Chereads / Pacaran Paksa (Dengan Ketua OSIS) / Chapter 44 - BAB 43: Hubungan Sementara

Chapter 44 - BAB 43: Hubungan Sementara

Jasmina kembali mengemas laptop OSIS ke dalam tasnya. Ia dan teman-teman sanggar baru saja selesai membahas persiapan-persiapan yang diperlukan untuk festival seni di lapangan Tanah Merah. Bagas tidak perlu ikut rapat ini, karena data-data yang diperlukan sudah dengan Jasmina. Kali ini Sharon tidak bisa berkelit. Ia harus ikut membantu. Dengan enggan gadis itu mengikuti rapat sampaaaaiiiii selesai. Dengan tampang kesal tentunya.

Orang yang Jasmina hindari hari minggu ini adalah kak Miko. Sudah hampir seminggu sejak insiden di depan rumah Jasmina. Ia tidak sanggup menjawab kak Miko, karena, memangnya apa yang harus ia jawab? Permintaan egois kak Miko benar-benar gak masuk akal. Selama ini ia menyukai kak Miko tapi gak sekalipun kakak itu bergeming. Ketika ia akhirnya punya pacar, kak Miko malah suruh ia mutusin. Tapi gak ada kata-kata kalau ia akan langsung menjadi pacar kak Miko juga.

Jasmina melihat ke kiri dan kenanan, dimana para anggota sanggar mulai berangkat pulang, dimana waktu menunjukkan pukul 3. Jasmina mulai beranjak menuju gerbang sekolah. Tapi, ia harus mampir ke kelasnya dulu, ada buku yang masih ketinggalan di loker kelasnya.

Tiba-tiba… ia memergoki percakapan seorang cowok dan cewek di sudut salah satu kelas yang seharusnya kosong. Itu Bagas dan Sharon! Jasmina bersembunyi sambil menutup mulutnya. Tapi ia tidak ingin beranjak. Dia ingin mendengarkan. Bagaimanapun, Bagas kan PACARNYA!

"Jadi karena itu Hah! Karena itu kamu mutusin aku? Kamu ternyata ngerjar kak Naga?, tanya Bagas dengan emosi.

"Ya, kenapa rupanya?", jawab Sharon menantang.

"Apa bagusnya dia dari aku?", tanya Bagas sambil memegang kuat tangan Sharon.

"Lepasin Bagas! It's over! Kita uda selesai! Lagian kamu kan uda sama si gembrot juga! Belum puas? Aku sih tau kamu ama dia cuma main-main aja! Huuuhhh! Mau coba bikin aku cemburu, jangan sama badut kayak gitu donk!", ejek Sharon sambil berkacak pinggang. Ia berhasil melepaskan tangannya dari Bagas.

"Sharon, stop it. Kamu tau kalo aku selalu suka sama kamu. Aku Cuma suka kamu Sher... Kalo kamu mau balikan sama aku, aku akan putusin Jasmina. Aku janji!", jawab Bagas penuh harap dan menatap mata Sharon. Kali ini suaranya melembut.

"What? Really? Just like that? Oh wow, ternyata kamu tega juga ya sama dia. Aku mah sebenci-bencinya sama Jasmina, ga bakal tuh sekejam kamu. Jadi apa dia di mata kamu, Gas", Sharon mulai tertawa sarkastis.

"She's no one", Bagas berkata lemah… "I just want to be with you Sher. Dari awal memang begitu", pinta Bagas.

"Bagas, kamu tuh kayak gini Cuma karena aku sekarang deket ama Naga kan? Asal kamu tau ya! Keluarga kami udah setuju dengan perjodohan ini. Naga akan masuk Harvard dan aku akan nyusul tahun berikutnya. Mungkin kami akan nikah di Amerika dan kuliah bersama. I mean, you're noting Gas, compare to him. Pelihara aja baik-baik si gembrot itu. Siapa tau dia bisa kurus ahahahahaha", Sharon tertawa dan berjalan meninggalkan Bagas.

"Sharon! Please, give me one more chance. Aku akui, aku cemburu liat foto kamu dan Naga. Tapi aku begitu karena aku masih suka sama kamu. Maap aku koreksi! Aku CUMA suka dengan kamu, dan aku ga rela kamu diambil sama orang lain! Pliss Sharon!", Bagas memohon sambil menggenggam kembali tangan Sharon.

"Hahhhh ga nyangka ya ternyata kamu bisa juga memohon kayak gini. Kemana kamu yang sok cool gak mau ngakuin hubungan kita dulu? SETAHUN AKU JADI PACAR BAYANGAN. Nyesel gak? Sorry Bagas, nothing left for you. Aku ada Naga sekarang. Bye!", Sharon berlari kearah keluar kelas.

Ketika Sharon keluar dengan buru-buru, ia tidak sengaja menabrak Jasmina yang masih kaget dengan apa yang baru saja ia dengar…

"Ahhh Haiiii gembrot! Disini rupanya! Panjang umur deh! Sorry kalo kamu denger ya tadi. Truths hurts, isn't it?", Sharon tersenyum geli dan meninggalkan Jasmina sambil tertawa puas.

