Chereads / Pacaran Paksa (Dengan Ketua OSIS) / Chapter 45 - BAB 44: Tetangga Bule

Chapter 45 - BAB 44: Tetangga Bule

Jasmina menaiki Ojek online dari gerbang samping sekolahnya. Ia tidak mau berpapasan dengan Bagas di sekolah atau menuju rumah. Saat ini Jasmina tidak berniat untuk pulang kerumah. Ia sudah mengirimkan pesan kepada kak Gading kalau ia akan mampir ke mall yang agak jauh dari sekolah. "Mau Shopping KAK!" Ia sedang tidak ingin bertemu dengan siapa-siapa.

Sesampai di mall, ia mengganti seragam atasnya dengan kaos yang selalu ada di tasnya. Buat emergency seperti ini, ga nyaman rasanya keliling mall pakai seragam sekolah. Ia membiarkan rok SMA karena warnanya masih matching dengan kaos yang ia pakai.

Tujuan pertama Jasmina adalah restoran Pizza dan pasta yang sudah lama tidak ia datangi. "Bodo amat! Hari ini mau hari raya!", Jasmina menatap menu dengan rakus. Ketika pelayan datang, ia siap memesan,"Lasagna 1 yang large, pizza ukuran personal ektra keju, dan milkshake coklat!". Pelayan tersenyum simpul. Jasmina tidak perduli. "Cepetan ya maaasss, laper nih", celoteh Jasmina.

Ketika Akhirnya Jasmina asyik makan sambil menononton drama korea di HP, ia melihat sesosok cowok yang sangat familiar. Cowok itu menggandeng seorang cewek yang sangat cantik dan seksi. Mereka juga masuk ke restoran, namun memilih meja yang cukup jauh dari Jasmina, sehingga tidak menyadari kehadiran Jasmina di restoran yang sama. "Hey, itu kan Devon. Sama siapa tuh cantik banget! Pantesan aja di sekolah dia ga pernah ada gossip punya pacar. Wong pacarnya cantik banget kayak gitu!", gumam Jasmina dalam hati. Bodo amat. Bukan urusannya.

Setelah kenyang dan membayar makanannya, Jasmina keluar dari restoran dengan hati-hati agar tidak terlihat oleh Devon. "Hemm… andaikan cewek itu tau ya hari-hari Devon makannya padang 3 kali sehari. Kalo kencan aja baru deh makan di mall", Jasmina terkikik sambil menatap sekilas pada cowok itu. Ia melanjutkan perjalanan ke sebuah department store.

Ia sadar bahwa ia telah kehilangan 8 kg sejak pacaran dengan Bagas. Akhirnya, seluruh jus sayur, makan makanan sehat ratusan kali dalam sehari dan jogging membuahkan hasil. Ia tidak saja merasa lebih ringan, tapi banyak bagian-bagian tubuhnya yang cepat menyusut. Ia butuh baju-baju baru. Papa telah mengisi rekeningnya minggu lalu.

Tapi entah kenapa Jasmina tidak begitu berselera ketika melihat baju-baju itu. Haruskah ia tunggu sampai berat badannya turun 5kg lagi? "lagian untuk apa aku harus terlihat cantik? Toh aku juga udah ga punya pacar lagi. Atau, bisakah ia berharap untuk kembali menyukai kak Miko?", Jasmina bergumam dalam hati. Yaaa bisa jadi.

Ia mulai memilih gaun-gaun casual yang cocok dengan bentuk tubuhnya sekarang. Ia memilih sebuah gaun selutut warna ungu, sebuah celana jeans yang ngepas di badannya, dan sebuah jaket kulit, yang mirip dengan punya kak Miko. Ia juga membeli sebuah flat shoes berwarna ungu yang senada dengan gaunnya. "Bila suatu hari nanti kak Miko mengajakku pergi, aku pake ini deh", harapnya dalam hati.

Sekilas ia melihat Devon dan sang pacar juga masuk ke department store yang sama. Sang gadis memilih-milih baju, padahal Devon sudah memegang setidaknya 8 paperbag dari berbagai macam toko. "Dapet uang dari mana si Devon ini sampe sanggup bayarin tuh cewe belanja ya, ck ck ck", komentar Jasmina usil dalam hati. Sesekali ia melihat sang cewek menggandeng mesra Devon sambil menunjuk barang-barang yang ia inginkan. "Ahhhhhh, not my business!", gumamnya lagi.

