Pagi ini Jasmina berangkat lebih cepat menuju sekolah, dan berjalan lebih cepat dari biasanya. Sepertinya Jasmina belum sanggup bila harus berpapasan dengan Bagas pagi ini, atau bahkan minggu ini. Bila ia mengingat kejadian demi kejadian para hari Sabtu kemaren, ia masih suka tersenyum sendiri. Walau itu hanya akting semu untuk keperluan media sosial, kenapa hatinya berdebar kencang?
Ketika ia sampai di kelas, ia buru-buru mengeluarkan sarapan sehatnya yang belum sempat ia makan dirumah karena terlalu terburu-buru. Ia membuka youtube dan menonton video olahraga yang dikirimkan kak Gading tadi malam. Coach Gading akan memaksanya untuk melakukan gerakan ini mulai minggu ini. Setelah hampir sebulan ini Jasmina menghabiskan 1 jam setiap sore untuk berbagai macam olah tubuh. Tidak terasa, Jasmina sudah kehilangan 5 kg!
Pikiran Jasmina kembali melayang ke kencan mereka hari Sabtu kemaren. Bagaimana ia harus menyapa sang ketua? Apakah ia harus lebih sering tersenyum kepadanya? Haruskan ia mengajaknya pulang bareng hari ini? Apakah gunung e situ akan kembali membeku dan kaku? Jasmina ingat hari ini ada rapat OSIS. Pasti Jigatra dan Marcella akan mengejek mereka mati-matian. Bagaimanakah mereka harus bersikap? Malu-malu kah? Cuek kah? Hadeehhh…
Setengah jam kemudian satu persatu teman sekelasnya sudah mulai memasuki kelas. Tidak ayal ke-4 sahabatnya mengerubungi Jasmina sambil meledek, "Ciieeee yang kemaren kencan, romantis amat sihhhhh", ejek Siska. "Ciyusan beb, gimana caranya kamu bisa bikin si kepal milo itu senyum manis kayak gitu. Ya ampunnn bintang film koreaku tambah cakep aja ya!", celoteh Mila.
Jasmina dengan malu-malu menceritakan detail kencannya. "Aku ada oleh-oleh nih buat kalian. Tapi ntar bagi-baginya pas makan siang aja yaaahh", jawab Jasmina.
"widihhh kayak baru pulang dari bulan madu aja", celoteh Mila. Mereka semua tidak tahan untuk tertawa terbahak-bahak.
Sementara Bagas memasuki gerbang sekolah dengan jalan santai seperti biasa. Ia sadar sekarang berapa puluh pasang mata sedang menatapnya dengan bervariasi. Ada yang terkejut, ada yang tersenyum, ada yang marah dan tatapan-tatapan aneh lainnya.
"Memangnya aku salah apa?", gumamnya tapi tetap memasang tampang kalem dan cuek. Ia tidak dasar bahwa itu adalah hasil dari postingan-postingan ia pada hari Sabtu dengan Jasmina. Follower media sosialnya yang berjumlah lebih dari 2000, dan mayoritas perempuan pastilah menimbulkan berbagai reaksi. Apalagi hampir semua cewek-cewek di sekolahnya sudah mengikuti akun media sosialnya.
Bagas sedang berfikir keras bagaimana ia harus bersikap dengan Jasmina hari ini. Harusnya ia bersikap sepertia ia pada biasanya, ataukah ia boleh bersikap seperti hari Sabtu kemaren? Agak aneh bila kemaren mereka sudah mulai akrab dan hangat, tiba-tiba kembali dingin dan kaku seperti sebelumnya.
tapi bukankah wajar bila kita boleh bersikap sedikit berbeda dengan pacar sendiri? Lagipula Jasmina itu kan pacarnya. Wajar bila ia bersikap sedikit lebih ramah dan hangat kepadanya.
Tapi… sikap hangat dan ramahnya kemaren kan hanya pura-pura. Lagian Jasmina sendiri juga hanya pacar pura-pura. "Gimana nih ya? Hari ini ada rapat harian OSIS lagi", gumam Bagas frustasi.
Sementara di kantin pada saat istirahat makan siang…
"Jasmina! Hellooo gadis-gadis cantik", kak Miko duduk dan menyapa Jasmina dank e-4 sahabatnya yang duduk di salah satu meja kantin. "Udah pada makan belum? " tanyanya. Miko melihat kontainer makan siang Jasmina yang berukuran kecil. Sepertinya Jasmina menurut kepada Bagas untuk makan dalam porsi yang kecil-kecil. Gadis itu kelihatan makin langsing!
