Saat bara api pada setangkai obor mulai terbakar, kegelapan malam telah tiba. Setiap depan tenda terpancang batang obor yang kini telah menerangi seisi ruang perkemahan.
Ilya berjalan mengikut jalur setapak yang ada di tengah perkemahan, disusul oleh Niruu mengikutinya dari belakang. Ilya masih mengenakan seragam berwarna hitam seperti para prajurit lainnya, begitu pun Niruu. Niruu mengenakan sebuah syal berbulu, dan ia satukan ke dalam lipatan kerah lehernya.
Niruu lalu mengangkat tangan kirinya naik ke depan wajah, selagi ketiga jemarinya menekuk secara bersamaan. Niruu yang sedari tadi memejamkan matanya, kini membuka kelopak matanya. Tampak warna biru dari sepasang mata Niruu yang tersorot kosong, seolah kehampaan hatinya ia tunjukkan ke dalam tatapan itu. Saat itu juga titik energi berwarna biru muncul pada jemari tangan Niruu, dan ia mengukirkan Rune ke dalam garis sihir pada ruang hampa. Setelah itu, garis sihir tadi terbentuk menjadi lingkaran sihir tak kasat mata.
Selesai menciptakan sihirnya, Niruu mengangkat tangan kirinya naik, selagi ia akan membuka seluruh jemarinya. Lingkaran sihir pada depan tangannya, kemudian membesar dan menjadi sebuah kubah energi tak kasat mata yang menyelimuti sekeliling perkemahan.
"Sudah selesai?" tanya Ilya sambil melirik ke arah Niruu.
Niruu mengangguk tanpa mengeluarkan suara apapun, ia kembali memejamkan matanya dan berjalan mengikuti Ilya, menuju sebuah tenda dari tempat tinggal Dmitry.
...
"D-dia mati!"
"H-haaah!?"
Dmitry kaget sejadi-jadinya mendengar kalimat itu keluar dari mulut Ilya. Wajahnya ikut memucat, dan merasa sangat panik. Ia segera menghampiri prajurit muda tadi, lalu mendekatkan daun telinganya ke arah dada kirinya.
Meski terdengar samar, suara degup jantungnya masih berdetak, Dmitry menghela napas lega setelah itu.
Niruu tampak tak berekspresi sedari tadi. Wajahnya seolah acuh dan tak peduli akan apa yang terjadi. Ia masih berdiri dari tengah tenda, selagi ia menyilangkan kedua tangannya ke belakang.
Dmitry kembali berdiri, lalu memalingkan wajahnya sambil melirik secara tajam ke arah Ilya. Ilya tampak cengar-cengir, selagi ia mencoba menutup mulutnya menahan tawa.
"Pfft ... Bhuahahaha!" Tawa Ilya pecah, wajahnya terlihat puas menertawakan Dmitry.
"Wajah panikmu sangat lucu! Wajahmu itu lucu sekali! Ya ampun, aku sangat senang bisa melihat wajaaa—"
Detik itu Ilya terhempas ke udara tanpa sempat menyelesaikan kalimatnya. Saat itu terjadi, gelombang angin tiba-tiba muncul dari bawah Ilya berpijak.
Dmitry menyengir dengan tatapan dingin, selagi lingkaran sihir di telapak tangan kanannya tengah aktif. Dmitry kembali melihat ke atas, dan melihat Ilya sudah terpental jauh ke angkasa, meninggalkan sisa celah berlubang pada tendanya.
"Maaf, Ilya. Mengingat kau seorang Unhuman, kurasa kau akan baik-baik saja dengan pendaratanmu nanti!"
"Hebaaaaat ...!" ucap Niruu dengan nada suara datar, wajahnya masih tidak berekspresi.
"Uhuuk! Uhuuk!"
Tiba-tiba prajurit tadi terbatuk, mulutnya yang gemetaran memuntahkan cipratan berbusa bersama air liurnya. Ia tersentak bangun, seraya terbelalak dengan ekspresi kaget. Pemuda itu tampak kebingungan, selagi ia menoleh ke sekitarnya. Dia lalu menyeka cairan menjijikan itu dari mulutnya, dan menyangga kepalanya yang terasa pusing.
