Semalaman Jasmina susah tidur. Ia masih membayangkan kencan pertamanya seumur hidup yang ternyata not bad dan dilakukan bersama orang yang selama setahun terakhir ini ia sukai. Tapi ia masih penasaran, kemana hari ini kak Miko akan mengajaknya. Ia bahkan gak ngasi tau pukul berapa kak Miko akan menjemputnya hari ini. "Rahasia", katanya.
Waktu menunjukkan pukul 7 pagi di hari Minggu, Jasmina beranjak malas untuk turun sarapan, ia mulai menuruni tangga ke lantai 1. Ia masih mengenakan hoodie bergambar beruang dan celana olahraga dan rambut yang ia kuncir seadanya. Ia belum menyikat gigi dan mencuci mukanya.
Alangkah kagetnya Jasmina ketika menuju meja makannya, ternyata sudah ada papa, kak Gading dan KAK MIKO yang baru akan mulai menyantap sarapan! Whaattt?? Kok bisa? Jasmina tidak bisa berkutik, ia telah sampai di ujung tangga dan akan canggung banget kalau dia harus berlari lagi ke atas untuk dandan. "Kak Miko, kok pagi-pagi udah ada disini?", tanya Jasmina dengan pernuh rasa enggan campur malu.
"Hehehe iya nih. Tadinya mau ngajak olahraga bareng di taman deket sini,kayaknya seru. Tapi kak Gading sama om ngajak sarapan dulu", jawab kak Miko cengengesan. Kak Miko sudah menggunakan satu stel pakaian olahraga, lengkap dengan kaos kakinya. Jasmina menatap tajam kak Gading. Kak Gading dengan tampang jahil, mengoleskan selai ke rotinya sambil mengangkat bahunya beberapa kali. Papa dengan senyum penuh arti, langsung mengajak Jasmina sarapan, "hayu atuh Jasmina sayang, ikut sarapan nih sama kita. Nanti kalo abis ini mau lanjut kencan lagi, yah silahkan". Secara serempak Jasmina dan kak Miko terbatuk-batuk canggung. Aduh… situasi macam apa ini?
Mereka berempat melewati sarapan yang cukup seru. Gak sangka ternyata kak Miko cukup supel dan mampu membawa diri dan pembicaraan bersama papa dan kak Gading. Topik kesehatan selalu menjadi andalan pak dokter da pak calon dokter, sementara kak Miko banyak bertanya-tanya dan mengangguk-angguk.
Walaupun Jasmina sempat sebal karena kak Miko jadi melihat sisi terburuknya (ketika bangun tidur di hari Minggu yang malas), sepertinya baik-baik aja. Tidak ada baju yang membuat efek langsing, tidak ada make-up yang membuat tirus, atau rambut yang baru di keramas dan di sisir halus. Apa adanya, semoga kak Miko tidak kabur.
Setelah sarapan, kak Miko dan Jasmina mengelilingi taman di dekat rumah Jasmina. Mereka sepertinya ga berniat olahraga sih. Cuma pengen ngobrol aja. "Ternyata putri Yasmin tetep cantik ya walau baru bangun tidur", puji kak Miko dengan tampang jahil. Jasmina sontak mencubit lengan kak Miko. "Auuuccchhh, serius Jezzz", kata kak Miko sambil berlari kecil menjauhi Jasmina.
Ketika kemaren kak Miko telah melihat sisi terbaik Jasmina, hari ini ia harus melihat Jasmina di sisi terburuk. Tapi kata pepatah, ketika seorang cowok melihat sisi terburuk sang pacar dan mereka fine aja, berarti cowo itu tulus loh. Dan hubungan mereka akan lebih langgeng karena mereka saling menerima apa adanya…. Eh tunggu dulu. Apakah mereka sudah dalam tahap itu?
"Jez, kamu ga pengen tahu, kenapa kamu bisa jadi sekretaris OSIS alih-alih ketua bidang kesenian?", kak Miko memulai pembicaraan yang lebih serius. Kali ini mereka sudah menyelesaikan 1 putaran taman itu, dimana satu putaran sepanjang 1,2 km.
"Iya juga ya kak. Kayak masih jadi misteri gitu. Padahal aku uda yakin banget bakal masuk ke bidang kesenian. Keputusan siapa sih kak? Kak Naga Bonar kah? Kak Tyas kah? Atau jangan-jangaaannn, kak Miko yaaaa sengaja masangin aku sama si gunung es. Bayangan Bagas seketika muncul di kepala Jasmina, dan ia jadi merinding.
