Satu-persatu lilin merah dihidupkan menjadi modal pencahayaan para calon anggota. Beberapa senior memasangkan kertas kerucut di lilin mereka agar lelehan lilin tidak mengenai tangan mereka. Persediaan lilin sudah mereka kantongi masing-masing. Kalau lilin ini mati, selesai mereka. Jasmina akhirnya dapat melihat laki-laki misterius yang membisikinya tadi. Devon? "Iya, kata kak senior kita berjalan berkelompok,tapi masuk ke dalam ruang wawancara per 2 orang. Kamu partnerku malam ini beb", jelas Devon sambil menepuk punggung Jasmina dengan mantap. Jasmina terbatuk. Memangnya siapa yang bisa dia harapkan menjadi partnernya malam ini. Pilihannya sama sialnya, entah itu Dev, Bags apalagi Shar.
Para calon anggota mulai memasuki pos-pos sesuai jadwal mereka. Jadwal kali ini, Jasmina akan memasuki kelas 10A, 11C dan 12B bersama Devon. Ketika memasuki ruang pertama, Jasmina langsung berusaha mencari sosok paling mengerikan yang bisa ia temukan untuk berjaga-jaga. Ternyata itu cuma kak Tyas memakai jubah kuntilanak yang sama dengan kak Friska tahun lalu. Devon dan Jasmina menyapa kak Tyas dengan ramah yang disambut dengan kikuk kak Tyas karena tidak berhasil mengerjai mereka. Wawancara kedua sungguh beruntung. Mereka diwawancarai oleh kak Aldo dan Bimo dari bidang Science dan Lingkungan hidup.
"Hayoooo coba dulu kalian peragakan gimana orang pacaran kalo lagi marahan", tantang kak Aldo yang disambut gelak tawa oleh kami semua. Devon dan Jasmina bisa mengubah wawancara itu menjadi ringan dan menyenangkan. Harus diakui, ternyata Devon tidak buruk sih, dia cukup koperatif dan banyak akal. Bagas terkesan sangat ambisius bila dibandingkan Devon, tapi jelas laki-laki ini juga tidak terkalahkan. tantangan demi tantangan di wawancara kedua ini berhasil mereka lewati dengan mulus. Dari pencahayaan lilin yang remang-remang, Jasmina bisa melihat Devon mengedipkan sebelah matanya sambil membuat gesture jempol. "Good job jasmine, let's got to last base", katanya".
Di wawancara ketiga, kak Naga Bonar dan kak Haidar sudah menunggu. ada 4 kursi yang disejajarkan di hadapan mereka, dimana Jasmina yakin para anggota kelompoknya akan kerkumpul semua disitu. "Jadi, apa tujuan kalian menjadi anggota OSIS?"
"Saya yakin saya bisa membuat perubahan yang signifikan untuk sekolah ini dan membuat sekolah kita setidaknya naik 10 peringkat secara akademis dan non akademis tahun depan", jawab Bagas mantap.
"Saya ingin agar kesenian di sekolah kita bisa berkembang tidak saja di lingkungan sekolah dan antar sekolah,tapi mampu tampil dan memenangkan lomba-lomba nasional dan internasional!", jawab Jasmina dengan penuh antusias dan membuat kursi kayu itu agak oleng dan tangannya terciprat lelehan lilin merahnya. Semua menahan gelak tawa mereka. Fiuhhh untung gelap.
"I just wanna help", jawab Devon santai. Cihhh tipikal anak titipan senior nihhhh umpat Jasmina sambil membayangkan kak Baja.
"Aku yakin dengan kemampuan diplomasi dan komunikasi yang aku miliki, sekolah kita mampu menjadi tumpuan harapan para orangtua yang ingin menyekolahkan anaknya di sekolah berkualitas dan terkenal, sekolah kita akan menjadi benchmark bagi sekolah-sekolah pioneer diluar sana dan kita semua akan lupa kalau kita sedang bersekolah di sekolah negeri rasa sekolah internasional", jawab Sharon dengan anggun. Selain dia, semua melongo dan berusaha mencerna kata-katanya. Berapa lama ia berlatih untuk menghafal kata demi kata yang sulit itu, yakin deh sepertinya dia tidak faham. Apakah ia meng-copy paste beberapa visi dan misi dari internet sekaligus dan menggabungkannya tanpa dicerna lebih dulu? Ntahlah, hanya Tuhan dan broser internetnya yang tahu.
---
"Naga, this is not fair", Tyas mulai mendebat ketuanya.
"Apa yang tidak fair? Aku juga berhak Tyas! Kamu pikir aku punya pilihan lain?"
"Naga, kita bisa ngumumin itu. I work so hard for this. Kamu ga bisa donk dalam semalam langsung ambil keputusan begitu!", Tyas mulai frustasi.
Tiba-tiba Miko masuk ke ruanan OSIS yang temaram itu. "Apa saja sih kerja kalian? Gak bisa apa kerja yang bener sekali aja? Tyas! Are you sure? Kamu mau terima apa saja yang dibuat si Naga itu?", tanya Miko dengan emosi.
"Tyas dulu juga tidak ada pilihan Mik. Don't you think kami ini serasi banget kan?", jawab Naga dengan penuh percaya diri.
Miko meremas rambut lembutnya dengan frustasi. "Whatever lah! Tanggung jawab Tyas!. Kamu sudah janji. Kita sudah berkomitmen kan?", tanya Miko dengan kasar sambil meninggalkan ruangan OSIS. Ia super duper marah. Teganya mereka.