Ternyata lorong yang dimaksud kak Miko adalah, sebulah lorong yang letaknya bersebrangan dengan lorong tempat mereka masuk tadi. Sepertinya lorong sepanjang 5 meter itu mengarah ke suatu ruang terbuka. Kak Miko secara refleks menarik tangan Jasmina dengan lembut dan menuntunnya memasuki lorong itu.
Dengan lebar 3 meter, lorong itu tidak gelap dan pengap. Dindingnya di cat berwarna-warni dengan mural bentuk hati dan bunga-bunga yang indah. Dinding itu ditutupi selembar kawat-kawat tipis di seluruh permukaannya. Dan apa yang menggantung di kawat-kawat itu? Gembok-gembok cinta yang berwarna-warni. Para pasangan menuliskan nama mereka di gembok itu dan menggantungnya disitu, dan membawa pulang kuncinya. Pemandangan yang sangat indah.
Jasmina mulai membaca satu persatu nama-nama di gembok itu. Tentu saja gak ada namanya disitu, apakah ada nama kak Miko dengan orang lain disitu? Apa dia membawa semua pacarnya kesini dan memasang gemboknya disini? Mungkin aja kak Miko udah punya satu kapling gembok disini hihihi. Entah udah berapa kali kak Miko kemari, tapi ia tetap tertegun disini, memandangi gembok-gembok itu, menyentuh 2 atau 3 gembok. Apakah ia berniat membelinya hari ini?
Ketika mereka tiba persisi di pertengahan lorong, tidak ada satupun orang yang sedang berlalu-lalang atau berhenti menatap tembok cinta itu, kak Miko menghentikan langkahnya dan memutar menghadap Jasmina. Wajahnya tiba-tiba tersinari oleh matahari pukul 13.30 siang yang cukup teduh. Ia tersenyum manis, yang membuat seluruh tampilan wajahnya menjadi "magical". Apa yang mau ia katakana?
Sedetik… dua detik… tiga detik… lima detik berlalu, "Jasmina, kita kesana yuk!", pintanya sambil menggandeng kembali tangan Jasmina menuju ujung lorong, mengarah ke ruang terbuka.
Wuuuaaahhhhh ternyata ujung lorong itu adalah sebuah danau buatan kecil yang sangat indah. Ada beberapa angsa cantik sedang berenang dan beberapa sepeda angsa yang bisa disewa siapa saja disitu. Jasmina takjub. "Romantis banget", serunya takjub. Kak Miko tertegun mendengar komentar Jasmina. Tapi langsung tersenyum dan menuntun Jasmina untuk duduk di sebuah bangku panjang indah yang terbuat dari kayu.
Matahari yang tidak begitu terik, beberapa burung merpati tampak terbang berlalu lalang, dan angin yang semilir. Ini merupakan scenario teromantis yang bisa Jasmina pikirkan. Namun kak Miko belum mengucapkan apa-apa, sepertinya masih tersihir oleh kumpulan angsa yang seakan menari balet di danau itu.
Di sekitar danau, ada beberapa keluarga muda yang sedang piknik. Anak-anak kecil sedang berlari-lari dengan ayahnya, sementara sang ibu sedang menjaga barang bawaan mereka dari lalat atau nyamuk. Beberapa pasangan muda tampak seperti Jasmina dan kak Miko, duduk di bangku-bangku serupa. Beberapa sedang makan es krim bersama, ada yang duduk diam berdua sambil masing-masing membaca buku, ada yang sedang berbicara dengan mimic yang manis. Seperti ini kah pacaran?
"Kadang tuh aku kesini bawa gitar, dan mulai nulis lagu. Suasananya enak ya. Tenang dan sangat menginspirasi", kak Miko mulai membuka pembicaraan. "Iya ya kak, banyak orang pacaran, paling enak nih kalo mau buat lagu tentang cinta-cintaan", jawab Jasmina mencoba melucu. Kak Miko tersenyum, "Tau apa kamu soal pacar-pacaran? Emang uda berapa korban kamu, hah!", ejek kak Miko sambil mengacak-acak poni Jasmina.