"Sembarangan! Bukan donk. Jadi gini, kita kan uda nge-plot sebenarnya. Jadi Bagas pasti donk, jadi ketua umum. Jatra jadi wakil ketua, Sharon jadi sekretaris dan Marcella akan jadi bendahara. Untuk kesenian tuh kamu sama Mila dan beberapa anak sanggar donk."
" Tapi tiba-tiba sepertinya Sharon gak mau jadi sekretaris. Yaaa mungkin dia ngerasa bosen kali ya, kerjaan sekretaris paling Cuma ngetik-ngetik gitu dan bakal repot karena harus terus-terusan damping ketua ke sekolah lain atau undangan ke acara-acara sekolah gitu. Nah gak tau gimana caranya, Pembina OSIS kita mengusulkan dia untuk jadi ketua bidang olahraga aja, karena cheerleader sekolah kan berhubungan ama oloahraga tuh. Tapi kak Baja ngamuk donk. Dia udah plot Devon untuk ada disana. Ya kalleeeee Sharon jadi ketua, sedangkan anggotanya tuh cowok-cowok anak basket, anak futsal, anak sepak bola. Mau jadi apa bidang itu".
Jasmina bisa membayangkan betapa repotnya gara-gara keinginan egois Sharon sehingga semua orang jadi kalang kabut dalam bongkar pasang kepengurusan OSIS.
"Nah ga tau gimana ya, ada desakan dari komite sekolah nih. Tau sendiri kan kalo mama Sharon tuh ketua Komite sekolah kita. Dia mengusulkan Sharon tuh masuk ke bidang kesenian, karena menurutnya, yaaa gitu deh. Cocok sama anaknya. Kita sih ngusulin supaya dia masuk situ, tapi jadi anggota aja, kamu tuh ketuanya. Tapi beliau ga mau, kurang elit kali ya", kak Miko tertawa getir.
"Nah akhirnya gitu deh, beberapa mengusulkan supaya kamu jadi sekretaris aja, jadi kesannya naik pangkat gitu. Win-win solution. Sharon senang karena jadi ketua bidang kesenian, nah kamu tuh jadi sekretaris, jabatan yang lebih bergengsi gtu. Padahal, jadi kacau ya", kak Miko terlihat kesal dan mulai menendang-nendangbatu-batu kecil di jalanan. Mereka kini sudah menyelesaikan 1 putaran lagi.
"Aku sama Tyas udah berusaha untuk ngelobi Naga dan teman-teman yang lain. Maksudnya, kita tuh udah fix banget kamu disitu. Tapi ya gitu deh. Naga mikir, kamu tuh IQ ama EQ tinggi, pasti langsung cepat beradaptasi sama posisi baru. Pasti berguna banget buat OSIS. Dan hal yang berhubungan sama kesenian, kamu tetep masih bisa pegang, malah bisa mempengaruhi keputusan lebih besar dari pada kamu sekedar bidang kesenian. Yaaa ada benarnya juga sih".
Jasmina mulai paham, sekarang sih rasa kesal, senang atau marah sudah menjadi tawar. Jasmina sebenarnya Cuma ingin masuk OSIS aja, dia udah cukup senang. Benar kata kak Naga, apapun tugas Jasmina nanti, ia cukup merasa tertantang untuk menyelesaikannya.
"Untuk hal Sharon di sanggar seni, tenang aja Jezz, mulai minggu depan kamu tetap akan ikutan meeting sebagai anggota. Walau bagaimanapun kamu tuh produser hebat untuk sanggar kita. Kalian harus kompak agar justru Sharon yang mengikuti arus kita, bukan malah kita yang dihempas badainya", Jasmina dan kak Miko tertawa membayangkannya.
"Kamu sendiri gimana Jezz? Akur kan sama sang ketua OSIS?", tanya kak Miko.
"Hah? Sama si gunung es itu kah? Ah ntahlah. Kadang susah menyelami isi hatinya. Ga tau juga gimana ke depannya, semoga aja bisa mencair, atau setidaknya diskusi kami isinya gak berantem aja", jawab Jasmina sekenanya.
"Emang siapa yang mau berantem terus dengan kamu???", Bagas yang entah dari mana, muncul di belakang Jasmina dan kak Miko, juga mengenakan pakaian olahraga dan sepatu kets.
Ya ampun panjang umur nih anak, piker Jasmina.