Setelah pembicaraan singkat mereka berlalu, Dmitry dan Niruu setuju ikut kembali ke perkemahan.
Sebuah tenda besar berdiri, tongkat kokoh terpancang pada empat sudut, dan satu tiang tinggi menyangga atap bagian tengah. Pada dalam tenda, mereka memakai karpet sebagai alas. Tak banyak perabotan di dalam sana, selain suatu meja persegi panjang, lengkap beberapa kursi berbaris pada sisinya.
Dmitry duduk di suatu kursi kayu, begitu juga Niruu yang ikut berada di sampingnya. Dmitry menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, lalu menyimpan kedua tangannya ke dalam kantong mantel. Niruu ikut melakukan hal sama seperti yang dilakukan Dmitry, ia kemudian memejamkan kelopak matanya.
Dmitry memerhatikan seisi ruangan tenda, dan tak menemukan hal yang menarik perhatiannya. Terkecuali, sosok Westlitcher Stern. Pandangan Dmitry berhenti ketika melihat seorang pria berambut hitam, dengan mengenakan setelan doublet mewah. Stern duduk berseberangan dengan posisi Dmitry berada. Mereka berdua saling menatap dan memandang satu sama lain.
Stern kemudian menaruh sikunya ke atas meja, selagi jemarinya melipat dan menyangga dagunya. Dari wajah Stern, hanya memperlihatkan matanya yang berwarna putih seperti kristal. Dari batang hidung sampai ke bagian bawah dagunya, terpasang sebuah penutup mulut berbahan kulit. Itu merupakan masker tak biasa yang tebal dan mencolok.
Killyan datang dari arah seberang tenda, seraya ia membawakan beberapa cangkir, dan menaruhnya ke depan setiap orang. Botol Wine dari meja belakang ia ambil, lalu menuangkan cairan hitam itu ke setiap gelas.
"Silahkan dinikmati, tuan-tuan," kata Killyan bernada lemah bak seorang pelayan.
Dmitry mengalihkan tatapannya ke arah Killyan dan memberikan senyum halus, ia lalu berkata,
"Sebenarnya aku tidak bisa minum-minuman seperti ini, boleh aku minta teh saja?"
"Kami kehabisan daun teh untuk saat ini, Ingin menggantinya dengan kopi?" ucap Killyan dengan ramah. Namun senyum paksa itu membuat sudut mulutnya berkedut.
"Tidak, kopi terlalu banyak mengandung zat yang membuat orang terjaga, karena melihat wajahmu saja sudah membuatku terjaga, aku minta air putih saja." Dmitry menyindir secara langsung ke hadapan orangnya. Ia tersenyum tipis, dan bersikap acuh seolah tidak peduli.
Serangan kata itu membuat wajah Killyan memerah, dan mengeratkan giginya. Matanya yang melotot tajam itu segera berpaling. Ia berjalan menuju meja belakang dan mengambilkan air putih ke dalam gelas baru. Ia lalu menaruh gelas itu secara kasar, hingga setengah airnya tertumpah keluar.
"Terima kasih."
Dmitry tampaknya tidak peduli akan hal itu, dan tetap acuh saja tanpa ingin menatapnya. Melihat respon itu, Killyan berniat menghajar wajah Dmitry. Namun ia perlu menahan diri kali ini. Ia pun menuju tempat duduknya di samping Komodor Arazar.
"Omong-omong, sampai kapan dia ingin menatapku seperti itu?" ucap Dmitry, ia melirik ke arah Stern dengan tatapan aneh.
Stern masih memandangi Dmitry semenjak ia duduk, tatapan matanya yang dingin itu terpaku hanya kepada Dmitry, hembusan napasnya dapat terdengar karena adanya penutup mulut itu.
"Tuan Stern, mungkin bisa kita mulai pembicaraannya." Arazar buka suara setelah melihat tuan Stern di sebelahnya tak kunjung bicara.
Westlitcher Stern kemudian mengangkat kedua tangannya naik ke arah daun telinga. Suatu kail peniti ia tarik, dan melepaskan sebuah pengekang pada penutup mulutnya. Ketika itu rongga maskernya yang berbentuk ukiran gerigi gigi terbuka dan turun ke bawah dagunya, persis seperti sebuah mulut yang ternganga lebar. Stern tinggal menarik tali sabuk hitam pada bagian belakang kepalanya, maka ia pun bisa melepas seluruh penutup mulut itu.
