Festival Seni lapangan Tanah Merah sudah berlangsung dari pagi. Terdapat 1 panggung besar yang menampilkan aneka pentas seni dari 5 sekolah. Dari band, tari-tari tradisional, tari moderen, sampai atraksi cheerleaders. Beberapa ratus stand makanan tersusun rapi di sekeliling lapangan menyajikan aneka snack dan makanan berat. Di bagian tengah, terdapat beberapa tenda-tenda yang memajang hasil karya seni para siswa-siswa dari lima sekolah seperti lukisan, hasil fotografi, patung, maket, sampai video yang diputar di beberapa tivi.
Jasmina dan seluruh panitia pelaksana tampak super sibuk. Masing-masing mereka bergantian berkomunikasi menggunakan HP ataupun Walkie-talkie. Semua memakai outfit yang sama. Kaos panitia, jeans biru, sepatu kets dan beberapa menggunakan topi agar tidak kepanasan. Jasmina dengan tekun memastikan para talent dari sekolahnya dapat tampil dengan outfit yang lengkap dan naik ke panggung sesuai jadwal. Tugas Devon dan Bagas adalah memastikan segala urusan yang berhubungan dengan musik dan multimedia lainnya tidak memiliki masalah. Bahkan kak Tyas dan kak Miko tampak sibuk di area panitia untuk memastikan semua mendapat konsumsi yang pantas. Tugas Sharon? Hihihi entahlah...
Jasmina tadi sempat menyaksikan penampilan keren dari Rania dan band sekolahnya. Jasmina berusaha untuk berdiri tepat di depan panggung dan berjingkrak-jingkrak dengan kelima sahabatnya. Dengan waktu yang super singkat, Rania berhasil menjalin pertemanan dengan kelima sahabat dari kelasnya. Tinggal tunggu waktunya aja mereka berenam akan ngemall bareng hihihi. Setelah itu, Jasmina kembali berkutat dengan acara yang direncanakan beres sebelum pukul 4 sore. Diharapkan semua panitia dapat meninggalkan area lapangan sebelum gelap. Selanjutnya urusan bongkar-bongkar panggung dan tenda akan diserahkan kepada tim peralatan.
Jasmina melihat jam, waktu sudah menunjukkan pukul 3.30. Tugas-tugasnya sudah selesai, dan sukurnya para pendukung acara dari sekolahnya sudah selesai bertugas. Jasmina sudah memastikan mereka pulang dengan dijemput atau memakai taksi online. Jasmina mengemas segala peralatan yang menjadi tanggung jawabnya. Ia ingin cepat-cepat pergi dari sini. Hari ini adalah hari yang super duper spesial. Ia berjalan di balik tenda panita SMA 1001, dan tiba-tiba...
"Jasmina... Kak Jasmina... bisa bicara bentar...?", tanya Gianni. Jasmina tertegun. Ia hanya akan menduga, apapun yang keluar dari mulut gadis ini, pastilah tidak akan menyenangkan. Jasmina menggangguk, tanda ia berusaha siap untuk mendengarkan. Walau ia merasa super duper capek sekarang.
"Maaf ya kak. Sepertinya kakak kurang peka akhir-akhir ini. Seperti yang kakak tahu, aku dan kak Miko sedang dalam sebuah hubungan. Hubungan kami solid dan baik loh. Aku sih berharap hubungan ini bisa bertahan lama. Jadi kalo kakak gak masalah..."
"Gianni! Kamu ngomong apaan sih? Harus sekarang gitu? Kita semua udah capek banget Gia…", tiba-tiba kak Miko datang dan memotong pembicaraan Gianni. Jasmina makin salah tingkah.
"Kak Miko, aku cuma pengen ngejelasin sama kak Jasmina. Ayo kak Miko, jelasin donk ke Jasmina... Hayo buruan....", pinta Gianni sambil melotot ke arah Miko. Miko terdiam, mencoba tersenyum... "Jasmina....", panggilnya pelan.
"Kak Miiikooooo. Kok diam aja sih?", tanya Gianni dengan nada sewot dan mata melotot. "Hayo coba kasih tau Jasmina kalo kita tuh udah lama jadian, dan kita tuh "in relationship". And… we're doin good. Hayo...Jelasin!", perintah Gianni. Jasmina maju selangkah ke arah kak Miko. "Hayo kak, coba katakan sesuatu", gumam Jasmina DALAM HATI. Ia ingin tahu sepengecut apa kak Miko. Cowok itu masih juga diam. HAH sudah Jasmina duga.
