Stern kemudian menjelaskan semua hal yang berkaitan dengan rencananya kepada Dmitry.
Pertama-tama, Dmitry dan Niruu harus merahasiakan informasi tentang konflik internal kerajaan, dan semua hal yang Stern bicarakan kepadanya dari siapapun. Termasuk rekan-rekan dari kelompoknya Dmitry.
Langkah pertama dari rencana ini adalah, Dmitry akan pergi menuju kekaisaran Franchise, dan menemui seorang Jenderal kenalan Stern. Dmitry nantinya akan bertemu seorang pria kenalan Stern, yang sedang berada dalam pengawasan kekaisaran. Kemudian, Dmitry akan mengantarkan pria itu masuk ke wilayah ibu kota kerajaan Kastilia of Crown. Terakhir, adalah menghancurkan kedua markas utama dari kerajaan Leon.
Meski misi ini terdengar sederhana dan mudah, nyatanya perjalanan ini tidak akan semudah yang mereka bayangkan.
Awal dari kekacauan ini, disebabkan oleh adanya pasukan Unhuman yang kerajaan Leon buat. Untuk menyelesaikan konflik ini, mereka harus mencari keberadaan dua markas rahasia yang tersembunyi di wilayah kerajaan Leon.
Selesai menuntaskan misi mereka, Stern meminta sesuatu kepada Dmitry, seraya Stern menyodorkan suatu kota perkakas berwarna hitam.
Saat Dmitry membuka isi dari kotak hitam itu, kedua bola matanya sedikit membelalak. Dia tidak menyangka akan hal ini, karena apa yang ia temukan di dalamnya adalah suatu senjata kecil berselonsong pendek.
"Ini masihlah bentuk purwarupa dari jenis aslinya. Kuharap kau mengerti, tuan Dmitry." Stern menunjukkan ekspresi menyesal yang dalam. Dan nada suaranya terdengar layu.
Setelah menghela napas, Dmitry mulai memikirkan sendiri rencananya. Dirinya sama sekali tidak berniat melakukan perintah terakhir dari Stern, namun dia juga memikirkan risiko yang sudah dikatakannya.
"... Aku mengerti," jawab Dmitry secara datar.
"Setelah semuanya berakhir, kita akan bertemu kembali. Jika saat itu tiba, tolong untuk menahan diri, tuan Dmitry." Suara Stern yang lembut, penuh dengan keseriusan.
"Aku akan berusaha, setidaknya sampai aku tahu hasilnya." Dmitry menuturkan itu dengan ekspresi yang dingin. Dia sudah sangat mengerti akan dibawa ke mana akhir dari misi ini, dan ini membuatnya merasa kehilangan sisi kemanusiaannya sekali lagi.
... ...
Dmitry kini berjalan menyusuri tenda-tenda perkemahan bersama Niruu yang mengikutinya dari belakang.
Mereka berdua mendatangi salah satu tenda yang pintunya tampak tertutup rapat. Dmitry berniat mencari seseorang yang ingin dirinya ajak dalam misi ini, dan orang tersebut sudah sangat akrab dengan dirinya selama mereka bersama dalam satu kelompok.
Dmitry menyibakkan tirai tenda itu dengan penuh percaya diri. Dirinya cukup yakin kalau tenda ini merupakan tempat tinggal rekannya. Namun yang terjadi selanjutnya malah tidak terduga, Dmitry malah menemukan sekumpulan prajurit pria berbadan kekar dalam keadaan telanjang dada. Menilai dari situasi ini, sepertinya para pria itu sedang mencoba berganti pakaian.
Mereka semua serentak mengepalkan genggaman tangannya, dan melotot kesal. Ada yang menarik pelatuk senjatanya, ada juga menghunuskan pedang panjangnya, seraya mengatakan,
"Apa yang kau lakukan, sialan!"
"Jangan mengintip, dasar bodoh!"
"Bunuh dia!"
"Dasar cabul!"
Dmitry yang tampak polos malah terkejut melihat situasi ini. Dia gemetaran, dan langsung berlari menjauh dari sana seraya berteriak,
"Maafkan aku ...!"
...
Dmitry kini tiba di depan suatu tenda. Dia merasa tidak asing akan tenda ini. Karena Dmitry memang sempat mampir ke sana, dan bertemu dengan perawat bermata ngantuk.
Pintu tendanya yang besar, hanya sebagiannya saja tertutup, memberi celah kecil untuk seseorang bisa mengintip dari luar. Dmitry memanfaatkan celah tenda itu untuk lebih dulu melihat situasi di dalamnya.
