Chereads / Pacaran Paksa (Dengan Ketua OSIS) / Chapter 48 - BAB 47: Lembaran Baru untuk Jasmina

Chapter 48 - BAB 47: Lembaran Baru untuk Jasmina

Ini sebuah hari yang baru untuk Jasmina. Ia menghabiskan oatmeal dengan susu lowfat dengan ceria dan mengutip 8 kontainer makanan-makanan sehatnya. Hari ini ada rapat mingguan OSIS. Jasmina butuh ransum tambahan hihihi. Kali ini ia ikut membantu kak Gading dalam menyiapkan sarapan dan bekal-bekalnya. Tak ayal kak Gading heran luar biasa. Ada apa gerangan sehingga sang adik berubah bak kesambar petir? Salah makan kah? Terlalu banyak olahraga kah?

Seragam baru sudah di cuci dan sangat pas ketika ia kenakan. Seragam itu sangat pas di badannya yang mulai berbentuk. Rambut yang biasanya diikat pony tail seadanya, kali ini ia keramas dengan shampoo aroma stroberi dan ia blow-dry sangat lurus. Ada efek gradasi coklat-hitam efek dari salon yang mengkilap dirambutnya. Ia gunakan pelembab wajah, bedak tipis dan lip gloss warna natural dengan aroma stroberi. Ia oleskan lotion aroma stroberi di tangan dan kakinya dan melengkapinya dengan semprotan kecil parfum aroma stroberi (lagi) di pergelangan tangannya. Sudah tidak ada gelang dari bagas lagi disitu...

Kak Gading serta merta kuatir, tapi cukup senang dengan perubahan adiknya itu. Sebagai penghargaan untuk seluruh usaha Jasmina, ia menawarkan gadis itu untuk mengantarnya ke sekolah. "Yuk dek, kakak mau skalian ke kampus nih ngurus ko-as", kata kak Gading. Awwww Jasmina hepi banget. Kebayang dia bakal turun di gerbang sekolah bak tuan putri dengan penampilan barunya. Yes, It's a brand new day, brand new start, brand new Jasmina. Jasmina harus berusaha keras untuk menghargai dirinya sendiri.

---

Ketika akhirnya Jasmina muncul di gerbang sekolah, tak ayal beberapa pasang mata ternganga melihat penampilannya.

"Anak baru kah?",

"Hah itu kak Jasmina",

"Wow glowing banget!",

"Ya ampun Jasmina jadi langsing dan cantik banget!",

"WOO WOOWWW WWOOOO",

Alih-alih mengangkat wajahnya tinggi dan berjalan angkuh, Jasmina refleks berjalan pelan, tersenyum lembut dan mengangguk bolak-balik kepada tatapan orang-orang yang berpapasan dengannya. "Aduh ga biasa banget diliat begini", gumamnya dalam hati. Keinginannya cuma satu sekarang: tidak tersandung dalam perjalanan ke kelas. Jasmina berjalan agak cepat sekarang dan berharap tidak bertemu dengan orang-orang yang tidak penting. Tapi terlambat!

"Jasmina!!!", Marcella sang bendaraha memanggil. Bagas ada di sampingnya. Oooo bakal canggung banget nih. Ketika Jasmina menatap Marcella dan Bagas, tak ayal mereka berdua kaget dan melongo melihat penampilan Jasmina. Gadis itu berusaha kalem seakan-akan dia belum berganti casing. "Wowww JASMINA!!!", Marcella mulai norak menarik-narik tangan Jasmina sambil melompat-lompat.

Jasmina dan Bagas saling menatap dengan tatapan datar. Beberapa detik kemudian Bagas tersenyum hangat, dan Jasmina membalas dengan senyum yang sama. Seakan-akan mereka ingin mengatakan hal yang sama. "Hai, apa kabar? Long time no see", kira-kira begitulah arti tatapan mereka berdua.

Sudah tidak ada rasa cemburu, kesal, marah atau penghianatan di mata dan hati Jasmina. Serius! Ia telah berulang kali memposisikan dirinya di sepatu Bagas. Baik Bagas dan Jasmina juga bersalah dalam hubungan ini, walaupun akhirnya mereka berdua juga menjadi korbannya. Jasmina tidak hanya akan membuka lembaran baru, tapi ia juga akan membina sebuah hubungan baru dengan Bagas. Bagas menatapnya dengan penuh arti.

