Hari ini ada rapat umum di sanggar seni sekolah. Diharapkan semua anggota sanggar seni dari kelas 10 sampai kelas 12 hadir untuk membicarakan program-program sanggar dalam setahun ke depan sambil... ehem... memperkenalkan ketua sanggar seni yang baru. Duh...
Sharon Miles kali ini tumben sekali tiba tepat waktu di sanggar seni bersama kelompok cheerleader sekolah. Tampak 2 meja di dekat projektor yang telah tersedia aneka minuman kemasan, cupcakes dan cemilan lainnya. Hari ini mama Sharon sang ketua komite juga ikut memberikan wejangan sebentar. Baiklah... semoga ini menjadi kabar baik untuk sanggar seni.
Jasmina mengambil tempat persis di sebelah kak Tyas. Ia datang dalam kapasitas sebagai sekretaris OSIS. Bagas entah kenapa juga turut hadir. Spesial sekali ya sanggar seni sekolah tahun ini. Ruangan sanggar menjadi penuh sesak, dan sepertinya permintaan agar AC dipasang, akan segera dirilis. Fiuhhh...
Rapat pun berlangsung, wejangan dari ketua komite sekolah dan Bagas, membuka pembicaraan. Selanjutnya, Sharon menampilkan program-program kerjanya di projektor yang dipinjam dari sekolah. Banyak kegiatan-kegiatan yang bersifat "mercu suar" dan glamour menghiasi presentasi. Anggota sanggar yang lama cukup takjub dibuatnya. Entar mereka takjub dengan akan sehebat apa kegiatan-kegiatan itu nanti, ataupun takjub entar kegiatan ini tidak mungkin terlaksana karena begitu rumit dan tidak relevan dengan pentas seni.
"Tentu saja main focus kita yaahhh, pasti donk acara pentas seni 5 sekolah yang akan di adakan di tanah merah, dimana kita akan menurunkan talent-talent amazing kita, kemudian kita juga akan mengadakan festival seni di sekolah kita pada bulan desember yaaahhh, dimana kita akan mengadakan class meeting atau lomba-lomba kesenian antar kelas, dan tentu sajaaaa yang menjadi spotlight, ofcourse, Prom Night untuk para senior kita ya. Akan ada Mister and Miss Prom Night hihihi", cerocos Sharon tanpa henti.
Para anggota sanggar ada yang mencatat, ada yang tertegun dan mulai mengangguk-angguk, dan ada yang sudah mulai bosan dan memainkan HP. Diantara semua orang, seharusnya kak Miko ada nih. Secara dia kan ketua bidang kesenian tahun lalu. Ia bahkan seharusnya menyampaikan wejangan juga donkkk. "Kak Miko tumben, kok ga dateng ya?", tanya Jasmina ke kak Tyas. "Tadi sih ada kok di kelas, kayaknya dia uda rencana mau kesini juga", jawab kak Tyas yang sibuk memakan cupcakes warna warni itu.
Jasmina masih melihat ke kiri dan kenanan, ketika secara tidak sengaja matanya bertatapan dengan mata Bagas, yang sepertinya sejak tadi menatapnya terus menerus. "Pantesss aja dari tadi kok perasaan ga enak, ealaah ternyata ada yang nyorot", gumam Jasmina. "Hahhh", kak Tyas bengong menatap Jasmina. Bagas masih saja menatap Jasmina. ia bergumam dalam hati, "Hari ini, harus hari ini, mission of love yang terakhir: dari mata jatuh ke hati. Ternyata Bagas sedang latihan...
Ketika akhirnya rapat bubar, Jasmina buru-buru keluar dan entah kenapa mencoba mencari kak Miko. Hari ini, ia ingin melatih mission of love nomer 3: dari mata turun ke hati. Ia harus menanyakan secara jujur kepada kak Miko, apakah kak Miko ada perasaan terhadapnya, atau setidaknya, perhatian kak Miko akhir-akhir ini sebenarnya ada maksud yang lain? Ia menyusuri lorong-lorong kelas 12. Nihil. Jasmina menyusuri lorong kelas 11 dan kantin, hemmm gak ada juga. Akhirnya ia tiba di lorong-lorong kelas 10. Sudah sepi karena waktu menunjukkan pukul 4 sore.
