Jasmina berusaha keras untuk bisa mengikuti sisa pelajaran sampai selesai waktu pulang sekolah. Selama itu, ia mencoba menata hati dan mencoba menuliskan ulang perasaan-perasaan dia selama ini. Penting sekali dia menggambar mind mapping untuk rencana-rencana ia selanjutnya.
Ia harus berbaikan dan bekerja sama dengan baik bersama sang Gunung es. Ia juga harus mewujudkan program-program OSIS, terutama bidang kesenian yang sudah ia janjikan kepada kak Tyas, kan Miko dan segenap anak sanggar sekolah. Dan ia tentu saja, harus mewujudkan obsesi pribadinya: Ia ingin menunjukkan kepada para anti-fans di luar sana, Jasmina eksis. Dia ada di sekolah itu dan dia mampu berprestasi dan membuat perubahan.
Ya salah satunya jalannya adalah si gunung es. Mau tidak mau ia harus memanfaatkan jabatan ini dan koneksinya untuk memuluskan semuanya. "Lagi pula, celengan itu cuma salah paham kan?", gumam Jasmina melunak.
Ketika bel sekolah tanda seluruh pelajaran telah usai, tidak membuat Jasmina bersemangat untuk pulang. Ia menunggu sampai hampir seluruh teman-temannya keluar kelas, baru ia akan membereskan barang-barangnya ke ransel birunya. Tiba-tiba, sesosok cowok tampan sudah mendekat dan duduk di kursi Mila yang sudah kosong, tepat di depan meja Jasmina. Ia duduk menghadap Jasmina sambil tersenyum ramah. Jasmina sebentar berhenti membereskan barang-barangnya. "Mau apa dia masuk ke kelasku?", gumam Jasmina.
"Hei Jezz, pulang bareng yuk!", pinta Bagas sambil mengeluarkan senyum maut. Ihhh siapa juga yang mau. "Kayaknya mulai sekarang kita bakal sering nih pulang bareng, atau bahkan gak pulang", seru Bagas sambil tertawa kecil. Maksudnya apa?
"Bakal banyak kegiatan-kegiatan OSIS yang akan kita kerjain nih selama setahun ini, dan pasti donk butuh diskusi-diskusi dengan tim OSIS. Rapat bakal kita adain ya kalo ga di kantor OSIS, ya di kantin setelah pulang sekolah. Marcel udah siapin dana konsumsi selama kita meeting setahun ke depan ini loh. Jadi jangan ge-er dulu", jelasnya sambil mengedipkan mata ke arah Jasmina.
Jasmina membuat senyum segaris di bibirnya dan matanya mengerjab-ngerjab tanda tak tertarik. Ia mulai melangkah keluar dari kelas, yang ternyata diikuti oleh sang ketua. Ya mau bagaimana lagi, toh arah mereka pulang memang sejalan. Bagas masih saja nyerocos tentang ini dan itu OSIS sepanjang mereka berusaha untuk keluar dari lingkungan sekolah. Tampak beberapa mata sedang memandang mereka, yang tentu saja sebagian besar merasa iri. Termasuk satu pasang mata, yang ternyata kak Miko. Ia tadinya menunggu Jasmina keluar dari kelasnya, dan akan mentraktir gadis itu makan di dekat sekolah untuk merayakan. Ia tidakmenyangka Jasmina akan keluar bersama sang ketua. Ya tentu saja, mereka pasti akan makin dekat sekarang. Miko mengepalkan tangannya, sampai tangannya yang putih menjadi lebih putih. Ia terlambat.
Ketika mereka sudah memasuki kompleks perumahan, Bagas mulai membahas tentang betapa susunan pengurus kali ini sungguh jenius. Seakan-akan Bagas sendiri lah yang memilih ia menjadi sekretarisnya. Eh iya, sebenarnya kenapa ya ia tiba-tiba menjadi sekretaris OSIS alih-alih pengurus bidang kesenian?
"Kamu tuh terorganisir, ramah, supel, berfikir dengan cepat, dan mampu menggapai segala komponen sekolah. Dari siswa, guru, orangtua bahkan sponsor! Kamu tu hebat Jezzz", jelas Bagas sambil menjentikkan kedua tangannya dan tertawa lepas. Sontak Jasmina berhenti berjalan dan memberikan tatapan "Seriously" kepada bagas dengan sekali lagi, senyum segaris. Kemudian Bagas mulai memandangnya dari rambut, turun ke kaki, dari kaki, naik ke rambut dengan teliti. Sontak Jasmina menyilangkan kedua tangannya ke dadanya, seakan-akan Bagas akan berbuat tak senonoh terhadapnya.
"Kalau aja nih yaaaa, kalau aja loh ya, kamu mau sedikit merubah penampilanmu, kamu akan menjadi cewe terhits di sekolah kita. Kamu akan bisa membuat kagum lebih banyak orang, menjangkau lebih banyak khalayak, dan kita bisa mencapai tujuan yang lebih luas lagi. Dan tentu sajaaaaa, akan menjadikan masa-masa SMA kamu lebih berkesan kan?", Bagas mulai menjelaskan hal-hal absurd.
Cih, siapa juga yang mau jadi cewek populer dengan bantuannya. Walaupun diam-diam Jasmina memang selama ini sedang berusaha untuk meng-upgrade penampilannya, tapi tentu saja bukan semata demi menjadi populer. Ok, memang itu motivasi terbesarnya. Memangnya apa yang bisa dibantu cowok es kepal milo ini?
"Jezz... gimana kalo kita pacaran aja?", Bagas berucap sambil memegang tangan Jasmina. What???