Chereads / Pacaran Paksa (Dengan Ketua OSIS) / Chapter 41 - BAB 40: Makan Malam Romantis

Chapter 41 - BAB 40: Makan Malam Romantis

Waktu sudah menunjukkan pukul 7.30 malam. Perut Jasmina sudah mulai protes. Ia tidak membawa bekal lebih hari ini. Sukurnya semua inventori sudah selesai dan sanggar seni sudah rapi dengan lemari baru dan AC yang baru terpasang. Jasmine mulai mengemas kembali laptop OSIS dan bersiap-siap untuk pulang.

"Aku traktir makan malam yah, sesuai janji!", komentar kak Miko. Jasmina tidak bisa menolah. Jasmina menganggung berkali-kali dengan imut seperti anak anjing. Kalo hari ini dia bisa makan bebas, tidak harus jus sayur. "Yippiiii", gumamnya dalam hati.

Mereka berjalan santai kea rah parkiran. Sekolah sudah begitu gelap. Memorinya kembali ke orientasi OSIS beberapa bulan yang lalu. Jasmina tersenyum, dan kak Miko menangkap senyum itu. "Hayoooo mikirin aku ya?", kak Miko bercanda. Ia menuntun Jasmina masuk ke mobil Jeep-nya. "Tyas tadi ga tau pulang duluan. Ga mau ikutan ama kita", jelas kak Miko. Sepertinya kakak itu bisa menbaca pikirannya, karena sejak tadi Jasmina melirik ke kiri dan ke kanan mencari kak Tyas.

Mereka berhenti di sebuah tempat makan kecil tidak jauh dari sekolah. Mereka menyajikan masakan padang. Jasmina menatap kak Miko tidak percaya. Ia tersenyum sumringah sambil mengepalkan tangannya dan mengerakkannya naik dan turun tanda antusias. "Hihihi yes Jasmina, hari ini kamu hari raya yah", jelas kak Miko.

Mereka turun dan mulai duduk di salah satu meja restoran Padang itu. Jasmine mengambil beberapa lauk yang ia suka dan mulai makan dengan antusias. Kak Miko tertawa melihat Jasmina, sepertinya anak itu sudah puasa terlalu lama. Salah satu pemandangan yang indah selama berteman dengan gadis itu adalah, melihat ia menikmati aneka makanan dan minuman. Jasmina bisa membuat semua makanan terlihat begitttuuu enak dan menyelerakan.

"hayoooo kayaknya ada yang lagi selingkuh nihhhh", tiba-tiba sebuah suara mengagetkan kak Miko dan Jasmina. Kontan mereka melihat sesosok cowok yang berdiri tegak dengan menggunakan setelan super santai: kaos oblong longgar, celana basket dan sendal jepit. Begitupun, ia terlihat begitu keren.

"Devon! Ngapain disini? Mau makan juga?", tanya Jasmina. Ia melihat devon memegang bungkusan berisi buah jeruk dan apel hijau.

"Nope, aku udah makan", jawabnya sambil menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Jasmina. "Bundaaa aku mau donk jus alpukat", Devon memanggil pemilihk restoran yang sedang berkutat di meja kasir. Sang perempuan yang ia panggil bunda memberikan gesture "ok".

"Bunda? Emang itu emak lo Dev?" tanya Kak Miko. Mereka bertiga tertawa. Ya ga mungkin lah, tampang Devon kayak bule begitu. Jasmine melihat suami istri pemilik rumah makan padang itu, sama sekali tidak terlihat seperti orangtua Devon.

"Aku tuh tinggal disini", jawabnya sambil nenunjuk lantai atas, yang membuat Jasmina dan kak Miko tiba-tiba berhenti makan. "Hahahah seriusss. Jadi si Bunda itu ternyata punya beberapa kamar yang disewakan diatas. Jadi aku nge-kost disini sejak mulai masuk SMA sini", jawab Devon santai sambil mencomot kerupuk putih.

Jasmina dan kak Miko masih terdiam. "Whhatttt??", tanya Devon sambil tertawa.

"Dari semua kost-kostan, asrama, rumah kontrakan, kamu memilih untuk tinggal di lantai 2 sebuah restoran padang? Emang nyaman Dev? Semurah itukah harga sewanya?", tanya Jasmina.

