Chereads / Pacaran Paksa (Dengan Ketua OSIS) / Chapter 30 - BAB 29: Dari perut naik ke hati

Chapter 30 - BAB 29: Dari perut naik ke hati

Sejak pukul 5 pagi Jasmina sudah sibuk di dapur berusaha membuat sesuatu. Ia ingat toko coklat yang ia liat di ruko tempo hari. Sepertinya ia bisa membuat coklat berkat bantuan video youtube. "Hemm coba kita liat ya, sepertinya kak Gading ada stok coklat untuk masak deh. Tinggal di lelehin aja", Jasmina mulai mengobrak-abrik dapur kak Gading.

Ia memarut coklat susu batangan itu menjadi serpihan kecil dan mulai memasukkannya di mangkuk Aluminium. Ia meletakkan mangkuk aluminium itu diatas panci berisi air yang sudah mendidih. Uppss kecilin dulu apinya agar uapnya tidak masuk ke dalam coklat. Jasmina mngaduk-aduk coklat yang sudah mulai mencair itu dengan penuh perasaan (atau penuh cinta?). Ia kemudian menuangkan coklat leleh itu ke loyang-loyang berbentuk heart kecil-kecil, ternyata peralatan memasak kue milik almarhumah mama masih sangat berguna. Sebelum coklat itu mengering, Jasmina menumpuk coklat-coklat itu denan potongan almond yang banyak. Hemmm. Pasti enak nih.

Setelah sejam lebih berkutat di dapur, Jasmina akhirnya mengemas coklat-coklat itu ke dalam sebuah toples kecil dan memberikannya pita. Ia memasukkannya ke dalam paperbag yang kecil dan imut. Tidak lupa sebuah kartu ia tuliskan di dalamnya: a sweet treat for a sweat friend. Ya... masih friend kan? Jasmina senyum-senyum sendiri. "Wish me luck ya mama sayang", doanya.

Jasmina memandang dapur yang sudah hancur berantakan karena ulahnya. Sepertinya ia tidak akan sanggup menghadapi kak Gading pagi ini, padahal sebentar lagi cowok itu akan turun untuk menyiapkan sarapan. Jasmina memutuskan untuk berangkat sekolah lebih cepat. Ternyata, karena terlalu sibuk membuat coklat, Jasmina ternyata belum sarapan sama sekali. Ia cepat menyambar Snack protein kak Gading dan sekotak susu instan kecil. Kak Gading sudah turun dari lantai 1 dan sepertinya akan sarapan. "Kak , aku pergi dulu yaaaa", teriak Jasmina sambil lari dengan kecepatan topan". Kak Gading tersenyum melihat ulah adiknya. "Semangat banget si bebeb pagi-pagi mau sekolah. Uda sarapan blon sih dia?", gumam kecil kak Gading sambil berjalan menuju dapur. Menuju dapur... disitulah mata kak Gading terbelalak.

"Jasminaaaaaa!!!! Kenapaa dapur jadi kayak kapal pecah gini sihhhhh?", Gading berteriak depresi.

-------

Jasmina tidak sabar menunggu waktu makan siang. Ia ingin memanggil kak Miko sebentar dan memberikan "paket" yang sudah ia siapkan sejak tadi. Misi dari perut naik ke hati, harus sukses hari ini. Ketika bel tanda istirahat makan siang berbunyi, ia sontak langsung keluar kelas dan menuju kelas kak Miko. Ia menunggu kak Miko keluar dengan sabar sambil menyapa satu-satu seniornya yang keluar dari kelas kak Miko. "Kak Mikooo!", seru Jasmina ketika ia melihat seniornya itu baru keluar kelas sambil membawa sebuah bungkusan kecil. Paperbag coklat atau perman dari salah satu ruko yang kemaren. Kenapa kak Miko nenteng-nenteng itu ya?

"Eh Jasmin. Ada apa? Aku mau kebawah bentar", jawab kak Miko. Jasmina sumringah, "Kak, ini aku iseng tadi malam bikin ini kak Gading nih. Cobain donkkkk".

