Chereads / Pacaran Paksa (Dengan Ketua OSIS) / Chapter 25 - BAB 24: The best Day (Date) ever!

Chapter 25 - BAB 24: The best Day (Date) ever!

Sepanjang perjalanan, Kak Miko dan Jasmina bercerita tentang banyak hal. Jasmina menceritakan hal-hal lucu tentang kak Gading, yang kontras sekali dengan penampilannya pagi ini. "Pokoknya, jangan ketipu ama kak Gading yang sok galak kak. Kak Gading itu aslinya kocakkkk banget dan romantis banget loh. Sweet gitu. Tertutama sama pacar-pacarnya dan aku", jelas Jasmina dengan penuh semangat.

Cuaca di perjalanan sepertinya agak mendung, tapi belum ada tanda-tanda akan hujan. Miko mengarahkan mobilnya memasuki kompleks perumahan yang cukup terkenal akan luas dan sangat rapi dan teratur. Kompleks ini memiliki cluster-cluster dengan nama-nama Negara di dunia. Jalan-jalannya sangat luas, banyak pohon-pohon yang ditata rapi bersama tanaman-tanaman berbunga. Secar sekilas, kompleks ini tampak seperti suasana di luar negeri.

"Mau kerumah siapa ini?", gumam Jasmina pelan. Ia mulai ge-er kalau mungkin ia akan dibawa kerumah kak Miko, dan di kenalkan dengan seluruh anggota keluarganya. Terus terang, Jasmina belum siap. Eh, apa iya kerumah kak Miko? Perasaan rumah kak Miko ga di sekitar sini deh.

Mobil berhenti di sebuah kompleks ruko-ruko yang tertata sangat indah, seakan-akan kita sedang berada di area komersil dipinggiran kota Italy, Inggris dan sejenisnya. Tampak berderet toko-toko buku, toko roti, café kecil nan romantic.tiap 4 ruko, ada jalanan kecil seperti lorong, yang mengarah ke sebuah tempat misterius. "Yuk, sini." Ajak kak Miko menuju lorong itu.

Ternyata, lorong itu adalah jalan masuk ke sebuah area seperti lapangan yang cukup luas. Lapangan itu di kelilingi oleh ruko-ruko yang tertata tidak kalah apik dan cantik seperti yang diluar tadi. Lebih banyak toko yang unik dan menggemaskan disini. Di lapangan yang luas itu, terdapat 10 meja piknik dari kayu dengan disain yang sangat lucu. Mirip banget dengan meja-meja piknik yang biasa ia lihat di luar negeri.

"oohhh lucu banget ya kak Miko, jadi mereka akan beli-beli makanan di sekeliling ini, dan makan di meja piknik ini ya?", Jasmina takjub.

"Iya, lucu ya, mirip food court gitu, tapi suasananya kayak di luar negeri. Yuk kita keliling, kamu belum lapar kan? Nanti kita makan disini deh. Kita cobain makanan apaaaaa aja yang kamu mau", jelas kak Miko sambil mengedipkan satu matanya.

Mereka memasuki sebuah toko buku kecil. Tidak seperti toko buku terkenal yang selalu ia datangi, sepertinya tokok ini hanya menjual buku-buku bekas yang di impor dari luar negeri. Buku-buku di susun rapid an apik, mirip dengan café buku atau komik yang sering ia lihat di luar negeri. Ada beberapa meja yang bisa di gunakan untuk duduk dan membaca buku-buku ini. Semua buku disusun berdasarkan topik.

Kak Miko menarik tangan Jasmina pelan dan menuntunnya kea rah buku-buku tentang music, puisi dan seni. Jasmina merasa pipinya sedikit hangat karena perlakukan kak Miko. Kenapa tangannya harus di tarik begitu? Seperti orang pacaran aja, gumamnya.

"Ini section favorit aku. Bukunya bagus-bagus ya. Aku uda beberapa kali kesini untuk baca buku ini���, kak Miko menyodorkan sebuah novel berbahasa Inggris dengan sampul depan yang sangat imut. "Last destination: five ways to your heart, judulnya unik banget kak", Jasmin mulai membuka-buka novel yang umurnya mungkin sudah beberapa tahun itu.

"Bagus deh ceritanya. Itu tentang perjuangan seorang cewek yang melakukan 5 hal untuk menaklukkan cowok yang ia sukai. Jadi kayak ngasi kita tips dan trik bagaimana menggapai orang yang kita suka gitu deh. Aku uda beberapa kali ke sini Cuma untuk baca 2-3 bab hihihi. Aku tuh baru sampe bab 20, masih ada 53 bab lagi", kikik Miko.

"Kenapa ga beli aja kak? Toh harganya Cuma 120 ribu kok. Gimana coba kalo ada yang suka sama buku ini, dan tiba-tiba beli? Kakak bahkan belum baca sampe setengahnya", jawab Jasmina sambil mulai membolak balik lembar demi lembar. Ternyata, selain tulisan, buku ini juga menampilkan ilustrasi-ilustrasi yang sangat indah, sehingga pembaca tidak hanya baper membaca, tapi juga terenyuh melihat ilustrasinya.