Jasmina melihat 2 sosok yang sudah berdiri saling berhadapan, cowok dan cewek. Sangat-sangat dekat sehingga mereka berbicara harus berbisik, mungkin agar tidak memekakkan telinga masing-masing. Mereka tertawa cekikikan, sang cewek menutup mulut kecilnya sambil tertawa kecil, sementara sang cowo menyisir rambut sedikit gondrongnya kearah belakang dengan jari tangan kanannya. Selanjutnya sang cowok menyisir rambut sang cewek dengan jari-jari yang sama. Membelai rambutnya dari atas sampai ke ujung, membuat rambut yang bergelombang indah itu bergoyang-goyang.
Kak Miko dan Gianni...
Jasmina tercekat, langkahnya terhenti. Pasangan itu tidak melihat Jasmina datang dan masih asyik bercengkrama mesra. Jasmina mundur perlahan, karena ia kuatir tangisnya akan pecah. Beberapa butir air matanya sudah mulai membendung, sehingga pandangan matanya mulai kabur. Dadanya bergemuruh, jantungnya berdetak lebih cepat. Ia bisa merasakan asam lambungnya naik dan mulai mencapai tenggorokannya. Ia mencoba bernafas pelan-pelan, ia takut tenggelam oleh rasa kaget... dan sedih... dan kecewa...
Ia masih saja berjalan mundur pelan-pelan sampai tiba-tiba ada sesosok manusia yang ia tabrak dengan punggungnya, dan sang manusia refleks memeluk kedua lengannya. "Kak Tyas....", Jasmina mencoba tersenyum manis menyapa seniornya itu. Tapi air matanya yang tadi terbendung, mencair dan berlinang di pipinya. Jasmina refleks tertawa dan menghapus air mata itu, "Loh kak Tyas kok belum pulang sih?".
"Capek ya Jas? Kakak tau, pasti capek. Kakak juga pernah ada diposisi itu...", ia mulai berbicara.
"Ah enggak kok kak, lagian tugas OSIS belum begitu banyak. Nanti Jasmina boleh donk yaaa nanya-nanya sama kak Tyas gimana cara jadi Sekretaris OSIS yang ok. Kak Tyas itu keren banget lohhhh!", jawab Jasmina diplomatis.
Kak Tyas tersenyum, "Bukan OSIS Jasmina, tapi Miko. Kakak tau dari hari pertama kamu masuk, kamu tuh langsung ngefans banget sama Miko. Cinta pertama ya?", kak Tyas menggoda Jasmina. Gadis itu tidak bisa berkata-kata. "Dulu kakak juga gitu Jasmin, dari kami sama-sama masuk ke SMA ini. Dia tuh cinta pertama aku juga. Kami begituuuu akrab. Kayaknya di sekolah ini, hanya aku yang benar-benar dekat dengan dia. Tapi tidak sekalipun kami pernah membahas soal perasaan ini, yang ternyata cuma milikku", kak Tyas tertawa lirih.
"Tidak sekalipun ia pernah melihat seorang Tyas sebagai seorang gadis, gadis yang ia pacari, walau cuma 2-3 bulan aja. Lalu kaka liat kamu, dan kakak sempet mikir, mungkin kamu beda. Mungkin ia akan berhenti memacara cewek-cewek random yang singkat dan mulai membina hubungan yang lebih baik dengan seseorang yang baik juga,tentunya."
Jasmina terdiam. Ia tidak perlu dibedakan dengan cewek-cewek yang cuma singgah sebentar di hati kak Miko. Walaupun sebentar, Jasmina ingin mencoba menjadi kekasihnya. Walau cuma sebentar. Asalkan itu dengan kak Miko. Tapi kak Tyas benar, setelah memiliki harapan tinggi, ibaratnya sepertisedang berada di puncak rollercoaster. Ada banyak usaha untuk bisa sampai diatas. Pemandangan di atas begitu indah, rasanya enggan untuk turun. Tapi kejadian beberapa menit yang lalu, seperti rollercoaster yang bergerak turun dengan kecepatan tinggi, membuat kepala pusing, perut mual dan perasaan muak. Ya, lelah dan muak.
"Gak kok kak, aku udah ga suka lagi sama kak Miko", jawab Jasmina dengan bohong. Kak Tyas menatap mata Jasmina. "Serius? Kakak kira kamu tuh masih suka, apalagi kakak liat akhir-akhir ini kamu tuh deket sama Miko. Bener kan?", jawab kak Miko dengan penasaran.
"Gak kok kak, aku sebenarnya suka sama orang lain, malah aku udah jadian sama dia. Doain ya kak kami langgeng. Oiya kak aku pulang dulu ya, kayaknya dia uda nungguin aku, mau pulang bareng. Bye kak Tyas", jawab Jasmina dengan intonasi yang paling ramah dan melambai pergi meninggalkan kak Tyas. Selanjutnya Jasmina berlari ke arah gerbang sekolah. Air matanya mulai keluar lagi, dan paru-parunya mulai terasa sesak. Jasmina, patah hati...