"Jadi kalo kak Jasmina ga keberatan, aku mohon jangan ganggu lagi kak Miko. Aku gak pernah tertarik dengan masa lalu kalian, dan jelas aku gak mau tahu tentang masa depan kalian. Karena yang penting sekarang adalah apa yang aku punya dengan kak Miko, Kak Jasmina paham kan? Kak… Kok kak Jasmina diem aja sih? Apa menurut kakak...",
"Cukup Gianni! Ayo kita pulang...", pinta kak Miko sambil menyeret Gianni. Tapi Gianni ingin mendengar kata-kata penutup dari Jasmina, ia mencoba bertahan. "Pulang Gianni, acaranya udah selesai. Nanti kita bicarain lagi...Jasmina pasti juga capek…",
"It's ok kak Miko, Gianni, gak ada yang harus kita bahas lagi kok. Gianni, kamu tuh salah paham. Aku sama kak Miko dari dulu juga gak pernah ada hubungan apa-apa kok. Hubungan kami, simply hanya Manajer dan artis aja. Artis sekolahan malah", jawab Jasmina sambil tertawa kecil.
"Kalaupun ada hal-hal mengkhawatirkan yang ditunjukkan oleh kak Miko ke aku, itu mungkin cuma pelarian kak Miko sebentar aja. Gak ada arti apapun untuk aku kok. Lagian aku suka sama orang lain loh. Orang lain yang lebih bisa menghargai aku, dan dari awal aku tau itu bukan kak Miko kok."
"So relax aja lagi! Jaga aja kak Miko jangan sampe dalam 2 atau 3 bulan jatuh ke tangan orang lain… Kita tau sendiri kan kayak apa kak Miko itu hihihi", tutup Jasmina sambil ketawa ngikik meninggalkan mereka berdua. Gianni dan kak Miko melotot dengan mulut ternganga. Teganya Jasmina!!!
Jasmina berjalan gontai ke arah tenda panitia. Ia semakin getol ingin mengemas apapun yang bisa ia kemas dan pulang. Hemm.. siapa yang akan mengantarnya pulang ya? Tadinya ia sempat berharap kak Miko yang akan mengantarnya pulang. Tanpa ia sadar, ada sesosok cowok yang mengikutinya dari belakang. Cowok itu sudah cukup geram mendengarkan seluruh pembicaraan Gianni, Jasmina dan kak Miko.
Ketika ia hampir menggapai bahu gadis itu, Jasmina sudah masuk ke dalam tenda panitia. Ada Bagas yang sedang berdiri sendirian di dalam tenda. Sepertinya ia sedang menunggu Jasmina. Ia kontan berdiri ketika Jasmina masuk ke tenda. Ia berhenti, sepertinya ia harus menunggu dulu. Ia Cuma merasa Bagas akan berbicara sesuatu yang penting kepada Jasmina.
"Jasmina, bisa bicara bentar?", tanya Bagas. Jasmina pura-pura tidak kaget. Ia berharap apapun yang keluar dari mulut cowok ini adalah hal yang baik dan menyenangkan. Sekali iiiiiiniiii saja. Dia lelah jiwa raga fisik dan mental. Ia tidak butuh "hiburan aneh" lagi dari para sultan hari ini. Tapi tentu saja, Jasmina kembali mengangguk.
"Ini... Jasmina... Aku dan Sharon kemaren makan di cafe. Dia mengambil foto selfie kami berdua. Malam ini, dia akan memasangnya di media sosial, dan akan ngasi tau ke semua orang kalo kami jadian. Kami... kami sih sebenarnya belum jadian kok. Suerrrr. Cuma Sharon uda ga sabar lagi. Aku takut... kamu tau sendiri kan, kemaren aja dia mutusin aku karena aku minta kami pacaran sembunyi-sembunyi. Aku takut kali ini..."
"Yes Bagas, aku paham kok. Ini saat yang kamu nanti-nanti kan? Kamu ga mau dia kabur lagi kan?", tanya Jasmina dengan sarkastis. "Jadi kita gimana gas? Kita putus sekarang? Gimana kalau..."