Dmitry melihat banyaknya prajurit yang telah menerima perawatan seadanya, tengah terbaring di atas suatu kasur sempit. Dengan ukuran tempat tidur yang harusnya muat untuk satu pasien, dipaksa muat untuk bisa menampung dua sampai tiga pasien. Ini menjadi pemandangan suram dan memprihatinkan bagi mereka.
"Sepertinya dia tidak ada di sini juga," ucap Dmitry saat matanya berkeliling memerhatikan seisi ruangan tenda.
Dmitry kemudian berbalik— dan dirinya secara tidak sengaja menabrak seorang wanita bermata ngantuk sebelumnya. Wanita itu berniat masuk ke dalam tenda tanpa memerhatikan arah jalannya, sehingga dia juga tidak menyadari adanya Dmitry di sana, dan berakhir menabraknya.
Wanita itu pun terjatuh dengan bokongnya lebih dulu menghantam tanah. Dia meringis kesakitan seraya mengusap pinggulnya. Sorot wajahnya yang tampak lesu dan lelah, memberi pertanda bahwa dia kurang tidur secara teratur, bahkan kantong matanya sudah tampak gelap dan tebal.
"Aww, sakit ... apa yang sedang kau—"
Perkataan wanita itu terhenti saat ia mendongakkan dagunya, dan melihat ke arah wajah Dmitry. Dia cukup terkesima akan paras Dmitry yang menawan, dan menyimpan kesan aura misterius.
Dmitry cukup terkejut saat menyadari wanita yang tengah terduduk kesakitan di tanah itu, ternyata adalah seorang unit pasukan medis kerajaan. Dia memang pernah menemuinya tadi siang, dan ia masih ingat betul akan raut wajahnya.
"Ah, aku minta maaf! Apa kau tidak apa-apa?" Dmitry segera mengulurkan tangan kanannya demi bisa menarik si wanita berdiri.
Wanita bersurai pirang itu membalas uluran tangan Dmitry, dan menggenggam eratnya dengan kedua tangan. Saat sentuhan tangan mereka terjadi, wanita itu merasakan sensasi kehangatan yang merayap melalui kulitnya.
Selepas dirinya berdiri, wanita itu menyapu bagian bawah gaun seragamnya. Dia kembali melihat ke arah Dmitry dengan sorot kekaguman.
"Kau orang yang tadi? Ada keperluan apa di tempat seperti ini?" tanya si wanita dengan suara yang lemah lembut. Tanpa dia menyadarinya, kedua sisi wajahnya tengah memerah karena pesona dari Dmitry.
Dmitry menyunggingkan senyum lembut yang menawan. Dia kemudian menjawab,
"Benar. Aku kemari untuk mencari Viona, apakah kau melihatnya? Biasanya dia datang ke tenda pemulihan untuk sekedar membantu-bantu dan mengisi waktu luangnya, kupikir dia akan datang ke sini."
"Jadi begitu. Dia sebelumnya memang datang kemari, namun dia segera pergi lagi karena ingin mengumpulkan suatu tanaman untuk menyelesaikan resep obat buatannya," kata si wanita. Dirinya masih terpaku dengan memandangi wajah Dmitry.
"Terima kasih banyak atas informasinya."
Dmitry kembali tersenyum setelah mengucapkan itu. Si wanita yang melihatnya langsung merasakan melodi getaran lembut dalam hatinya, seolah dunia sedang bernyanyi bersama desiran angin malam bersamanya.
Bahkan wanita itu tidak lagi merasakan rasa lelah karena efek pesona senyuman yang memikat dari Dmitry.
Dmitry bergegas pergi meninggalkan tempat itu, dan disusul oleh Niruu yang masih mengikutinya dengan tenang dari belakang.
Dmitry berlari menuju suatu tempat, yang letaknya berada pada kawasan hutan. Dmitry mengenal baik rekannya yang satu ini, sehingga dia bisa menduga keberadaannya sedang ada di mana.
Saat ingin meninggalkan area perkemahan, Niruu terlebih dahulu membuka pembatas kubah sihir yang sebelumnya sempat ia pasang. Selesai melintasi pembatas sihirnya, Niruu kembali menutup area perkemahan dengan mengulang cara yang sama saat ia memasangnya.
"... Kau masih memasangnya, ya?" tanya Dmitry seraya berjalan pelan, dan melihat sekelilingnya. Tampak suatu energi sihir tak kasat mata yang mengitari pinggiran area perkemahan.
"Benar ...."
Seperti biasanya Niruu menjawab dengan suara yang datar dan pelan. Bahkan ia tidak menunjukkan ekspresi apapun ketika dirinya berinteraksi dengan orang lain, seolah Niruu tidak memiliki emosi sebagai seorang makhluk hidup.
...