"Ya ampun Jasmina porsi makannya kecil amat. Nih, sebagai bonus karena kamu uda makin kurus, kakak ada reward nih buat kalian berlima!", kak Miko mengeluarkan 5 coklat silver queen ukuran besar kepada 5 gadis itu. Mereka kontan kompak tertawa ngikik. "Loh kenapa?", tanya kak Miko
Jasmina mah sekarang gak makan coklat susu lagi kak. Dia mah uda hidup sehat. Sekarang dia Cuma makan COKLAT SULTAN! Less sugar and FAT FREE", komentar Mila sambil menunjuk Jasmina dengan dagunya yang panjang. Jasmina kontan senyum-senyum sambil menggigit sekeping dark chocolate pemberian Bagas kemaren.
"Nih, kakak mau? Bagas juga beliin kita coklat yang penuh gula dan lemak susu kok hihihi", kata Siska sambil meyodorkan sebuah paperbag dengan logo toko coklat di ruko itu.
Miko terkejut, dan tiba-tiba hatinya terasa kosong. Itu adalah toko coklat yang ada di ruko. Miko sempat membeli beberapa potong permen dan coklat saat itu, tapi ia tidak membelikan untuk Jasmina. Ia membelikan untuk Gianni karena gadis itu bilang ia sangat suka coklat almond premium. Sepertinya Jasmina sempat melihat bungkusan itu. Mungkin karena itu kemaren ia membelinya. Eh tunggu dulu, bukankah mereka bilang Bagas yang MEMBELIKANNYA?
Miko sadar, kali ini ia telah kalah lagi...
---
Rapat OSIS akan segera dimulai, tapi Jasmina belum kunjung datang. Saat ini Bagas sedang diwawancarai oleh Jigatra, Marcella dan beberapa kepada bidang OSIS yang sudah berkumpul. Mereka mengomentari foto-foto yang dipajang Bagas di media sosialnya. Bagas kesal dan ia berpura-pura tidak mendengar. Walau sebenarnya dalam hati, Bagas cukup puas dengan hasil usahanya kemaren. Ingin rasanya ia bertemu dengan Sharon dan menanyakan reaksinya. Tapi ternyata hari ini ia sudah ijin untuk tidak ikut rapat dan digantikan oleh Mila.
Akhirnya Jasmina muncul dengan aneka minuman untuk para peserta rapat, "Sorry banget telat ya, tadi ternyata Ojek online nyasar buat nganterin ini nih, konsumsi kita", jelas Jasmina. Ia menatap Bagas sedetik, kemudian langsung memasang laptop OSIS dan menghubungkannya ke projector diruangan OSIS. Ia memberikan isyarat kepada Bagas untuk memulai rapatnya.
Tadi malam mereka membahas apa yang akan dibicarakan pada rapat hari ini melalui chat WA. Tapi hanya itu aja. Bagas sama sekali tidak menyinggung soal kencan hari Sabtu kemaren, atau rencana akting mereka setelah itu. Bahkan percakapan dengan Bagas sangat formal dan biasa, seperti halnya mereka sebelum kencan itu. Atau mungkin karena bahasa chat, yang terkesan tanpa emosi. Bahkan tidak 1 emoticon pun yang keluar dari Bagas maupun Jasmina…
Sesekali Bagas menatap Jasmina sambil menjelaskan isi presentasi, tapi gadis itu selalu menatap laptop atau menunduk untuk mencatat sesuatu. Ia tidak meminum Bobba tea seperti yang lain. ia hanya minum air mineral botol. Ketika sesi tanya jawab dan diskusi pun, Jasmina tidak mengeluarkan komentar apa-apa. Ia sibuk mencatat. Atau sibuk dengan pergolakan hatinya?
Gejolak hati Jasmina maupun Bagas makin menggila ketika rapat OSIS mendekati akhir. Artinya… sebentar lagi mereka akan berbicara. Entah itu untuk menyapa, basa basi ataupun pamit. Dan entah Bagas atau Jasmina belum tau bagaimana harus bersikap.
Rapat usai, satu persatu anggota keluar dari ruangan. Jasmina pasti akan menjadi orang terakhir yang keluar ruangan, karena ia harus membereskan projector yang dipakai, juga mengemas laptop OSIS. Ia sengaja berlama-lama. Entah supaya Bagas langsung pulang dan tidak usah menegurnya, atau malah, Bagas dapat dengan santai menegurnya setelah semua orang pulang? Eh…
Ketika ia akhirnya keluar dan mengunci ruangan OSIS itu, Bagas sudah menunggu dirinya. Seperti biasa, ia tampan. Luar biasa. Ia menatap Jasmina dengan lembut, tapi belum ada satu senyumpun yang dipasangnya. Baik itu senyum cold, cool atau senyum hangat seperti Sabtu kemaren.