"Kamu tadi liat gak? Dia tuh dikerubutin ama cowok-cowok dari sekolah lain. Mereka tuker-tukeran akun IG dan nomer WA. Dia bilang ama aku, kalo hari ini juga kita ga putus, dia gak akan mau nyoba ama aku lagi... sorry Jasmina... sorry banget...", Bagas memohon dengan tatapan cool.
Jasmina paham. Bagas sekarang sedang terpojok, ketakutan seperti seekor anjing kecil yang dibully. Ia takut tidak ada jalan keluar yang lain, sementara sang pembuli memberikannya 1 saja jalan keluar. Ia ambil, atau dipukuli lagi. Sekarang ia mau ambil jalan keluar itu, ia ingin kembali memiliki Sharon. Sekarang atau tidak sama sekali.
Jasmina mulai tersenyum lebar, dan menepuk-nepuk pelan dadanya. Kemudian dia mencoba tertawa kecil ke arah Bagas. Senyumnya memperlihatkan hampir semua gigi putihnya. Tepukan di dadanya untuk meredakan amarah, seperti sebuah gunung vulkanik yang akan meletus, mengeluarkan lahar 1000 derajat panasnya.
"Ya ampun Bagas, it's ok loh. Kan dari awal kita cuma palsuan. Cuma kontrak ampe prom night. Kalo sekarang harus berakhir, bagus malah Gas! Aku juga uda capeeekk banget nih akting mulu, apalagi minggu depan kita udah ujian semester gitu loh. Jadi kan enak nih, selama liburan aku bisa cari-cari gebetan baru hihihi, ya gak?", tanya Jasmina sambil mencolek pinggang Bagas. Kemudian ia menutup mulutnya untuk menahan tawa (tawa super palsu).
"Bener nih? Kamu gak apa-apa kan? Nanti kalo ada yang jelasin, aku bakal bilang kalo kita udah lama sih putusnya. Cuma kita pengen berteman baik aja. Ok kan? Kita samakan jawaban kita ya. Kita teryata cuma cocok jadi teman masa kecil. Ok Jas?", tanya Bagas antusias.
Jasmina masih menutup mulutnya menahan senyum geli (palsu) dan mengangguk-angguk. "Ok Bagas", jawab Jasmina datar. Tapi masih tersenyum ringan. Ia menatap sepatunya. Kakinya pegal luar biasa. Ia mau pulang… secepatnya…
"Jasmina thank you... you are such an amazing best friend. Coba kalo dari dulu kita udah akrab begini. Pasti kita bisa ngelewatin masa SD dan SMP lebih baik. Mungkin aja saat ini pacarku bukan Sharon, tapi kamu. Tapi ya sudahlah", jelas Bagas sambil mengangkat bahunya dan tangannya dengan gesture "tidak tahu". Jasmina mengikik pelan dan mengangguk. Entah kenapa dia begini.
"Ok aku pulang dulu ya. Sharon uda di mobil. Bye Jasmina", seru Bagas sambil melambai ke arah Jasmina. Gadis itu balas melambai. Tapi kemudian...
"Eh Jasmina. Kita bakal tetep jadi temen baik kan? Aku tetep boleh kan minta saran-saran brilliant dari kamu? Aku kayaknya gak akan bisa survive nih tanpa arahan kamu hihihi. Buku kamu aja masih sama aku kok. Boleh kan?", tanya Bagas penuh harap sambil mencari tatapan mata Jasmina yang sejak tadi memandang lantai terus."Hemm... gimana?", tanya Bagas jahil.
Jasmina menatap Bagas dengan serius. Ia mengambil ransel dan semua perlengkapannya seakan bersiap untuk cabut dari tempat durhaka itu. Tapi ia sempatkan sebentar senyum ke arah Bagas.
"Bagas, keep the book ok? And aku mau minta tolong. Setidaknya sampai 2 minggu ke depan, JANGAN PERNAH HUBUNGI AKU. Tidak telfon, tidak WA, tidak mencegat aku di sekolah, apalagi nongol di rumah. Leave me alone sebentar bisa kan? Why? Aku cuma pengen fokus sama ujian sebentar lagi. Lagi lelah ama hubungan percintaan orang lain ", Jawabnya sambil berlalu meninggalkan Bagas di tenda panitia.