Mereka berdua memasuki kawasan hutan rimba, sekeliling mereka ditumbuhi pepohonan rindang yang menjulang tinggi. Rimbunnya semak belukar menambah suasana suram malam hari.
Setelah beberapa menit mereka berjalan melewati gelapnya bayangan rembulan, tujuan Dmitry kini telah terlihat.
Setelah meninggalkan area hutan, mereka berdua disambut dengan pemandangan yang indah. Suatu lapangan terbuka dengan rumputnya tumbuh pendek di atas tanah, dan lingkungannya terasa menyegarkan. Ada banyak bunga tumbuh yang berdiri berdampingan dengan rumput-rumput liar.
Saat itu Dmitry terkesima akan sesuatu, matanya sedikit terbuka dengan sorot penuh kekaguman. Dia terpana akan kecantikan seorang wanita yang sedang berdiri di tengah hamparan bunga, dengan penampilan dirinya sedang memandangi suasana langit malam, serta cahaya rembulan.
Surai emas itu menjadi mahkota yang tertanam di kepalanya. Setelan wanita itu sangat elegan. Mengenakan kemeja putih seperti seragam doublet, di balik itu ada jubah berwarna coklat khas seorang pemanah yang membungkus tubuhnya. Paras imutnya sangat cantik, namun jika dirinya terlihat serius, aura kekejaman akan terpancar pada raut wajahnya.
Ada suatu tanah gundukan, dengan kelopak bunga yang beterbangan bersama embusan angin musim gugur. Tepat di atas sana, Viona sedang menyiulkan sesuatu, seraya memetik beberapa tanaman.
Dialah yang sedari tadi Dmitry perhatikan.
Pemandangan malam dari rembulan biru, serta dengan adanya Viona yang sedang berdiri di bawah pesona bulannya, memberi cahaya kemegahan pada diri Viona.
Helaian rambut panjangnya berkibar ketika sepoyan angin mendadak bertiup, ia tampak memegang setangkai bunga berdaun enam berwarna merah serta putih di pinggiran kelopak bunganya.
"... Seperti biasanya, kau memang selalu cantik. Sekali lagi, aku akan mengabadikan keindahan pemandangan ini dalam ingatanku selamanya," gumam Dmitry yang masih bergeming di tempatnya.
Lintasan kilau sorot cahaya pada bintang jatuh, mengalihkan pandangannya untuk melihat fenomena angkasa malam. Viona merasa kagum bisa melihat pemandangan seperti ini, namun ia segera memalingkan wajahnya, seraya berkata,
"Apa yang kalian berdua lakukan di sana?"
"Memandangimu ...," sahut Dmitry.
"Heeeh ...?" Suara Viona terdengar dingin, dan nada bicaranya seperti merasa geli terhadap Dmitry.
Viona kemudian berpaling, dan menatap ke arah Dmitry. Ia menyilangkan kedua tangannya yang saling menggenggam ke arah belakang pinggulnya. Viona menekuk sudut mulutnya, dan tersenyum dengan aura penuh keseriusan. Saat wajahnya sedikit miring ke satu sisi, Viona berkata,
"Jangan mengatakan hal bodoh lagi, atau aku akan pergi!"
Viona memejamkan kedua matanya, dan suara lembutnya terdengar imut, namun juga terkesan kejam. Meski begitu, posenya sekarang sangatlah menggemaskan.
"Maaf! Viona ... ikutlah denganku sekarang, ada sesuatu yang ingin kubicarakan!" Suara Dmitry yang biasanya terkesan dingin dan datar, kini berubah jadi halus dan penuh semangat.
Sorot keseriusan terukir pada raut wajahnya Dmitry. Viona bisa memahami apa maksudnya Dmitry, dan sudah bisa menebak apa yang diinginkannya.
Kelopak mata Viona secara perlahan terangkat naik, memperlihatkan kilauan manik mata hitamnya yang kosong. Viona kemudian menjawab dengan nada suara yang terdengar dingin,
"Apa ini misi?"
"Benar."
... ...
"A-apa yang terjadi denganku? Kepalaku terasa pusing dan detak jantungku berdegup lebih cepat!" ucap Hanz merasa bingung. Dia masih belum mengerti sama sekali tentang pesona seorang wanita, sehingga dia merasa tubuhnya gemetaran tanpa alasan yang jelas.
"Yah, aku juga merasakan hal yang sama, Hanz. Dia imut sekali, bukan? Sebaiknya kau berhati-hati untuk menjaga dirimu agar tidak terikat dengan suatu hal yang merumitkan hati dan pikiranmu," bisik Dmitry tanpa menunjukkan wujudnya, dan semua suaranya hanya terdengar seperti bisikan-bisikan samar bagi Hanz.