"A-aku ... di mana? Rasanya, barusan aku seperti sehabis disetrum oleh sesuatu. Lalu aku merasa seorang dewi agung nan cantik jelita datang menyelamatkanku dari mimpi buruk akan dunia penuh monster yang mencoba memakanku."
Pemuda itu bersuara dengan nada yang lirih, bibirnya masih gemetaran, dan wajahnya tampak murung. Ia masih menunduk untuk sesaat, lalu menoleh ke arah Dmitry dan Niruu di sampingnya.
"Jika dewi yang menyembuhkanmu maksudmu orang ini, kurasa ada yang salah dengan otakmu." Niruu menyindir secara halus, seraya ia menunjuk ke arah Dmitry.
"Apa aku terlihat seperti dewi agung?"
"Mungkin lebih mirip dewi kematian maksudnya."
Niruu kembali melontarkan kalimat yang menusuk. Padahal wajahnya tak sama sekali berekspresi. Sementara Dmitry tampak berwajah masam setelah mendengar itu.
"Umm ... anu, kenapa aku di sini? Aku sepertinya melupakan sesuatu, aku tidak bisa mengingat apa yang terjadi," lirih pemuda itu dengan tatapan matanya yang kosong.
Dmitry menekuk sudut mulutnya, dan ia terlihat menyengir setelah itu. Wajah lembut darinya terlihat jadi lebih licik kali ini. Dmitry kemudian berkata,
"Hmm. Dengar, Prajurit! Sebelumnya, kau tersandung akar pohon, dan kepalamu terbentu sebuah batu. Setelah itu, kau berakhir di tempat ini!"
"Begitu, ya? Maaf sudah merepotkan, aku permisi," ucap prajurit itu dengan wajah murung sambil ia berjalan keluar.
"Apa itu? Gerakan sihir tadi, merupakan bentuk sihir Agung, bukan? Bagaimana kau melakukan kombinasi sihir seperti tadi? Itu terlihat tidak biasa." Niruu berdiri ke samping Dmitry, dan ikut menatap kepergian prajurit tadi.
Saat Niruu melirik wajah Dmitry, ia melihat ekspresi dingin dan hampa padanya. Matanya tampak kosong. Dmitry lalu melirik ke arah Niruu, menanggapi pertanyaannya tadi, Dmitry menjawab,
"Apa maksudmu? Itu hanyalah sihir biasa. Tidak ada trik apapun."
"Hmm ...." Niruu memiringkan kepalanya setelah mendengar jawaban datar itu. Wajahnya tampak bingung, ia masih penasaran akan trik Dmitry tadi.
Saat itu, seekor burung yang sedang terbang mendadak masuk ke dalam tenda mereka berada. Burung itu terlihat tidak biasa, wujudnya seperti perwujudan roh [Spirit].
Burung itu datang melalui celah lubang pada atas tenda, dan ia mengepakkan sayapnya seraya mendarat ke atas bahu kiri Dmitry. Pada bagian paruhnya, secarik kertas ia bawa. Burung itu membuka mulutnya, dan membiarkan Dmitry mengambil kertas itu darinya. Setelah itu, wujud burung tadi tampak memudar menjadi buih energi, dan lenyap pada ruang hampa, meninggalkan butiran cahaya nan berkilau.
Dmitry membuka isi gulungan kertas tadi, lalu membaca suatu tulisan di dalamnya. Matanya bergerak mengikuti arah tulisan itu, sampai ke baris kalimat yang membuat tatapannya sedikit kaget.
"Hmm. Kau sudah kembali, ya. Niruu, mari kita jalan-jalan sebentar."
"Baik ...."
Dmitry bersama Niruu kemudian beranjak meninggalkan tenda, mereka berjalan santai seperti biasanya, agar tak ada yang menyadari keberadaan mereka berdua ketika pergi. Saat sampai ke pembatas terluar dari kubah sihir yang Niruu pasang sebelumnya, ia membuka sedikit celah untuk mereka berdua melintas keluar.
Dmitry yang sadar akan hal ini hanya terdiam memandangi energi biru milik Niruu di sekeliling perkemahan berdiri.
Mereka masuk ke suatu hutan yang terletak jauh dari medan perang sebelumnya. Di sana, daratannya jauh lebih subur. Itu karena berada jauh dari tempat yang terkena dampak kepulan asap panas, membuat setengah wilayah tanah ini menjadi gersang.