Jasmina terus berlari dan ingin cepat-cepat sampai rumah. Sampai akhirnya ia melihat sosok yang sangat familiar dari belakang. Punggung yang tinggi besar, dengan bahu yang lebar, rambut hitam legam dengan ransel warna abu-abu. "Bagas...". Jarak mereka sekitar 3 meter.
Bagas Menoleh. Ahhh kebetulan banget. Sedari tadi sebenarnya Bagas sedang mencari Jasmina. Di tangannya ada segelas es coklat yang sudah mulai berembun. "Tadi sambil lewat aku beli ini. Nihhh!", Bagas menyodorkan gelas plastik berisi Ice choco kesukaan Jasmina.
Kemudian Bagas melancarkan misinya. Ia menatap Jasmina selama 5 detik dengan tatapan paling ikhlas dan tulus yang pernah dimilikinya. Ia sengaja mencairkan es yang selama ini menumpuk di hatinya. "Kali ini harus berhasil, aku harus mengajaknya SEKALI LAGI agar ia mau menjadi pacarku", gumam Bagas dalam hati. Sepuluh detik berlalu, mata mereka masih saling menatap.
"Jasmina... aku pengen ngomong sesuatu... Jasmina, aku pengen..."
Jasmina memotong kata-kata Bagas, "Bagas, kamu masih pengen aku jadi pacar kamu?". Bagas tersentak kaget, tapi secara refleks ia menganggung mantap. Ia melangkah ke arah Jasmina. Sekarang mereka hanya berjarak 1 meter. Ia mengambil tangan kanan Jasmina dengan dua tangan. "Maksud kamu?"
"Kalo kamu serius mau jadi pacarku, ok kita coba aja. Ayo kita pacaran. Mau pacaran pura-pura, pacaran kontrak, pacaran beneran, terserah kamu. Ayo kita coba aja", jelas Jasmina dengan wajah datar. Tidak ada senyum tapi juga tidak ada kesedihan di raut gadis itu. Hanya serius.
"Walau kita ga saling suka? Kamu ga masalah?", tanya Bagas dengan lebut. Jasmina mengangguk mantap.
"Kita akan mengumumkan kepada semua orang, dan kita juga akan pergi berkencan. Ga masalah?", Bagas bertanya dan Jasmina langsung mengangguk.
"Aku tetap boleh manggil kamu celengan? Atau aku harus mulai manggil sayang?", tanya Bagas jahil mencoba mencairkan suasana.
Jasmina terdiam. "Panggil aku apa aja yang kamu mau, aku ga masalah". Jasmina melepaskan tangan Bagas, "hari ini adalah hari pertama kita. Aku pulang duluan, jangan ikutin aku. Syarat-syarat dan peraturan selama pacaran ini, kita bicarain lain kali aja. Aku capek", jelas Jasmina sambil kembali berlari ke arah rumah yang tinggal beberapa ratus meter lagi.
Ia kembali menangis, segitu saja kisah cintanya di SMA. Harus kandas karena gak jelas awal dan akhirnya. Jasmina tau kalau yang baru saja ia lakukan adalah tindakan terimpulsif, ternekat, mendadak dan mungkin terbodoh yang pernah ia lakukan. Tapi ia harus bergerak cepat agar ia tidak jadi bulan-bulanan perasaannya sendiri. Setidaknya sekarang ia punya pacar, idola banyak orang, setidaknya walaupun ia tidak bisa mendapatkan cowok impiannya, biarlah ia menyimpak cowok impian banyak cewek lain. Siapa tau hal ini bisa merubah pandangan kak Miko terhadapnya. Ibarat kata orang, bila milik kita sudah menjadi milik orang lain, kita akan merasa kehilangan dan bahkan memperjuangkannya untuk kembali.
Sementara, Bagas masih terkejut dengan apa yang Jasmina katakan. Ia tidak menyangka hanya mengikuti kata-kata mbah Google, ia bisa langsung berhasil. Ia bahkan belum sempat bertanya dengan Jasmina, gadis itu sudah melengkapinya. Menyanggupi menjadi pacar kontraknya. Bagas menimbang-nimbang, ia punya waktu 8 bulan untuk membuat Sharon Miles cemburu, dan sukur-sukur masih mempertimbangkannya untuk menjadi pacarnya lagi. Bagas kembali tersenyum.