"Wowww keren banget kalian! Ga nyangka kak Gading suka bikin-bikin ginian juga ya. Makasi banget ya Jas, aku simpen ke dalam dulu ya", jawab kak Miko sambil masuk kembali ke dalam kelas. Jasmina senyum malu-malu dan menunggu kak Miko. Satu menit, dua menit, 3 menit, kok kak Miko gak keluar-keluar ya? Oohhh mungkin lanjut makan siang di kelas kali ya? Jasmina agak kecewa dan berjalan menuju kantin. Ia lupa, sepertinya hari ini gak bawa bekal makan siang. "Duh, terpaksa angri dan beli makanan di kantin nih", gumamnya kesal.

"Jasminaaaaa!", tiba-tiba dari arah samping, muncul Bagas. "Udah makan siang belum?", Jasmina menggeleng lemah. "Bawa bekal makan siang gak?", Jasmina kembali menggeleng lemah. Bagas tersenyum lucu. Ternyata Jasmina kalau lapar, lucu juga hihihi, pikirnya. "Jangan sampe gak makan loh, aku ga mau karyawanku sakit", celoteh Bagas asal. Jasmina melotot ke arah Bagas dengan bingung. "Karyawan? Emangnya situ gaji saya hah??", tanya Jasmina lemah. Ia terlalu lemas untuk berantem.

"Nih cobain ya, mama bikinin aku bekal Lasagna, beliau bilang kasih satu buat kamu", Bagas menyodorkan sebuah kontainer dari aluminium foil yang isinya masih hangat. Oohhh ohhh oohhhh Lasagna buatan mama Bagas terenak. Sejak kecil Jasmina adalah penggemar pasta buatan beliau. ASIIIKKKK. Tanpa sadar (mungkin karena terlalu lapar), Jasmina menyambar bungkusan itu dengan cepat, "Makasi Bagassss".

Bagas tidak bisa menahan tawa kecilnya. Secara refleks ia memegang bahu Jasmina dan berkata "Ya udah, diabisin ya, jangan sakit loh!". Baik Jasmina bahkan Bagas kaget dengan perlakukannya barusan. Okey mungkin akhir-akhir ini si gunung es tidak se-cool atause-cold biasanya, tapi menyentuh bahu Jasmina sambil mengucapkan kata-kata baper seperti itu, agak berlebihan bukan? Bahkan Bagas menahan napasnya dan matanya secara refleks melotot. Mau bilang maaf, kok rasanya aneh. Mau senyum lebih hangat, rasanya lebih canggung lagi. "Ok then by Jaz", pamit Bagas dengan cepat memutar balik badannya dan berjalan ke arah kelasnya. "Hehh, itu tadi apaan?", Jasmina bingung. Yowes yang penting makan siang hari ini aman thanks to Bagas.8785000

Bagas berusaha untuk menormalkan degub jantungnya. Yowes, mission of love: dari perut naik ke hati, done.

sementara, dari kejauhan, Sharon Miles sedang memperhatian Bagas dan Jasmina bertransaksi dengan canggung. "Hemm... aneh, ngapain tuh mereka". Walaupun Sharon tidak tertarik lagi dengan Bagas, tapi dia tidak rela bila Bagas terlalu dekat dengan Jasmina.

----

Siang itu, Jasmina sedang berjalan gontai menuju gerbang sekolahnya untuk pulang. Hari ini agak melelahkan dan mengantuk karena aktifitasnya sudah dimulai lebih bagi gara-gara coklat itu. Sekilas ia melihat Gianni, salah satu juniornya di sanggar seni sekolah. tubuhnya mungil, rambutnya bergelombang berwarna hitam legam sepunggung. Wajah orientalnya yang cantik, tidak sulit membuatnya populer di kalangan adik kelas, dan tentu saja para senior. Apalagi dia juga salah satu anak buah Sharon di cheerleader. Ia menyapa Jasmina dengan ramah sebelum masuk ke dalam mobil yang menjemputnya. Jasmina melirik sesuatu di tangannya: Paperbag kecil bertuliskan nama toko coklat dan permen dari ruko itu. Awww mungkinkan Jasmina tinggal di kompleks itu dan salah satu penggemar toko itu juga?