Dmitry memutuskan lari untuk menghemat waktu, disusul oleh Niruu dari belakangnya. Mereka semakin mendekati objek dari dinding yang membentang di wilayah ini. Semakin jauh mereka berdua berlari, suasana hutan gelap tampak jadi lebih menyeramkan. Suara lolongan binatang buas bergema dari balik kegelapan bayang-bayang pohon dan semak belukar. Namun mereka berdua tampak santai dalam situasi seperti ini.
"Niruu, persiapkan dirimu!"
"Dimengerti."
Langkah mereka berakhir saat bertemu dinding berbentuk akar hitam yang menjalar dan merambat secara rapat. Itu semacam tembok pembatas yang membentang mengelilingi sebagian wilayah ini.
Mereka menarik napas setelah merasa sedikit lelah, kepulan uap dingin berhembus bersama helaan napasnya. Malam itu terasa jadi lebih dingin, dan angin yang bertiup menambah ketegangan pada situasi ini.
Dmitry menyentuh permukaan tembok itu, teksturnya persis seperti kayu, namun terasa sangat keras dan ketebelannya hampir setara dengan sebuah logam.
"Hmm."
Pandangan Dmitry tertuju ke atasnya. Ia melangkah mundur, dan memasang persiapan seperti ingin melompat. Ia membuka jarak antar kedua kakinya, seraya menekuk lututnya. Dmitry mengerahkan energi fisiknya [Chi] untuk berkumpul ke titik kedua telapak kakinya.
"Kita akan memanjat naik ke atas sana, kau bisa?"
"Itu mudah ...."
Dmitry melepaskan pijakannya, dan segera melompat ke atas sana. Berkat energi yang ia kumpulkan, Dmitry melayang lebih ringan dan mampu bergerak puluhan kali lebih cepat. Dmitry mengatur arah gerakan kakinya, dan berpijak pada permukaan dinding. Setelah itu ia berlari melawan tekanan gravitasi menuju puncak tembok.
Niruu tampak terkagum melihat trik sihir dari Dmitry, sehingga ia terpancing untuk melakukan suatu trik sihir miliknya juga.
Niruu memusatkan seluruh energi sihir [Shi] miliknya berkumpul ke beberapa titik. Setelah Luapan energi sihir mulai terbentuk, pendar cahaya biru menyelimuti kedua tangan dan kakinya. Niruu membuka jemari tangannya, seraya kedua kakinya akan menekuk. Ia lalu mengontrol pergerakan energinya. Saat itu tanah pada tempatnya berpijak membeku, bersama itu udara bertambah dingin.
Niruu mengandalkan momentum ini dengan melepaskan pijakannya. Detik itu bongkahan es terbentuk dari telapak kakinya. Niruu seolah terbang, namun sebenarnya ia hanya terdorong ke atas, bersama menara es yang terus terbentuk pada pijakannya. Kedua tangannya yang merentang lurus ke bawah, membantu melepaskan energi untuk membekukan udara dan sambungan menara es miliknya.
Niruu bergerak menuju puncak dengan santainya, dan berhasil menyalip Dmitry yang lebih dulu mengambil langkah.
Setibanya di bagian teratas tempat itu, seluruh pemandangan dari dataran dan wilayah ini terjamah oleh mata mereka berdua. Tampak suatu hutan lebat dan gelap yang mengisi daratan di balik tembok ini
Tatapan mata Dmitry berkeliling, dan tangan kanannya tengah bersiaga ke pangkal pedang. Pandangan Dmitry seketika terhenti saat melihat suatu sosok sedang berdiri di seberangnya. Orang itu tampak menunjukkan senyum tipis dari balik tudung hitam yang menutupi sebagian kepalanya. Ujung jubahnya yang berwarna hitam tampak berkibar bersama hembusan angin.
"Lama tidak bertemu, Dmitry. Kau merindukanku?" Suara yang keluar dari mulutnya terdengar ramah. Ia kemudian membuka tudung jubahnya dan menatap ke arah Dmitry. Mata orang ini terlihat biru, persis seperti bayangan cahaya bulan.
Suatu lingkaran sihir yang memancarkan cahaya pendar biru muncul dari bawah kakinya. Rambut hitamnya berkibar, bersama sebuah syal yang terpasang pada lehernya.
