Mata Jasmina yang tadi akan berair sekarang menjadi berkunang-kunang. "Is this real?", tanyanya pelan. Saat ini pikiran Jasmina antara sedih, senang, kaget, panik, lega, bercampur menjadi satu. Rasa ingin menangis karena dikhianati masih ada dan membuatnya ingin menangis, tapi rasa senang karena masuk dalam jajaran elit OSIS sungguh tak terbendung. Ingin rasanya ia teriak kencang "I did it well!". Tapi gengsi donk, kan tadi udah marah-marah. Yang diperlukan sekarang adalah bersikap tenang. Negatif tambah positif jadinya nol, netral. Sekarang harus ambil nafas... buang nafaf... inhale...exhale... Jangan menangis, atau tertawa kegirangan. Act like nothing...
Kak Miko dan Kak Tyas masih mematung menunggu reaksi sesungguhnya dari Jasmina. Ia lupa akan 2 makhluk ini. Ia memandang mentornya itu secara bergantian dan sontak langsung memeluk kak Tyas. "Kak... I don't know what to say! Gimana donk nasib sanggar kita? Kak, aku bisa apa kalo jadi sekretaris OSIS. Aku tuh jadi blank gini kak!", peluk Jasmina makin kencang. Yes yes! Jasmina happy, untuk sedetik ia tidak peduli dengan sanggar itu. Dia masuk ke lingkungan elit, Namanya ada di urutan ketika setelah Ketua umum, wakil ketua, lalu namanya. She is Royalty! The new Sultan!
Kak Tyas tertawa, "Relax girl, aku tuh juga sekretaris OSIS dadakan tahun lalu. Aku juga harusnya menjadi sekretaris bidang kesenian mendampingi Miko tahun lalu, tapi ternyata aku lebih dibutuhkan Naga. Pada akhirnya aku malah lebih berguna dan juga bisa membantu sanggar kan?", pujuknya lagi. Jasmina tidak bisa menyembunyikan wajah bahagianya. Ia menatap mata kak Tyas dengan gestur berterima kasih.
"Nah sekarang giliran aku donk", sambut kak Miko sambil merentangkan kedua tangannya minta di peluk Jasmina juga. "Ihhh ogahhhh!!", jawab Jasmina sambil makin erat memeluk kak Tyas. Mereka bertiga tertawa. Ya, seperti kak Tyas bilang, semua ini ada hikmahnya. Semoga Jasmina bisa membawa isu-isu kesenian ke jenjang yang lebih tinggi dan mampu membawa perubahan terharap sanggar mereka. Walau terbesit sedikit keraguan karena ada Sharon disana. Hemmm... apa yang akan dilakukan setengah bule itu disana ya?
Sementara, 2 sosok sedang berbicang alot setelah membaca papan pengumuman OSIS itu. Sharon dan Bagas.
"It's official now. Kenapa kamu malah jadi ketua bidang kesenian Sher? Bukannya kita akan bersama-sama? Bukannya kita juga akan mengumumkan kalau secara resmi kita juga bersama, baik di OSIS dan diluar. You're my girlfriend. Kita udah sama-sama selama 2 tahun ini Sher! Aku punya hak untuk diakui juga!", Bagas mulai emosi.
"Sorry Gas, gue gak mau menjadi bayang-bayang lu. Bisa dibayangin donk kalo gue tu cuma sekretaris OSIS, sekretaris lu! Gue cuma akan di angkut kemana-mana buat nyatet ini nyatet itu. Orang-orang hanya akan melihat gue sebagai bayangan elu, sekretaris elu, pacar elu. Go worthed banget. Gue tu punya potensi!", Sharon menjelaskan sambil mengibas-ngibasnya satu tangannya seakan berkipas, sementara satu tangan memegang pinggangnya. Lalu kedua tangannya ia lipat di perut ratanya dan menyandarkan tubuhnya di salah satu pohon.
"Disini aku bisa membuat perubahan yang signifikan. I'm an artist by the way. Pasti semua akan keren".
"Ok fine, kalo kamu ga mau jadi sekretaris OSIS. Fine. Tapi, kita tetap pacaran kan Sher? Aku cuma suka dengan kamu", Bagas mulai melunak. Ia perlahan berjalan ke arah Sharon, meminta persetujuan.
Tidak banyak yang tau kalau ternyata selama 2 tahun terakhir ini, mereka sudah pacaran sejak akhir SMP. Hubungan mereka memang hanya sebatas telfon-telfonan, WA, dan terkang bertemu diam-diam di sekolah atau di dekat rumah. Tidak boleh ada yang mengetahui hubungan mereka. Bagas dengan tegas ingin menjaga citranya sebagai cowok teladan, tidak mau terlihat punya pacar dulu. Sharon sebenarnya sangat sebal dengan peraturan ini. Karena itu selama mereka pacaran diam-diam, ia masih terlihat dekat dengan banyak cowo dan tidak membantah bila ada rumor ia pacaran dengan banyak cowo. Namun Bagas dan Sharon tau kalau hati mereka sudah bersama.
"Setelah dipikir-pikir, 2 tahun ini gak banyak membawa manfaat pacaran ama lu Gas", ejek Sharon sekenanya. Bagas terperanjat! "Let me go, let me be free. Sekarang adalah masa-masa kejayaan gue, puncak masa remaja gue. Gue pengen memiliki dan dimiliki oleh... orang yang lebih spesial, orang yang lebih tau bagaimana caranya memperlakukan cewek dengan lebih romantis, sweet. Sorry to say ya, kamu tuh emang cool tapi cenderung Cold", tawa kecil Sharon mulai bergema. "Kita putus dulu ya... kalo memang kita jodoh, toh kita akan bertemu lagi", tutup Sharon sambil berjalan menjauhi Bagas.
Bagas terdiam... teganya perempuan seperti Sharon mencampakkan dia begitu saja. Dia adalah ketua OSIS terpilih. Saat ini mungkin semakin banyak cewek-cewek akan mengantri menjadi ibu negara. Tapi Bagas hanya menginginkan Sharon, karena ia telah menyukai Gadis itu sejak SD. Angan-angannya untuk akhirnya meresmikan hubungan mereka di SMA dan berjalan bergandengan tangan di mall ia kira akan terwujud. Bagas kecewa dan tiba-tiba ada perasaan dendam bercampur kompetisi di dalam hatinya. Ia harus membuat Sharon bertekuk lutut di depannya dan memohon untuk menjadi pacarnya.
Di kejauhan, ia menatap kak Miko, kak Tyas dan Jasmina sedang bersukacita. Ia melihat tajam calon sekretarisnya itu, posisi yang seharusnya untuk Sharon. Seketika ada ide hebat dan berbahaya berputar-putar di kepalanya.