Bagas buru-buru keluar dari kelas dan mendapati Jasmina yang berdiri kaku… ada keheningan yang mencekam. Tidak ada orang yang berlalu-lalang di dekat mereka. Hanya mereka berdua. Bukankah sudah sewajarnya mereka membicarakan tentang apa yang baru saja terjadi? Bukankah sekarang saat yang tepat Bagas menjelaskan… ada apa sebenarnya…?

Jasmina tidak kuat, ia sudah mengambil aba-aba untuk berlalu pulang.

"Jasmina berhenti!!! Kita harus bicara!", Bagas kembali lagi menjadi cowok dingin dengan suara yang tegas. Wajahnya muram.

Jasmina tidak sanggup, tapi ia kembali sadar. Hey, ini hubungan pura-pura, dan ia memang harus bersiap untuk kemungkinan-kemungkinan seperti ini. Ia tersenyum manis. "Ada apa Gas?", tanya Jasmina setelah mengatur napasnya dan meredakan amarahnya. Apakah ia berhak untuk marah, by the way? Tenang… senyum… tenang… senyum…

"Sorry Jasmin. Maaf, aku ga ada maksud buat nyakitin siapa-siapa", Bagas berkata dengan suara yang berat dan tegas. Tidak ada nada penyesalan disitu. Lebih ke nada… perintah. "Kan kamu tau kan, kita hanya pacaran pura-pura. Hubungan kita ini Cuma sementara. Apa alasan di balik hubungan ini, kita gak perlu ungkapin kan?", jawabnya lagi.

Jasmina menggeleng, "iya gak perlu, it's fine".

"Kamu juga manfaatin aku kok! Aku tau kamu mau pacaran sama aku, cuma ingin buat kak Miko cemburu kan? Gimana? kamu seneng gak ternyata dia sekarang udah mau sama kamu?", tanya Bagas.

Jasmina bingung mau menggeleng atau mengangguk. Ooo jadi Bagas benar-benar ada di luar rumahnya malam itu dan mendengarkan percakapan Jasmina dan kak Miko? Hatinya perih… tidakkah Bagas tau kalau akhir-akhir ini hanya Bagas yang selalu ia pikirkan? Apakah Bagas tau kalau ia entah kenapa berharap hubungan mereka lebih dari sekedar pura-pura?

"Bagas…", Jasmina memanggil nama cowok itu pelan. Ingin sekali ia ungkapkan semuanya. Ingin ia berkata ia sekarang sedang patah hati, karena ia mulai menyukai cowok itu. Tapi ia tidak sanggup, apalagi setelah mendengar pengakuan Bagas kepada Sharon. Pastinya, tidak ada ruang tersisa sedikitpun di hati Bagas.

Jadi, selama ini, apa yang mereka jalankan benar-benar hanya pura-pura? Hanya demi membuat Sharon cemburu? Hanya supaya gadis itu berang dan akhirnya mau kembali ke Bagas? Sejak kapan mereka pacaran? kapan mereka putus?

"Jezz, aku harap kamu bisa dewasa ngeliat ini semua. Aku harap kamu ngerti. Nanti kita bicara lagi", Bagas berkata sambil meninggalkan Jasmina sendiri. Baru kali ini Jasmina melihat sisi Bagas yang ini. Sisi pengecut dan tidak dewasa. Cihhh ternyata dia tiada sempurna.

Walau Bagas tidak melihat, Jasmina mengangguk setuju. "Iya bener Gas, kita hanya pacar pura-pura. Kontraknya kan Cuma sampai prom night. Kenapa aku harus marah? Kenapa aku harus kecewa?", gumam Jasmina dalam hati.

Ia membuka gelang rantai yang melingkar di tangan kanannya dengan hati-hati. Ia berlari mengejar Bagas. Ia berdiri tepat di hadapan cowok itu sambil tersenyum ramah.

"Bagas, aku paham kok. Semoga hubungan kita selama ini mencapai tujuan. Tapi kayaknya gak usah kita terusin lagi ya. Udah kebongkar juga kan sama Sharon", Jasmina berkata dengan wajah seikhlas dan setulus hatinya. Ia meletakkan gelang itu dalam genggaman Bagas. Ia tersenyum lebar, nyaris tertawa. Ia meredam sakit hatinya, dan meluaskan hatinya seluasssss samudera.

"I had a great time! Thank you Bagas. Jangan kuatir. Aku akan tetap professional di OSIS", Jasmina membungkuk sedikit ke arah Bagas dan tersenyum ramah. Ia melambai kearah Bagas sambil berjalan mundur, sampai akhirnya ia berbalik dan berlari menjauhi Bagas. "Aku Cuma pengen pulang!", gumamnya. Air matanya hampir berlinang.

Ia sering melewati saat-saat ketika ia di bully karena bentuk badannya, jerawatnya, atau hal lain. Bully kali ini dilakukan oleh orang yang terdekat di hatinya, atau dia kira begitu. Bagas kejam. Kejam gak sih? Tapi ia juga kejam. Dari awal memang salah satu tujuan ia setuju akan hubungan ini adalah kak Miko. Balas dendam. Membela harga dirinya.

Berbeda dengan Sharon yang sudah lari ke kak Naga, kak Miko justru malah mengejar dirinya sekarang. Bukankah seharusnya Jasmina senang?

Kalau senang, kenapa hatinya seperti ditusuk-tusuk pisau begini? Ini kah maksudnya senjata makan tuan?