----

Rapat OSIS berlangsung alot. Para anggota sudah mulai dibebani dengan program-program yang sudah harus dijalankan dalam 2 bulan ke depan. Persiapan untuk festival lapangan Tanah Merah sudah 50%, dimana para talents tari, band dan paduan suara sudah mulai berlatih. Ternyata tadi pagi Marcella dan Bagas ingin memberikan update pendanaan dan status yang akan dipaparkan di rapat. "Beberapa hari ini susah banget nyari kamu Jezzz, ternyata lu lagi operasi plastik yeee, pantes aja", canda Marcella.

Jasmina mulai mengemas laptop OSIS dan seluruh catatannya ke dalam ranselnya. Rapat telah berakhir dan ia sedang bersiap-siap untuk pulang. Tidak hanya itu, ia juga bersiap-siap, pasti sekarang Bagas sedang menunggunya. Kalaupun tidak, ia juga akan datang mencari Bagas. Dia perlu bicara. Jasmina melangkahkan kakinya keluar dari ruang OSIS yang sudah kosong. Ia mengunci ruangan itu dan bersiap memberikannya ke Pak Slamet.

Di gerbang sekolah, ia melihat Bagas dari kejauhan sedang berdiri memegang 2 gelas panjang berisi coklat dingin. Hemmm buat siapa itu? Ketika Bagas melihat Jasmina, dia tersenyum dan memamerkan salah satu gelas itu ke arah Jasmina. Jasmina mengangguk paham sambil tersenyum, dan berjalan pelan ke arah Jasmina.

"Reward manis untuk yang sudah berjuang keras. Congrats Jasmina! You look like a new person...", komentar Bagas tersenyum. Mereka mulai berjalan super pelan ke arah pulang.

"Thanks Bagas. Tapi kalau dipikir-pikir, ini semua berkat kamu loh!", puji Jasmina sambil tersenyum ke arah Bagas. Cowok itu tersenyum jahil, "Masa siihhh", jawabnya sok imut. Mereka berdua kontan tertawa.

Iya, berkat Bagas. Setelah Jasmina memikirkannya beberapa hari, ternyata pacaran dengan Bagas walau cuma beberapa bulan telah merubah hidupnya. Ia menjadi lebih terkenal (walau ada beberapa yang membencinya), ia menjadi lebih sadar akan penampilannya. Bagas mendukungnya agar hidup lebih sehat dan memotivasinya untuk berolahraga. Ia secara terus menerus membangkitkan rasa percara diri Jasmina untuk bertransformasi. Walaupun mungkin Jasmina mengira Bagas melakukannya agar ia tidak malu punya pacar gembrot, tapi pada akhirnya, Jasmina lah yang menikmati hasilnya bukan?

Sebaliknya, Bagas sedikit menyesal. Memang dari awal ia ingin agar Jasmina dapat merubah penampilannya, tapi itu semata agar ia bisa mengalahkan pamor Sharon. Bagas memanfaatkan Jasmina untuk dendam pribadinya, mungkin tidak sedetikpun ia berfikir semua itu untuk kebaikan Jasmina. Tapi ia sekarang bersyukur ternyata Jasmina cukup pintar dan bijak menghadapi kenyataan. Jasmina mampu memutar keadaan untuk keuntungannya. Secara fisik ia tidak bisa membandingkannya dengan Sharon. Namun Jasmina memiliki kepribadian yang baik, dimana sekarang malah terlihat semakin luar biasa. Pada akhirnya, gadis yang pintar akn terlihat jauh lebih cantik kan?

Bagas menghentikan langkahnya, ia memutar badannya dan menatap Jasmina, "Jasmina, I'm sorry. Aku minta maaf. Aku uda jadi cowok super brengsek. Aku ga nyangka suatu hari aku bisa ada di dasar paling kelam dan kejam sampe bisa mainin perasaan dan hubungan dengan orang lain. Kamu berhak marah. Eh enggak. Kamu berhak murka! I am the worst", Bagas berkata dengan suara paling tulus.