Setelah Stern berhasil mengangkat penutup mulut itu dari wajahnya, perhatian semua orang langsung tertuju ke arahnya. Terlihat kalau wajah Stern tidak mempunyai bibir, bagian bawah hidungnya itu hanya memperlihatkan gigi dan lidahnya saja. Bekas suatu luka tampak membekas, itu merobek sisi kanan wajahnya sampai ke bagian sisi lainnya. Tampak seperti bekas sayatan benda tajam, sekaligus panas, itu karena permukaan dagingnya sekilas terlihat melepuh.
"Apa kalian lebih nyaman melihat wajahku seperti ini?" ungkap Stern dengan nada pelan, suaranya terdengar lembut, namun juga serak.
"Tidak, tidak! Gunakan lagi penutup mulutmu!" seloroh Dmitry memasang wajah geli.
Stern kembali memasang penutup mulutnya, dan mengulangi cara yang sama seperti saat ia melepasnya. Sepersekian detik kemudian, Stern bersandar pada kursinya, lalu mendekap dadanya sendiri seraya menatap ke arah Dmitry. Stern kemudian berkata,
"Leonardo Dmitry, seorang ahli sihir sekaligus pemimpin kelompok pemburu Unhuman terbaik yang dimiliki kerajaan saat ini, tanpa ingin mengurangi rasa hormat, aku akan langsung menjelaskan alasan kedatanganku kemari. Tujuanku adalah, memasukkanmu menjadi kandidat untuk ikut serta dalam menjadi perwakilan ketua Fraksi wilayah Barat, dan menggantikan posisiku. Serta, mengikutsertakanmu menjadi bagian 'The General' kerajaan Britania Raya."
Mendengar pernyataan Stern, semua orang lantas terkejut. Mereka semua bergeming keheranan, sampai tak sanggup menjawab apa-apa saat ini. Bahkan Killyan terus menuangkan wine miliknya meski cangkir itu telah terisi penuh. Komodor Arazar tampak terperangah.
Dmitry tampak sangat kaget. Ekspresinya mengatakan ketidakpercayaan akan apa yang didengarnya barusan.
"Apa aku tidak salah dengar, tuan Stern?" Dmitry bertanya dengan pelan, nada suaranya masih terdengar gemetar.
Niruu masih diam tak bergerak sedikitpun dari posisi awal duduknya. Raut wajahnya tampak datar, dan matanya terpejam. Ia terlihat tidak peduli sama sekali akan perkataan Stern tadi.
Tubuh Stern bergerak maju, selagi sikunya akan menyentuh meja. Ia kembali menyatukan jemarinya dan menyangga dagunya. Ia menatap lurus ke arah Dmitry, tatapan dingin itu menunjukkan keseriusan dan rasa fokus.
"Kau tidak salah dengar, dan aku sedang tidak bercanda." Stern menjawab dengan nada suara yang terdengar dingin.
Dmitry sadar akan keseriusan dari ucapan Stern barusan, hingga raut wajahnya ikut berubah serius.
Arazar kemudian berpura-pura batuk agar mendapat perhatian mereka semua, dan tampaknya itu berhasil, tatapan mereka kini tertuju ke arahnya, terkecuali Niruu.
"Uhuum! Tuan Stern, apa kau memang serius? Dmitry adalah orang luar, dan untuk menjadi seorang perwakilan Fraksi, bukankah itu harus berasal dari darah keluargamu yang sudah turun-temurun mewariskan gelar penguasa wilayah? Bahkan kalau bisa, setidaknya harus berasal dari seorang bangsawan yang masih mewarisi darah biru kerajaan."
Arazar mencoba membantah dengan cara yang paling halus. Ia memelankan suaranya ketika berbicara kepada tuan Stern.
Stern menghela napasnya, lalu melirik dengan matanya yang tajam ke arah Arazar. Kemudian Stern berkata,
"Aku sudah memikirkan ini berulang kali, Komodor Arazar. Orang yang cocok dengan tugas ini hanyalah, sosok Dmitry seorang. Karena itu, keputusanku telah bulat!"
Melihat tatapan tuan Stern, Komodor Arazar tersentak kaget seraya meneguk liur pahit. Ia menundukkan wajahnya, lalu mengatakan,
"Ma-maafkan aku, tuan Stern ...."