"Heyy Jasss, pulang bareng yuk!", tiba-tiba Bagas menyenggol pundaknya. Ia sebenarnya ingin berontak dan mengacuhkan sang ketua OSIS. Tapi berkat lasagna lezat tadi siang, ia memutuskan untuk lebih ramah kepada sang ketua hari ini. 'Hayuuuuu", jawabnya pelan.

"Jasmina, weekend depan kamu sibuk gak? Ikut aku yuk", tanya Bagas. Jasmina berhenti menatap Bagas curiga. "Enggakkk loh yaaaa aku ga ngajak kamu kencan. Kita bakal pergi berempat ama Jatra dan Marcel, itung-itung darmawisata OSIS. Kita mau beli laptop ama projektor. Uda saatnya ruangan OSIS punya itu", jelas Bagas ketus. Jasmina lega dan mulai kembali berjalan gontai diikuti oleh Bagas. Selama perjalanan pulang, Bagas mulai membahas hal-hal yang akan mereka cari sekalian bersama Jatra dan Marcel, sampai tidak terasa mereka sudah sampai di rumah Jasmina.

Mereka berdua terdiam di depan pagar Jasmina. "Ya udah, aku uda sampe rumah nih. Sono pulang", usir Jasmina. Bagas diam dengan tatapan dingin, "Aku haus, minta minum donk!". Hahhhhh padahal rumah Bagas itu jaraknya cuma 8 rumah dari rumah Jasmina. Gadis itu ogah membuka pagarnya. "Minta minummmmm JASMINAAA, pelit amat sihhhh!!!", Bagas mulai berbicara dengan nada tinggi. Jasmina melotot ke arah Bagas dan siap-siap melayangkan Kepalan tangannya ke muka cowo ganteng itu.

Tiba-tiba pintu rumah Jasmina terbuka, "Ehhh apaan tuh ribut-ribut? Ehhh Bagas! Tumben ih udah lama ga mampir. Yuk masuk Gas!", kak Gading serta merta membuka pagar dan menyilahkan Bagas masuk. Sekilas Jasmina bisa melihat tatapan dingin penuh kemenangan Bagas, lengkap dengan senyum ala Joker. "Ihhhh nyebelinnnn", Jasmina menggosok kepalan tangan kanannya ke telapak kirinya.

Sudah lama banget Bagas tidak main kerumah Jasmina. Mungkin terakhir kali adalah ketika mama Jasmina meninggal, mereka sekeluarga mengunjungi rumah itu beberapa kali dalam seminggu. Beda sih ya, kalo seorang ibu yang meninggal, rumah seperti kehilangan nyawa. Mama Jasmina yang selalu menghidangkan aneka makanan, roti dan kue yang enak, yang selalu menyapa ramah teman-teman Jasmina dan para tetangga, seketika suram. Interior rumah tidak banyak yang berubah, hanya dahulu, mama Jasmina suka memajang bunga-bunga segar dan rutin menggantinya setiap minggu. Begitu juga dengan aroma roti dan kue yang biasanya selalu tercium, bahkan ketika melewati rumah ini.

PLLAAAAKKKKK, suara gelas yang dihentakkan mendadak di depan Bagas. "Minuummmm", tegas Jasmina sambil melotot ke arah Bagas. Bagas tertawa lepas, "galak amat sekretaris gueeee". Jasmina melengos dan meninggalkan Bagas duduk di area dapur mereka. Sukurnya ada kak Gading yang akhirnya mengajak Bagas ngobrol. Jasmina berjalan kesal menaiki tangga menuju kamarnya. Namun sayup-sayup ia dapat mendengar percakapan kak Gading dan Bagas...

"Jadi sekarang pacarnya siapa Gas", tanya kak Gading.

"Hemmm... Pengennya sih Jasminan kak", jawabnya.

keseeelll gak???