Jasmina terdiam, menarik nafas yang panjang dan mencoba menemukan eskpresi yang paling jujur. Sudah habis marah, sudah habis sedih, sudah habis air mata. Tidak ada gunanya memanjang-manjangkan masalah. "Bagas I'm sorry too", kata Jasmina. Bagas yang tadi sudah memasang muka akan dipukul, sontak bingung. Kok?

Jasmina memasang muka bersahabat, "Aku juga dari awal ga jujur sama kamu. Aku memang pengen jadian sama kamu karena lari dari kenyataan. Bahwa kak Miko adalah cinta pertamaku, aku mungkin kesel karena ia ga kunjung suka sama aku, malah jadian sama anak kelas 10", Jasmina mulai tertawa dan menutup mukanya dengan malu. "Aku malu, kesel, dan aku pikir kamu adalah tiket emasku.Tiket agar akhirnya aku punya pacar keren, agar orang mulai menghargai aku dan berharap kak Miko cemburu", Jasmina berkata dengan suara menyesal.

"Sharon adalah cinta pertamaku Jas. Maaf ya kalo selama ini aku ga jujur. Aku bener-bener pengen balikan sama dia lagi. Aku mungkin kemaren emosi trus maen samber kamu aja... sorry", Bagas membalas dengan suara yang bahkan lebih putus asa.

Jasmina jadi merasa benar-benar bersalah. Sukurlah semua kejadian ini hanya diketahui oleh mereka berdua. Bila ada orang lain yang melihat, tentu saja hubungan pura-pura ini hanya akan menjadi boomerang untuk Bagas. Pada akhirnya dialah yang terlihat sangat bersalah. "Bagas, it's ok. Kita tuh cuma 2 orang yang berfikir secara impulsif karena ditolak oleh orang yang kita sukai. Walau pada akhirnya nih, ada sedikitttttt harapan kalau pada akhirnya kita bisa melupakan mereka dan kita bisa saling menyukai", kata Jasmina sambil merapatkan jempol dan jari telunjuknya, memperagakan istilah "sedikit" itu.

"Tapi dikit doank loh yaaaaa, kayak beneran aja", Jasmina tertawa dan diikuti oleh Bagas. Bagas tersenyum kecut. Ia tidak berani berkata kepada Jasmina bahwa di dalam hatinya, ia juga pernah berfikiran yang sama. Sedikiiitt saja harapan kalau ia juga akhirnya memiliki kebahagiaan dengan Jasmina.

"Begini aja Bagas, gimana kalau kita mulai lagi dari awal", kata Jasmina. Ia menyodorkan tangan Bagas seakan mengajaknya bersalaman. Bagas ragu dan curiga, tapi ia mengiyakan Jasmina. Ia menyambut jabatan tangan Jasmina. Sontak gadis itu berkata, "Hi, namaku Jasmina Winata. Aku sekretaris OSIS SMA 1001. Nama kamu siapa?".

Bagas tersenyum. Ia paham sekarang. Walau sejak TK ia berteman dengan Gadis ini, hubungan mereka memburuk gara-gara celengen. Persahabatan yang seharusnya indah bertahun-tahun, kosong hanya karena kesalahpahaman. Kalau pada akhirnya mereka bisa pacaran, itu murni karena ada niat yang gak beres. Jadi kali ini, mereka akan mulai kosong-kosong. Nol-Nol. Back to beginning. "Hai, namaku Bagas, aku tetangga kamu loh ternyata. Semoga kita bisa berteman akrab ya", seru Bagas dengan senyum yang super hangat.

"Dengan ini, mari kita lupakan semua di belakang ya Gas. Mau kenangan manis, kenangan pahit, orang-orang nyebelin yang memperkeruh hubungan kita. Ok?" Jasmina melepaskan tangan Bagas dan mengisyaratkan mereka harus mulai berjalan lagi. Bagas menggangguk.

"By the way Jaz, kamu masih suka gak dengan kak Miko?", tanya Bagas. Jasmina mengangkat bahunya.