Sejenak mereka seperti sepasang kekasih yang tidak berbeda dengan pasangan lainnya di dekat danau hari ini. Jasmina berharap akan ada hari-hari seperti ini lagi bersama kak Miko. Mereka berbicara kesana kemari, tertawa , membahas OSIS, membahas band, membahas para senior, seakan-akan selama ini Jasmina belum pernah berbicara dengan kak Miko. Ya, hari ini kak Miko seperti menunjukkan sisi lainnya. Bukan semata sisi gombal yang selalu ia lihat, atau sosok senior bijak dan sok cool, atau anak band yang cuek tapi berkharisma. Hari ini, ia menjadi kak Miko yang kelihatan rapuh, manis dan lebih terbuka. Ini sebuah awal kan?
Tidak terasa dua jam mereka duduk dan berjalan-jalan di dekat danau. Waktu sudah semakin sore dan mereka bersiap-siap untuk pulang. Jasmina melihat sekeliling unuk terakhir kali sebelum masuk menyusuri lorong cinta. Ternyata ada toko bunga kecil yang sangat lucu. Sekilas ia melihat bunga-bunga itu sudah dibungkus persatu, buket kecil, buket sedang dan agak besar.
Sepertinya harganya terjangkau, karena banyak yang membeli buket-buket itu. Jasmina melihat seorang cowok membeli buket kecil mawar putih dan pink dengan hiasan bunga-bunga kecil dan pita yang sangat imut. Ia langsung memberikannya kepada (sepertinya) pacarnya. Sang pacar langsung sumringah dan refleks mencium bunga itu dan mengucapkan kata-kata (yang sepertinya) berterima kasih sambil menggenggam tangan sang cowok. So sweet…
Jasmine sengaja berjalan sangat pelan sambil matanya tidak berkedip memandang toko bunga itu. Ingin rasanya ia mampir ke toko itu untuk melihat-lihat, atau yaaa mungkin berharap ada yang membelikannya sebuah buket kecil… terkecil… termurah untuknya saat ini. Jasmina melirik kak Miko dan toko bunga secara bergantian. Kak Miko langsung berhenti sejenak tidak jauh dari toko bunga dan menatap sebentar toko bunga itu. Hati Jasmina berdebar kencang. Siapa dia sehingga kak Miko mau membelikannya sebuket bunga?
Satu detik… dua detik… 5 detik berlalu… dan tiba-tiba, wwhuussssss gerimis turun! Kak Miko refleks tertawa kecil dan menggandeng tangan Jasmina "Hayuuu tuan putri, kita lari sampai ke mobil. Jangan sampai kehujanan ya, nanti kamu meleleh". Jasmina ikut berlari kecil sampai ke mobil jeep kak Miko.
Begitu sampai di mobil, Jasmina mengalami "mix feeling". Hatinya kacau, antara senang karena kencan hari ini sangat indah dan romantic, tapi juga berharap lebih banyak adegan baper yang bisa ia dapatkan hari ini. Berharap gerimis tadi tidak turun sehingga hari ini bisa lebih lama. Berharap hari-hari esok yang akan lebih indah dari hari ini. Eh tunggu dulu? Kenapa harus? Memangnya Jasmina siapa?
Kak Miko mulai menghidupkan mobilnya dan mulai berjalan pelan keluar dari kopleks ruko tersebut. Sekilas Jasmina menatap sebuah paperbag kecil dengan motif yang sangat imut. Ia mengenalinya, itu sebuah toko permen dan coklat yang ada di sekitar bangku-bangku piknik tadi. Kapan kak Miko sempat membelinya?
Kak Miko mengambil 2 bungkus permen dari paperbag itu dan memberikannya satu kepada Jasmina, "Nih cobain deh. Enak banget!". Jasmina mengambil dengan ragu-ragu. Sepertinya di dalamnya ada permen atau coklat yang lebih besar. Untuk siapa itu?
Selama perjalanan pulang, Jasmina dan kak Miko masih terus membahas mengenai petualangan mereka di kompleks ruko tadi. Kak Miko menjelaskan beberapa toko yang tidak sempat mereka masuki tadi, dan menceritakan isinya, apa yang disajikan disitu, dan apa yang menjadi kesukaannya. Tidak terasa Jasmina sudah diantarkan persisi di depan pagar rumahnya. Jasmina agak sedih karena hari ini sudah berakhir.
"Besok masih gak kemana-mana kan Jez?", tanya kak Miko dengan wajah jahil.