disampingnya, Bagas sakit hati. Ia cemburu, sakit hati dan merasa di khianati.
Begitu juga dengan Jasmina. Kebohongan yang ia buat untuk Bagas, semata akting untuk membuat kak Miko merasa tersanjung. Ketika Bagas juga berbohong (walau akting semata), Jasmina tetap merasakan perih. Beginikah rasanya di selingkuhi? Padahal ini cuma akting sedih karena di selingkuhi, tapi kok perihnya nyata? Hadehhh ribet!
Jasmina dan Kak Miko sudah sampai di tempat percetakan kaos. Jasmina sudah menginstruksikan kak Miko untuk tetap duduk di dalam mobil. Jasmina bisa mengurusnya sendiri. Tepat ketika Jasmina akan turun dari mobil, HP kak Miko berbunyi. Kak Miko memberikan isyarat agar Jasmina tidak bersuara. Ternyata telfon dari Gianni.
"Hai sayang... aku di jalan, mama pengen dibeliin makanan... enggak… agak jauh... masih lama…. Apa?... hem... kayaknya ga bisa kerumah kamu... iya ga bisa... jauh... nanti kalo uda sampe telfon lagi ya...bye... ok... love you too....", kak Miko kemudian menutup HP dan cepat-cepat memasukkannya ke kantong celana panjangnya. Jasmina langsung turun dari mobil dan segera memasuki percetakan dengan hati yang kacau. Love you too katanya… love you too… love you too…
Jasmina mencoba mengkaji rencananya dengan Bagas. PASTINYA sang pangeran sedang bersenang-senang dengan cewek impiannya. Bukankah harusnya Jasmina berapa di posisi yang sama? Bersenang-senang dengan pangeran impiannya? Angan-angannya tentang hari ini jadi hambar. Sukurlah iya sudah memakan kebab dan meminum es coklat itu. Kalau tidak, Jasmina pasti tidak punya selera makan. Jasmina cepat-cepat membereskan urusan kaos itu. Dia cuma ingin cepat-cepat pulang.
Ketika akhirnya ia berhasil membereskan dan memasukkan seluruh kaos panitia ke mobil kak Miko…"Jasmina, sorry ya, kita gak mampir kemana-mana lagi ya. Kak Miko harus... ehmm... pulang. Ada urusan sama mama", katanya ragu. Jasmina tersenyum. Dia paham. Suara kak Miko mirip dengan suaranya, dan suara Bagas hari ini. Suara yang penuh dengan penipuan.
Jasmina juga baru akan bilang ke kak Miko kalo dia pengen langsung pulang kok. Tapi mendengar kak Miko yang menyarankannya duluan, rasanya sakit hatinya jadi dobel-dobel. Apalagi memakai alasan yang benar-benar palsu. Sakit hatinya jadi tripel-tripel. Ohh nasib... nasib. Jasmina tersenyum ke arah kak Miko tanda paham. "Ya kak, gak apa, Ayo pulang aja".
Tapi saat ini ia sebenarnya kepalanya menggeleng-geleng kecil. Ada gamelan yang sedang bermain asal-asalan di kepalanya. Tenggorokannya tiba-tiba terasa begitu kering dan serak. Ada sensasi api terjun panas, yang mengalir dari arah leher ke tengah-tengah dadanya. Kemudian semua itu berputar-putar, seakan ada tangan raksasa yang mencubit daerah situ. Perih. Sampai kapan ia harus merasakan ada di posisi ini? Kenapa ia setuju? Kenapa hanya ia yang menjadi korbannya?
"You are indeed a stupid girl Jasmina. Mana janjimu kepada Rania untuk love your self first?", guman Jasmina dalam hati.