Devon tertawa. Jus alpukatnya sudah datang. Ia langsung meneguk sehingga jus itu tinggal setengah. "Loh kenapa enggak? Sewanya Cuma 1 jt. Ada kamar mandi yang bersih, di kamar ada AC, tempat tidur yang nyaman. Tiap pagi bunda selalu bikini aku sarapan yang enak, sebagian aku packing untuk makan siang. Buat malam bunda selalu bikini aku jus-jus sehat. Diatas aku tinggal dengan beberapa anak dari sekolah kita juga. Kami Cuma perlu mastiin restoran bukan ga kemasukan maling. Mereka tinggal 30 menit dari sini. Hayooooo dimana lagi coba bisa dapet tempat kayak begini??", jelas Devon.

Cihhhh pantes aja. Ekonomis juga nih anak. Tampang bole bule, tapi perhitungan juga. "Eh mobil lu taruh dimana donk?", tanya Jasmina. Ia ingat mobil CRV yang mereka pakai ketika akan membeli laptop sekolah.

"Oohh… itu aku parkir di sekolah. Bayar sewa ama pak Slamet, OB sekolah", jawab Devon sambil menghabiskan seluruh jus alpukatnya. "Ok deh aku naik dulu ya. Jasmina jangan pulang kemaleman, ntar dicariin Bagas lohhhh", celotehnya sambil ngedepinkan salah satu matanya. Iddihhhh. Jasmine menjulurkan lidahnya ke arah Devon yang mulai berjalan ke lantai 2.

---

Bagas memarkir mobilnya di sekolah yang sudah gelap. Ia menggunakan kaos yang akan dipakainya tidur, celana pendek dan jaket baseball dengan inisial namanya. Ia memasuki pintu sekolah dan berjalan ke arah sanggar seni.

"Mau kemana den Bagas?, pak Slamet sang OB tiba-tiba muncul. Bagas kaget dan nyaris berteriak. Serem juga ya sekolah kalo malam-malam begini. Ketika oritentasi OSIS setidaknya lebih dari 200 orang ada di sekolah. Nah ini, entah siapa yang menghuni gedung ini pada gelap-gelap seperti ini.

"Pak, tadi kayaknya di sanggar seni ada beberapa siswa yang lagi kerja. Apa udah selesai? Saya mau jemput Jasmina", jelas Bagas.

"Oooo neng Jasmin ya! Tadi sih bapak liat sekitar 10 menit yang lalu uda selesai tuh. Naik ke mobil den Miko deh kalo ga salah. Mereka yang terakhir keluar dari sekolah ini. Sekilas tadi bapak denger mereka mau makan di restoran padang di ujung jalan sini nih", jelas pak Slamet sambil menunjuk arah.

"Ok deh pak makasih ya", jawab Bagas. Saat ini pikirannya jadi berkecamuk. Entah itu ia kesal karena Jasmina akan berpesta pora dengan aneka hidangan padang, atau karena ia akan makan bersama kak Miko. Hanya berdua…

Bagas memarkir mobilnya persis di depan restoran padang itu. Ia keluar dari mobil dan ingin bergabung bersama mereka. Restoran itu tidak begitu ramai, tapi Jasmina dan kak Miko duduk di tempat yang cukup mencolok. Cukup mencolok hingga Bagas dapat melihat tatapan mesra kak Miko ke Jasmina, dan betapa gadis itu sangatttt menikmati makan malamnya (atau makan malam bersama kak Miko).

Bagas tiba-tiba menyadari sesuatu… selama ini Jasmina tidak pernah meninggung kalau ia menyukai dirinya, tapi apakah ia benar-benar tidak pernah menyukai siapaun selama ini? Apakah ia selama ini gadis itu menyukai kak Miko? Kalau iya, kenapa ia menerima ajakannya untuk berpacaran?

Apakah… Bagas cemburu? Bagas tidak bisa mendefinisikan perasaannya saat ini melihat Jasmina dan kak Miko. Ia memegang dadanya, sementara salah satu tangannya masih memgang kunci mobil. Ia berbalik arah dan kembali masuk ke dalam mobilnya. Ia mengetikkan WA ke Jasmina : apakah kamu sudah dirumah? Sudah makan malam? Tidak ada jawaban. Ya tentu saja. Gadis itu pasti masih sibuk dengan kak Miko. Bagas menghidupkan mobilnya dan menyetir ke arah pulang.

---

Kak Miko mengantar Jasmina pulang. Ketika benar-benar sampai di depan pagar rumah Jasmina, perlu beberapa saat kak Miko terdiam. Jasmina memperhatikannya. Ada apa gerangan? Toh mereka Cuma perlu pamit, saling melambai dan Jasmina akan turun dan berlari ke dalam rumah. Sikap hening ini membunuhnya…

"Kak Miko, is everything alright? Ada masalah apa kak?", tanya Jasmina enggan. Ya enggan. Ia takut pertanyaan apa dan pernyataan apa yang mungkin akan keluar dari mulut pink itu.