Dmitry mengangkat kedua sudut mulutnya, dan tersenyum halus. Ia juga melemaskan jemari tangannya, lalu menjawab,
"Ah, benar. Lama tidak bertemu, Louyse Lewis. Tapi, kau sendiri saja? Kupikir kau akan bersama adikmu."
"Dia masih melanjutkan misinya untuk mengintai pergerakan lawan saat ini. Omong-omong, aku datang untuk memberitahukan sesuatu, Dmitry. Aku telah menemukannya, makam agung sang kaisar Unhuman pertama, serta lokasi pedang pengutuk sang leluhur yang tersebar, dan siapa saja pemegangnya saat ini. Kuharap informasi ini akan membantumu. Selanjutnya, perjalananmu akan penuh tantangan, Dmitry!"
Lewis menekuk sudut mulutnya, dan mengukir ekspresi penuh napsu pada wajahnya.
Mendengar hal itu, setengah sudut mulut Dmitry sedikit terangkat naik. Ia kemudian berkata,
"Aku percaya kalau kalian bisa melakukannya, Lewis. Tapi, aku tidak mengira jika akan secepat ini. Menarik sekali, kuharap ini bukan jebakan ataupun tipuan, kau tau apa yang akan terjadi jika mengkhianati kepercayaan seseorang, bukan?"
"Apa selama empat tahun terakhir ini aku pernah memberimu informasi palsu, Dmitry? Kurasa wajar saja jika kau akan waspada, karena ini adalah informasi yang sangat-sangat rahasia, karena it—"
Perkataan Lewis terhenti ketika ia memiringkan kepalanya ke samping. Saat itu terjadi, suatu senjata tipis melesat mengincarnya, meski berhasil menghindari titik fatal, batang lehernya tersayat cukup dalam. Senjata itu menembus masuk ke permukaan tembok. Senjata itu tampak seperti jarum, dengan empat mata pisau setipis benang pada sisinya.
Lewis langsung menekan luka pada pinggir lehernya, lalu mengaktifkan sihir miliknya yang sudah tertanam sejak awal pada tempatnya berpijak. Lingkaran sihir itu pun menyala, dan menelan sekujur tubuh Lewis. Saat itu terjadi, Lewis menyampaikan kalimat terakhirnya.
"Aku akan menemuimu lagi nanti, Dmitry!" Lewis pun menghilang seperti ditelan bumi.
Saat sama, seseorang sedang melayang dari arah langit. Orang itu memutar arah gerakan tubuhnya, ia seperti menari di atas awan dengan keindahan cahaya bulan yang bersinar terang dari arah belakangnya. Seolah sosoknya itu baru muncul dari balik bulan. Sosok itu terlihat seperti ninja, karena pakaiannya yang serba hitam.
Sosok hitam itu mengangkat kedua tangannya naik, kemudian menyilangkannya ke depan wajah. Dari sela jemarinya, ia menggenggam senjata sama seperti jarum tadi. Ia segera melemparkan semua senjata itu, dan melesat dengan kecepatan kuat, mengincar Dmitry di bawah sana.
Niruu tidak membiarkan Dmitry mengambil bagian ini. Ia segera mengayunkan tangan kanannya ke arah atas secara cepat, selagi jemarinya akan menekuk kuat, kemudian uap dingin terlepas dari energinya yang meluap. Saat itu suatu bongkahan es tebal terbentuk, hasil dari pembekuan energi dan udara, sehingga memunculkan sebuah dinding es nan tinggi. Serangan dari senjata itu cukup kuat, ujung jarumnya mampu menembus masuk ke hadapan Niruu. Namun, itu berkat Dmitry yang juga ikut membantu menebalkan es milik Niruu dari belakangnya. Karena jika tidak, senjata itu pastinya berhasil menembus pertahanan es milik Niruu.
"Dmitry ...." Niruu menoleh ke arah Dmitry dengan tatapan kagum.
"Jangan lengah—"
Seketika itu sosok lain muncul dari dua arah yang berlawanan. Salah satunya mencoba mengayunkan sebilah pedang dari arah belakang Dmitry, sementara sosok dari sisi Niruu melemparkan kembali senjata jarumnya.