"Jasmina, kamu dan kak Miko....",
"It's not happening Bagas. He's just another unimportant person, just like you...." tutur Jasmina sambil menatap lurus, tegas dan tajam ke arah Bagas. Kemudian ia membalikkan badannya dan berjalan mantap. Berjalan entah kemana karena saat ini pun ia bingung akan pulang dengan apa dan dengan siapa. Ia terus berjalan cepat, ia takut Bagas akan mencegatnya lagi dan mengubah perasaannya. Dari jijik benci menjadi simpati dan suka. Sudah cukup. Sudah cukup.
Ketika ia berjalan melalui lorong tenda-tenda dari sekolah lain, ada sesosok tangan yang menariknya dengan kuat. Ia berteriak! Tapi sang tangan akhirnya membekap mulutnya juga dan membawanya ke salah satu tenda pantitia sekolah lain yang sudah kosong.
"Devon!", Jasmina menjerit dalam hati. Hampir aja tadi ia menggigit jari-jari itu. Kalo terjadi, entah jenis rabies apa yang akan diterima Devon hihihi.
"Devon, kamu apaan sih???", tanya Jasmina panik. Devon terdiam dan menatap mata gadis itu. Kok gak ada sedikit pun air mata? Tidak ada sedikitpun tatapan patah hati atau depresi. Wajahnya masih berani. Padahal ia tidak saja menyaksikan pergulatan Jasmina dengan Gianni dan kak Miko, tapi ia terpaksa harus mendengarkan Bagas memutuskan Jasmina dengan tidak gentle. Memang dua laki-laki itu super brengsek!!!
"Bantu aku cari Rania. Anak itu hilang...", pinta Devon pura-pura depresi. Ia mengerutkan bibir merahnya dan memasang mata jatuh seperti kelinci kelaparan. Jasmina kontan tertawa. Hhihihi lucu banget si Devon. "Ok baiklahhh. Apa balesan untuk aku?" tanya Jasmina.
Devon tersenyum... "Aku anterin kamu pulang. Aku anter sampeeeeee ruang makan", jawabnya sambil memutar-mutar perutnya. Jasmina kembali tertawa. Ternyata cowok ini mau numpang makan lagi.
Mereka mengemas seluruh peralatan Devon dan berjalan ke arah tenda sekolah Rania. Ternyata cewek itu sedang berbicara TERLALU akrab dengan KAK BAJA. Devon jelas melotot dan menyikut lengan Jasmina berulang-ulang. This isn't happening, gumam mereka berdua. Tampak sang playboy Baja, si atlit basket sedang mempraktekkan bahasa Inggrisnya ke Rania. Gadis itu bolak-balik tertawa manja. Ketika akhirnya Rania menyadari kedatangan Jasmina dan Devon, "Devon, he's so cute hihihi", kata Rania sambil menunjuk hidung kak Baja.
Jasmina dan Devon kontan kaget dan memasang ekspresi tertawa palsu dan kengerian. Rania semakin tertawa jahil melihat tampang Devon dan Jasmina. Jasmina langsung menyeret Rania ke arah mobil. Devon berbasa-basi sedikit dengan kak Baja dan pamit pulang. Hiiiiii seremmmm kalo sampe dua orang itu bener-bener deket, gumam Devon.
---
Mereka bertiga akhirnya sampai ke di depan rumah Jasmina. Rania ikut turun bersama Jasmina dan membantu gadis itu memasukkan segala barang-barang Jasmina ke dalam rumah. Bagas segera memasukkan mobil CRV-nya ke garasi rumahnya sendiri. Jasmina bingung. Kenapa pagar tidak terkunci? Ia memandang Rania. Gadis itu juga terkejut dan mulai ketakut. "Devooonnnn, come here QUICK!", jerit Rania ke arah rumahnya. Dua gadis itu mendekati pintu rumah Jasmina. Ketika Jasmina mencoba membuka kenop pintu, ternyata... pintu itu juga tidak terkunci! Rania terkejut dan menutup mulut kagetnya dengan kedua tangannya. "Devon!!! Hurry Up!!!", teriaknya lagi. Devon akhirnya datang. Ia akhirnya membantu Jasmina membuka pintu rumah Jasmina...
Baik Jasmina, Devon dan Rania, tidak bisa mempercayai yang mereka LIHAT! Kedua gadis itu menutup mulut mereka dengan tangan...