Kak Miko keluar dari mobil dengan cepat dan membuka pintu untuk Jasmina. Hahhh kok tumben? Ia masih diam dan menunduk, menunggu Jasmina turun dari mobil. Suasananya canggung.

"Kak Mikoooo dear, makasih banget loh traktirannya hari ini. Jasmina suka, udah lama banget gak makan enak kayak gini", celoteh gadis itu berusaha untuk mencairkan suasana. Tapi kak Miko masih diam, tapi kali ini menatap lurus ke mata Jasmina. Beberapa lampu taman kecil yang dipasang sepanjang pagar Jasmina, menambah kesan romantic.

"Are you happy now Jasmina. Are you happy with Bagas?", kak Miko bertanya dengan tatapan serius sambil MENGGENGGAM KEDUA TANGAN JASMINA.

Jasmina kaget tapi tetap tidak bisa melepaskan kedua tangan kak Miko. "Kak, kok tiba-tiba…", Jasmina bertanya sambil setengah ketakutan.

Kak Miko masih saja menatap wajah Jasmina. Saat ini ingin rasanya ia melepaskan tangan Jasmina dan memeluk gadis itu. Ingin berteriak sekarang gadis itu miliknya. Tapi gak mungkin. Alih-alih, ia melepaskan tangan Jasmina dengan satu hentakan, "Sialllll!", katanya.

"Kak Miko….", Jasmina berkata pelan.

"I cannot stop thinking about you. Do you think I like you?", tanya kak Miko.

Jasmina tercekat. Seperti ada bongkahan nasi kepal nyangkut di tenggorokannya. Sejak ia jadian sama Bagas, ini adalah puncak dari tujuannya. Di titik ini. Di titik mana kak Miko mungkin mulai menyukainya, atau memang selama ini menyukainya tapi baru menyadarinya. Harusnya ia senang bukan?

Tapi pertanyaan kak Miko. Ambigu sekali. Tidak jelas. Apakah ia tidak bisa berhenti memikirkannya, karena ia selama ini selalu ada di sisinya kah? Ia tidak yakin apakah ia suka atau tidak dengan Jasmina. Jadi intinya dia suka atau tidak? Kenapa nanya begitu? Apa karena ia merasa hanya tidak suka sesuatu yang ia (rasa) miliknya dan ingin merebut kembali? Egois sekali!

Jasmina menyentuh gelang dari Bagas. "Aku tuh pacarnya Bagas kak", jawab Jasmina pelan.

"PUTUSIN!!!! Aku kasih waktu sampe minggu depan!", kak Miko berkata keras sambil menutup kedua matanya dengan frustasi.

Maksudnya apa? Egois banget! Secara tiba-tiba minta ia memutuskan Bagas dan menjadi apa? Dari tadi kak Miko ga ada bahas soal meminta Jasmina menjadi pacarnya. Lantas jadi apa? Air mata mulai membendung di mata Jasmina.

"Kak Miko…" Jasmina tidak bisa berkata-kata.

"Sorry Jez, aku agak emosi, mungkin kecapean aja. Aku balik dulu ya. Bye", kata kak Miko dan langsung dengan cepat memasuki mobilnya dan tanpa pamit basa-basi lagi melaju jeep putihnya menjauhi rumah Jasmina.

Jasmin masih terkejut. Jadi maksudnya apa? Karena dia kecapean dan emosi, dia nyuruh Jasmina putih dari Bagas? Jadi kalo dia ga capek atau emosi, gak aka nada pertanyaan itu? Apakah suruhannya untuk memutuskan Bagas dalam waktu seminggu masih berlaku? Kalaupun akhirnya mereka putus, akankah kak Miko mengutipnya?

Jasmina berjalan super pelan membuka pagar dan berjalan ke kamarnya sambil berlinang air mata. "What should I do? How should I feel?", gumamnya.

---

Dari kejauhan, Bagas dapat melihat adegan demi adegan antara kak Miko dan Jasmina. Tangannya mengepal dan kepalanya pusing seperti di tarik-tarik. Perasaan campur aduk dalam dirinya: bingung, cemburu, emosi. Jiwa kompetisinya bergejolak.

Untuk apa berkompetisi? Toh Jasmina adalah PACARANYA! Ia harus memberi pelajaran kepada kak Miko.