Dmitry segera menghunuskan pedangnya, dan menebas ke arah serangan lawan yang muncul dari belakangnya. Kedua logam padat itu bertemu, menimbulkan gema suara yang berdengung.
"Siapa kau!? Sialan!" Dmitry bertanya dengan suara penuh amarah. Tatapan matanya begitu tajam dan dingin.
Dmitry menyatukan energinya ke batang pedang, dan terus memperkuat kekuatan dan ketajaman mata pedangnya. Senjata lawan mulai retak. Menyadari itu, musuh mulai melompat mundur.
Niruu yang diserang dari jarak jauh menggunakan beberapa senjata jarum, mulai terlihat serius menanggapi situasi ini. Sebilah katana ia hunuskan, sebuah gerakan ayunan tangan yang indah menepis semua bentuk senjata itu. Niruu baru saja memakai teknik pedang aliran Angin Timur, dengan mengandalkan tebasan secara melingkar dan menjangkau area luas.
"...." Niruu menghela napas, uap biru berhembus dari mulutnya. Selagi ia dalam pose kuda-kuda berpedang bentuk keempat. Tangan kanannya yang memegang pedang terangkat ke atas sisi bahu, seraya kedua kakinya terbuka dan memberi jarak kecil.
Musuh Niruu tampak mengeluarkan senjatanya lagi, dan mencoba menyerang. Menyadari gerakan otot dari pergelangan tangan Niruu, musuh merasa berhati-hati dan berhenti sejenak. Setelah melihat rekannya yang melawan Dmitry mundur, ia memutuskan ikut mundur.
Musuh melemparkan beberapa jarum tipis ke arah Dmitry. Serangan itu berhasil ditepis. Dmitry menghunuskan pedangnya dan membelokkan arah serangan. Saat itu juga mereka melemparkan serangkaian bola kain ke bawah kaki Dmitry dan Niruu. Bola-bola itu dalam sekejap meledakkan kepulan asap hitam yang membutakan pandangan mereka untuk sesaat.
Mereka berdua kemudian keluar dari gumpalan asap itu dan melihat lawan mereka telah menghilang dalam sekejap mata.
"Pengalihan, kah!? Siapa sebenarnya ... mereka!?"
"Tenanglah, Dmitry. Sebaiknya kita—"
Niruu tak menyambung kalimatnya lagi setelah merasakan hawa kehadiran orang yang sedang mendekat ke arah mereka. Lantas Niruu menoleh ke arah belakangnya, dan melihat kedatangan tiga orang berseragam mewah khas bangsawan.
Niruu yang bersiaga dengan mengangkat naik tangan kirinya, kembali menyerap semua energi sihir miliknya yang masih meluap bebas. Ia menurunkan kedua tangannya, lalu diam memerhatikan.
"Wah, wah, wah. Sepertinya, tuan Dmitry sedang berusaha melakukan sesuatu di luar pengawasan kita." Killyan menyengir dan menatap sinis ke arah Dmitry.
Komodor Arazar berdiri bersama secara bersebelahan denga Killyan. Sementara seorang pria yang mengenakan penutup mulut berupa masker kulit, berada di antara mereka.
"Leonardo Dmitry, kau dipanggil langsung oleh utusan raja, dia adala—"
Saat Komodor Arazar mencoba memperkenalkan orang itu, ia langsung berdiri ke hadapan mereka, dan memotong pembicaraan.
"Sebuah kehormatan bagiku bisa bertemu seorang Executor dan juga seorang Sorcerrer sehebat dirimu saat ini, namaku adalah Westlitcher Stern. Kedatanganku kemari adalah, untuk membahas suatu masalah yang menyangkut masa depan kerajaan Britania Raya. Mohon pengertian dan kerja samanya, tuan Dmitry." Suaranya agak serak dan teredam. Namun nada suaranya terdengar sangat ramah dan berwibawa.
'Orang ini ....' Dmitry tampak kagum saat melihat etika tuan Stern yang membungkuk saat berkenalan. Karena kesopanan itu, Dmitry merasa tenang dan menghargainya. Berbanding terbalik dengan pria bernama Killyan tadi, Dmitry justru merasa kesal saat menatapnya.
"Baiklah, aku menghargai perkataan orang yang berbicara sesopan itu." Dmitry menanggapi tuan Stern dengan senyuman hangat.