"Gak ah, ntar aja kalau bener-bener perlu. Sini aku mau baca 3 bab dulu. Kamu ambil aja buku lain yang lucu-lucu juga tuh. Kakak mau baca ini bentar ya, biar ilmunya nambah, jawabnya dengan tampang yang lucu dan menggemaskan. Ia mulai mengambil posisi di salah satu meja dan mulai membaca.

Jasmina mencoba untuk mencari buku yang sejenis. Dia menemukan buku dengan sampul yang tidak kalah imut dengan judul "unrequited love", cinta bertepuk sebelah tangan. Walau ia yakin isinya pasti menyayat hati, ia tidak sabar ingin membaca satu atau dua bab, dan mungkin akan memboyongnya pulang. Toh harganya ternyata Cuma Rp.50.000. Jasmina duduk di sebelah kak Miko dan mulai membaca.

Saat ini, suasana di toko itu tiba-tiba romantis. Music jazz lembut yang berkumandang, seperti berbisik kepada pasangan-pasangan yang datang ke toko ini. Jasmina sekilas memandang kak Miko yang sudah senyum-senyum sendiri membaca bukunya. Ada perasaan hangat dan mendebarkan yang ia rasakan. Seperti ini, rasanya mereka benar-benar pasangan yang sedang berpacaran. Bila ia harus ada di momen ini sampai 4 jam ke depan, Jamina rela!

Setelah membaca 3 bab, kak Miko mengajak Jasmina melihat-lihat buku yang lain. Ada buku tentang kerajinan tangan, buku-buku tentang Negara-negara di dunia yang ingin ia datangi, dan juga buku-buku tentang biografi para musisi. Jamina baru kali ini melihat sisi kak Miko yang ini. Ia seperti anak kecil yang masuk ke toko mainan. Ternyata ia suka membaca. Baru tau deh.

Jasmina mengelus-elus buku yang sejak tadi ia baca. Ia memutuskan untuk membelinya, atau berharap kak Miko akan membelikannya. Sebuah oleh-oleh, souvenir akan hari ini. Tapi kak Miko sepertinya tidak paham akan kode Jasmina. Lagian siapa dia sih sehingga harus dibelikan sesuatu pada kencan pertamanya? Jasmina bergegas menuju kasir dan membayar bukunya, ketika ia sadar ternyata kak Miko sudah ada diluar. "Makan yuk Jas", katanya.

Kak Miko mendudukan Jasmina di salah satu meja piknik di lapangan asri itu. Ada beberapa keluarga kecil yang duduk di meja-meja lain, yang sedang menikmati aneka hidangan dari beberapa toko di sekitar itu. Kak Miko datang dengan 2 macam kebab, kentang goreng, 3 macam es krim dan paket dimsum. "Kamu mau minum apa Jezz? Aku ga tua kamu suka apa".

"Hemmm kak Miko pasti pengen Ice Cofee kan?", tebak Jasmina jitu. Ia sudah hapal kalau seniornya ini tergila-gila dengan Ice Cofee. Coba tebak kak, apa minuman kesukaanku?", tanya Jasmina menggoda. "Hemm apa ya? Mocha Latte?", jawabnya sekenanya.

"Teettttt salaahhh! Ih kakak masak ga tau sih, aku tu anti banget sama minuman kopi, apapun itu. Makanya kalo kita lagi ngumpul atau kerja, kak Tyas kan selalu siapin Milo kaleng atau pesen Ico choco buat aku loh", jawab Jasmina sambil cemberut. Ia kesal karena kak Miko gak hapal-hapal juga dengan kebiasaannya. Padahal sudah lebih dari setahun mereka dekat. Tapi, memangnya siapa Jasmina hingga kak Miko harus hapal dengan kesukaanya?

Jasmina memandang sekeliling, dan ia melihatada sebuah gerai pasta yang sungguh menggugah seleranya. Pasta, makanan kesukaannya. Ia menatap lekat-lekat toko itu dan berharap kak Miko akan memperhatikan, dan berharap ia akan menawarkan untuk membeli sesuatu disitu. Tapi kak Miko tidak bergeming dan mulai menghabiskan kebabnya.

"Ooooo aku tau, kamu pasti juga suka sandwich kan? Atau roti-roti asin dan manis? Aku denger almarhum mama kamu dulu punya toko kue atau roti gitu kan?", tanya kak Miko ramah. Tapi keramahan kak Miko justru mencabik sedikit hatinya. Sejak mama meninggal, Jasmina kurang begitu suka makan aneka kue atau roti-roti. Entah karena ia merasa tidak ada yang seenak buatan mamanya, atau ia masih belum bisa menerima kalau toko itu harus tutup, atau karena mama benar-benar tiada.

Kak Miko ga seharusnya membahas soal itu. Tapi sekali lagi, siapa dia sehingga kak Miko harus tau apa yang bisa dan tidak dibahas dengannya? Selama ini kami tidak sedekat itu juga kok. Toh ini baru kencan mereka yang pertama kok. Masih banyak yang harus mereka pelajari setelah ini. Eh, kenapa Jasmina jadi berharap akan ada kencan-kencan berikutnya ya?

"Jez, ke lorong cinta yuk!", panggil kak Miko membuyarkan lamunannya.

"Apa kak? Lorong apaaaa???"