Setelah selesai membayar, Jasmina akhirnya meneruskan ke tujuan akhirnya dan tempat favoritnya. Toko buku! Walau toko buku gerai terkenal ini sama sekali tidak romantis seperti di ruko itu, tapi Jasmina tidak perduli. Ia tenggelam bersama novel-novel percintaan remaja yang suka ia beli. Ia mulai membaca buku-buku contoh dan memutuskan untuk membeli 5 novel yang sedang diskon. Ia sudah membaca sinopsisnya di internet, "Kayaknya baper nih ceritanya", gumamnya sambil terkikik. Yaaa, saatnya menghibur batinnya.

Ketika Ojek online mengantarkannya tepat di depan pagar rumahnya, Jasmina melihat ternyata tetangga sebelah sudah menempati rumah sebelahnya. Lampu-lampu diruangan sudah menyala, begitu juga dengan lampu-lampu tamannya. Taman yang tadinya hancur berantakan sudah dipangkas rapi dan ditata, walaupun belum ada tanaman kecuali rumput.

Seekor kucing keluar dari pagar rumah tetangga dan lari kearahnya. Seekor kucing Persia yang sangat lucu. Walau agak gelap, Jasmina bisa melihat bulu kucing itu berwarna putih dan abu. "Lucuuu bangett kamuuuuu", Jasmina tidak tahan untuk berteriak, mencampakkan tas dan barang belanjaannya dan menggendong kucing itu. Ia memandang linton yang terpasang di leher kucing itu, "Jordan". Hah? Siapa yang ngasi nama kucing Jordan?

"Hey Jordan! Where are you!", suara seorang cewek memanggil-manggil sang kucing.

"Disini mbak!!", jawab Jasmina. Sang cewek keluar dari pagar.

Whattt! Pacarnya Devon! Tetangga aku pacarnya Devon?! Jasmina terperanjat!

"Rania! Did you found Jordan?", tiba-tiba sesosok cowok keluar dari pagar yang sama. Sang cowok menggunakan kaos oblong yang kedua lengannya sudah di gunting, menampakkan keteknya, dan celana basket. Ia tidak memakai sendal sama sekali. DEVON!!! Kok dia tinggal bareng pacarnya? Jasmina terperanjat sampai ia memeluk erat kucing itu dan menjauhkan sang kucing dari Devon dan pacarnya. Reaksi apa itu coba???

"Ahaaa Jasmina! Akhirnya kita ketemu juga ya sebagai sesame tetangga! Nih kenalin adekkku satu-satunya. Rania Ann Burnwood", Devon melambaikan tangannya ke Jasmina dan menunjuk cewek bule di sebelahnya…

APAAA?? ADEKKK???

---

Setelah meletakkan barang belanjaan dan tasnya di rumah, Jasmina di undang ke dalam rumah Devon dan Rania. Tidak ada tanda-tanda orangtua mereka disitu. Barang-barang masih di dalam kardus-kardus yang tersusun rapi di tengah-tengah ruang tamu. Kelihatan dapur belum beroperasi, Jasmina bisa melihat bekas-bekas kontainer pesan antar. Kulkas ukuran raksasa model terbaru kelihatan baru saja di bongkar dari kardus.

"Mama papa tuh kayak orangtuanya Dora the explorer. Tapi mereka bukan arkeolog mencari fosil. Mereka nyarinya minyak", kata Devon tertawa. "Sejak aku 5 tahun,dan Rania 3 tahun, kita pindah dari Indonesia ke Brazil. Disana kita sekitar 6 tahun lah, sampai akhirnya pindah ke Dubai. Karena mama papa maunya pensiun disini, jadi aku udah siap-siap dan pindah sendiri ke Indonesia. Makanya aku ngekost. Kalo Rania baru sampe beberapa hari yang lalu. Gak mungkin dia tinggal di resto Padang. Ya mulai sekarang kita tinggal disini".

"Oooo jadi Rania bakal masuk sekolah kita donk?" tanya Jasmina sambil memperhatikan foto keluarga Devon. Papanya bule, mamanya orang Indonesia. Mamanya cantik!

"Jiaaah bisa mati berdiri kali dia di sekolah kita", jawab Devon ngakak. Jasmina bingung. "Si Rania ini ga bisa bahasa Indonesia. Dia Cuma bisa bahasa Brazil sama Inggris doank. Jadi dia masuk sekolah internasional. Masih deket sekolah kita juga kok. Jasmina ingat salah satu sekolah internasional yang ikut berpartisipasi dalam festival seni Tanah Merah. Bright Star High School kalo ga salah.

"Jasmine, will you be my friend?", tanya gadis itu ramah.

Jasmina tersenyum, "It will be tiring then, because I can only speak English a little bit, jawab Jasmina berbohong. Iya kali a little. Dia kan juara debat bahasa Inggris. Mereka bertiga tertawa.

Jasmina cukup happy hari ini. Setidaknya hari ini ia mendapatkan seorang teman baru, baju baru, tetangga baru, dan semangat baru.