"Gak tau nih Gas. Aku sih sekarang pengen fokus nyukai diriku sendiri aja dulu. Kayaknya uda lama banget aku benci ama aku. Gimana mau suka sama orang lain kalo aku sendiri ga suka ama akunya kan?", tanya Jasmina. "Hemmm, walaupun aku juga ga mau terlalu lama atau terlalu dalam nih suka ama diriku sendiri. Aku takut aku bakal jadi narsistik yang sombong kayak sang ketua OSIS", turur Jasmina sambil tersenyum jahil melirik Bagas. Sontak Bagas berhenti berjalan dan memukul kepala Jasmina dengan gelas plastik di tangannya. Gak kenceng sih, tapi embun-embun di sekitar gelas itu membasahi sebagian rambut Jasmina dan mukanya.

"Bagasssss basah nihhh!", jerit Jasmina sambil tertawa. Bagas tersenyum dan berjalan agak cepat menghindari balas dendam Jasmina. Gadis itu mengejarnya.

"Kalo kamu sendiri, masih suka gak ama Sharon?", tanya Jasmina. Bagas mengangguk. "Kirain gampang ngelupain dia Jaz. Cewek egois kasar begitu, sebenarnya apa bagusnya ya? Tapi aku uda lama banget suka ama dia. Mungkin sejak SD ato SMP, aku lupa. Tapi ga tau gimana aku tuh cemburu dan marah banget waktu tau dia uda dijodohin dengan kak Naga. Jasmina sontak kaget dan menutup mulutnya.

"Kak Naga? Naga bonar sang ketua OSIS yg lama?", Jasmina tidak habis pikir. Sharon yang toxic dan kak Naga sang pangeran. Bagas mengangguk. "Siapalah aku dibanding Naga. Kalo aku cewek, aku pasttiiii suka ama Naga juga!", jawab Bagas kesal sambil menonjok kepalan tangannya ke telapak tangan kirinya. Pernyataan terakhir membuat Jasmina geli dan eneg. Ia melirik Bagas dari atas sampai bawah berulang-ulang dengan tampang jijay. Bagas membalas melakukan hal yang sama dengan tatapan bingung tapi marah, "Apaan liat-liat ampe begitu banget hah?!.

"Ihhh Bagas ga nyangka dehhh, ternyata selain suka Sharon, suka sama cowok juga", kata Jasmina sambil tertawa dan mengambil langkah seribu lari dari Bagas. Bagas sudah bersiap-siap melemparkan gelas plastik kosong ke arah Jasmina. Mereka akhirnya kejar-kejaran sampai akhirnya tiba di taman bermain yang sedang kosong. Jasmina langsung mengambil tempat di salah satu ayunan, dan Bagas mengambil tempat di ayunan sebelahnya.

"Bagas, kalo kamu mau, aku bisa bantuin kamu untuk ngejar Sharon. Gimana?". tanya Jasmina. Bagas menggeleng. "It's over. Aku gak ada kesempatan lagi".

Jasmina tersenyum. Ia teringat kembali momen 15 menit sebelum Rapat mingguan OSIS dimulai tadi. Ia mendengar percakapan antara 2 orang di lorong sepi persis di samping sanggar seni. Kenapa Jasmina ini mirip banget spy. Selalu berhasil menguping pembicaraan-pembicaraan penting. "Bagas, percaya deh sama aku. Kak Naga gak bakal mau sama Sharon. Pokoknya kamu masih punya kesempatan. Gimana?"

"Kamu serius?", Bagas bertanya, mencoba mencari ekspresi Jasmina. Apakah gadis itu berusaha mengerjainya karena sakit hati. Tapi enggak. Ada keseriusan dan ketulusan disitu.

Tiba-tiba... sebuah mobil CRV melewati mereka dengan kecepatan lambat... itu Devon. "Woiiii ga di sekolah, ga di rumah. Pacaran mulu woii! Pulang... pulang!!!", seru Devon sambil tertawa. Disampingnya ada Rania sedang tertawa dan melambai ke arah Jasmina. Jasmina balas melambai.

"Pacar Devon? Rumahnya deket sini?", tanya Bagas.

"Enggak. Devon tu sekarang tinggal di sebelah rumahku! Surprise banget yak! Yang disampingnya tuh adekknya. Namanya Rania. Cantik ya", jelas Jasmina.