"Jasmina, mau pulang bareng?", tanyanya cool. Ketika Jasmina akan menjawab…
"Jasmina! Help!", dari kejauhan kak Tyas dan kak Miko berlari kearah Jasmina dan Bagas. Ada apa ya?
"Bagasss pinjam Jasmina bentar yaaaa. Ternyata tuh Sharon memesan lemari penyimpanan baru untuk sanggar seni dan AC. Jadi sekarang kita mau renov tipis-tipis dan menyusun inventory sanggar. Jasmina nih selama ini yang paham beginian. Boleh yaaaa", pujuk kak Tyas sambil mengatupkan kedua tangannya tanda memohon.
"Mungkin bisa sampe malam nih. Jangan kuatir, makan malam nanti aku traktir. Aku juga yang akan anter dia pulang", jelas kak Miko.
Bagas ragu, tapi sebenarnya dia tidak punya hak untuk bilang iya dan tidak. Toh ini murni urusan Jasmina. Jawaban tidak akan membuatnya seperti Ketua OSIS yang tidak kompeten karena membiarkan Jasmina tidak mengerjakan tugasnya. "Aku ikut bantuin, gimana", tanya Bagas.
Jasmina, kak Miko dan kak Tyas kaget, tapi di satu sisi mereka senang. Entah sang ketua OSIS sangat perhatian dengan sanggar, ataupun ia mendukung karena kuatir sang pacar akan kelelahan. "Ihhh ga usah pak ketua. Santai aja. Kita butuh Jasmina Cuma karena dia yang paham kok. Janji deh ga jadiin dia kuli heheheh", jelas kak Miko.
"Ok then, sukses ya buat kalian semua", pamit Bagas begitu saja. Ya, begitu saja, ia langsung membalikkan badan dan meninggalkan mereka bertiga. Jasmina tau kalo bagas orangnya cool cenderung cuek. Tapi sikapnya barusan bener-bener agak keterlaluan bukan? Setidaknya dia masih pacar bohongannya, setidaknya dia bisa lebih ramah dengan pamit secara eksklusif dengannya. Bukan begitu? Karena sikapnya menjadi begitu kontras dengan postingan media sosialnya. Seakan-akan mereka sekarang sedang berantem.
"kalian baik-baik aja kan?", tanya kak Tyas. Jasmina kaget, tapi langsung tertawa terbahak-bahak. "Iya donk kak aku sehat! Kenapa?", seloroh Jasmina.
Kak Tyas tersenyum. Sebenarnya ia agak curiga dengan hubungan antara Bagas dan Jasmina yang terkesan dadakan kayak tahu bulat. Tapi ia yakin cinta akan tumbuh diantara mereka berdua pada akhirnya, seiring dengan kebersamaan mereka.
"Cieee yang kemaren kencanya romantis bangetttt", komentar kak Tyas Usil. Jasmina kontan tertawa. "Hahahah apaan sih kak Tyas. Yuk ah aku bantuin biar cepet selesai. Mumpung aku bawa laptop OSIS nih. Sekalian kita catet", jawab Jasmina. Miko menatap 2 perempuan di depannya. Mungkin ini kesempatannya, pikirnya.
---
Sementara, Bagas berjalan dengan pelan menuju rumahnya. Kepalanya masih berputar-putar dengan kejadian barusan. Apakah ia berkata atau bersikap salah?
Sial banget! Tadinya ia benar-benar ingin mengajak Jasmina pulang bareng. Setidaknya ia ingin ngobrol dengan gadis itu dengan lebih santai. Ia harus mengakui, di depan Jasmina, ia tidak harus menjaga imej. Ia bisa berbicara tentang apa saja dan dengan ekspresi apa aja. Rasanya, nyaman. Atau karena gadis itu sehingga ia bisa mengeluarkan sisi lain dari dirinya dengan nyaman?
Kenapa juga tadi ia tidak bersikap lebih ramah dengan Jasmina ketika pamit? "Ngapain juga tadi aku grogi banget di depan kak Miko dan kak Tyas! Padahal Cuma pengen pamit baik-baik doank, kok malah ga bisa ngeluarin kata-kata yang pantes sih!", gumam Bagas dalam hati.
Ingin rasanya tadi Bagas menarik tangan Jasmina dan membisikkannya untuk hati-hati, jangan kecapean dan meminta gadis itu untuk menelponnya ketika semua selesai. Ia ingin menjemputnya. Tapi, kok ga bisa ya?
Haruskah ia mengirimkan pesan WA ke Jasmina?