"Aku tidak mengerti apa maksudmu itu."
"Abaikan saja apa yang kubilang barusan."
... ...
Sekembalinya mereka ke perkemahan, Dmitry dan Viona dibuat terkejut ketika melihat Ilya yang basah kuyup berjalan sempoyongan dan menatap ke arah mereka dengan wajah marah serta tatapan letih yang hampir terpejam.
"Dmitry ... sialan kau—"
Ilya sempat mengangkat tangan kirinya, dan mengacungkan jari tengah sebelum dirinya terjerungkup jatuh ke tanah. Setelah itu, Ilya pun tampak tertidur sambil mendengkur karena kelelahan.
Dmitry yang merasa bersalah segera menarik Ilya dan memapahnya sendiri. Setalah itu Dmitry menyampaikan,
"Viona, sebenarnya kita akan pergi sekarang. Aku akan jelaskan detail misinya saat kita berkumpul ke kapal. Kau bisa persiapkan dirimu, aku akan menunggu di pelabuhan."
"Huh? Kapal katamu? Kemana kita akan pergi? Jelaskan lebih du—"
"Tolong percayalah, Viona. Ini perintah dari kaptenmu," sela Dmitry secara tegas.
Viona yang tadinya tampak ragu dan bingung menjadi merasa aneh mendengar itu, namun Viona menyadari jika Dmitry sangat serius tentang misinya dan menerimanya dengan senyuman halus.
"Jangan gunakan pangkatmu seperti itu, aku merasa geli," ejek Viona sambil menahan tawa kecilnya.
"Aku akan segera menyusul," sambung Viona. Dia pun berjalan pergi menuju suatu tempat di area perkemahan.
"Kenapa mereka tidak pernah mencoba memanggilku Kapten? Apa kata-kata seperti itu memang terdengar menjijikan?" Dmitry berbicara sendiri, ia lalu menoleh ke arah Niruu.
"Jangan khawatir ... Kapten. Kau senang?" Suara datar dari Niruu yang mencoba menghibur dengan wajah tanpa ekpresinya.
"Wajahmu tidak berkata seperti itu, lho! Ah! Lupakan saja sialan!"
Dmitry pun mulai berjalan menuju pelabuhan seraya mengangkat Ilya yang berada dalam genggaman tangan, dan topangan bahunya.
...
Terdengar deritan papan bergetar ketika ditabrak derasnya ombak laut. Gemericik air beserta gemuruh yang menggeletar di tengah langit malam, menambah suasana kelam dalam badai yang sedang berkecamuk.
Sebuah kapal tampak terombang-ambing oleh gelombang laut raksasa. Langit begitu gelap, dan hanya memperlihatkan kilatan petir yang sesekali memecah keheningan lautan. Ketika sekali lagi kilatan petir menyambar ufuk, sorot cahaya yang tercipta memperlihatkan wajah seorang pria dari pemilik kapal itu.
Dmitry terlihat sedang berlari menuju dek kabin, langkahnya yang licin sesekali tergelincir akibat basahnya geladak dek kapal. Guyuran air dari ombak laut terus menerjang sekujur tubuhnya, namun dirinya tak merasa gentar sekalipun dengan situasi sesuram ini.
Kapal layar raksasa itu bergoyang bersama tarian ombak laut, membawa mereka menuju ke kedalaman dari kelamnya lautan berbadai. Dmitry yang masih bertahan dengan pijakannya, kemudian berpegangan pada tiang pembatas kapal, seraya melihat ke arah belakangnya.
Seketika kilatan cahaya petir kembali menyambar cakrawala, sorot garis cahaya itu memperlihatkan setengah wajahnya Dmitry yang sedang menyeringai.
Dmitry kemudian mengangkat tudung jubahnya, serata ia memejamkan kelopak matanya. Dmitry merentangkan kedua tangannya, sambil menerima semua peluru air dari langit itu menghujani wajahnya.
Ketika Dmitry membuka matanya, kilauan sorot matanya yang dingin seakan membekukan lautan. Dmitry kemudian berteriak bersama gemuruh petir yang menenggelamkan suaranya,
"Tunggulah kedatanganku ... Iblis!"
Sementara itu, jauh di ujung derasnya gelombang laut yang tengah berkecamuk, suatu penampakan dari ujung sirip ikan raksasa lengkap adanya tentakel panjang, tampak mengibaskan bagian tubuhnya sebelum masuk kembali ke kedalaman laut secara cepat.
Sesuatu yang berbahaya kini mengintai pelayaran mereka, dari balik gelapnya kedalaman laut samudera. Mata merah dengan tubuh panjang lengkap sirip bertentakel yang berenang secara cepat di dalam air.