Bagas terdiam dan berfikir setelah mendengar teriakan Devon, "By the way Jas, siapa aja yang tahu kalo kita uda putus?". Jasmina terdiam. "Hemmm mungkin cuma Rania adeknya Devon. Devon juga ga tau kok", jawab Jasmina.

"Hemm pantes aja tadi Devon aja ngira kita masih pacaran ya", kata Bagas. Jasmina mengangguk-angguk pelan. "Gimana jelasin ke semua orang kalo kita sekarang putus ya Gas? Capek banget jelasinnya atu-atu. Apa kita konfrensi pers aja ihihihh", Jasmina tergelak. Ternyata repot juga ya pacaran dengan orang paling populer di sekolah.

Bagas kembali diam dan memasang tampang serius ke arah Jasmina, "Bagaimana kalau kita ga usah putus dulu? Setidaknya sampai tujuan kita berhasil?", tanya Bagas hati-hati.

HAH! APA? "Ya ampun Bagas, kamu gak kapok apa sama pembohongan publik. Kamu mau gimana lagi? Nanti pada akhirnya kita berdua juga yang sakit hati loh", keluh Jasmina sambil mengayunkan tubuhnya ke belakan agar ayunan itu mengayunnya maju dan mundur dengan kencang.

"Jasmina, selama ini kita jadi salah paham karena masing-masing kita menyembunyikan motif kita. Sekarang, kita blak-blakan aja. Kita sebutin maksud dan tujuan kita di hubungan ini, dan kerja sama agar tujuan kita berhasil. Ya! Tujuan aku untuk dapetin Sharon kembali. Aku bisa bantuin kamu untuk dapetin kak Miko lagi! Gimana?", Bagas mulai melakukan negosiasi politiknya.

Kontan Jasmina menghentikan ayunannya. "Tapi aku ga tau Gas apa aku masih suka dengan kak Miko. Lagian dia kayaknya udah jadian dengan Gianni", jawab Jasmina sambil kembali mengayunkan badannya maju dan mundur dengan pelan. Berbeda dengan kak Naga yang KEMUNGKINAN BESAR tidak menyukai Sharon, Kak Miko jelas-jelas playboy cap kampak yang pastinya sudah tidak sabar membawa Gianni ke ruko cinta itu. Ciihhhhh

"Apa sih Jas yang gak mungkin. Aku pasti berhasil. Aku akan mikirin caranya. Aku akan membantu transformasi kamu agar sempurna. Apapun yang kamu mau di OSIS, di sekolah, aku akan bantu kamu habis-habisan. Kamu akan menjadi "The Girl" yang diinginkan semua cowok di sekolah kita dan bikin iri semua cewek di sekolah kita. Gimana?

Jasmina tertarik, tapi itu agak bertentangan dengan semangatnya tadi pagi bukan? Untuk apa mengoleksi fans? Yang ada pada akhirnya malah mengoleksi haters. Ia tidak mau dianggap seperti "Panjat Sosial". Lagian ia masih memiliki kualitas yang memang berasal dari diri dan kerja kerasnya. "Entahlah Bagas...", jawab Jasmina.

"Bayangin aja Jasmina. Apa jadinya bila orang pada tau kalo kita putus dan pada akhirnya kak Miko toh ga jadi pacar kamu juga. Orang-orang bakal menghujat kamu. Setidaknya untuk saat ini, let's stay the same. Jadi sekarang apapun rencana kita dan apapun yang kita kerjakan, hanya untuk menggapai tujuan kita aja. Kamu bantu aku dan aku bantu kamu. Untuk detail dan caranya bisa kita bahas nantinya. Gimana?", Bagas menutup negosiasinya.

Jasmina ragu, namun ia setuju dengan Bagas. Kalaupun sekarang ia sedang panjat sosial dan mungkin sedang berada di tangga atas, ia tidak mau terjun bebas dengan lemah. Lemah boleh bego jangan. Ia harus memiliki strategi untuk keluar dari situasi percintaan yang rumit ini. "Ok baiklah. Tapi pastikan Image aku bersih yaaaa", pinta Jasmina.

Bagas mengeluarkan sesuatu dari kantong celana panjangnya. "Kalo gitu, pakai ini lagi donk", pinta Bagas sambil menyodorkan gelang rantai yang dalam waktu singkat pernah menjadi milik Jasmina.