Chereads / UnHuman / Chapter 18 - #17 - Sepenggal fakta yang disembunyikan

Chapter 18 - #17 - Sepenggal fakta yang disembunyikan

Setelah kesepakatan berhasil terjalin, Dmitry kini sudah mulai tenang kembali, dan ia beranjak duduk ke kursi sebelumnya.

Niruu masih belum memberi reaksi apapun atas apa yang dilihatnya barusan. Dan dia tampak tidak terlalu peduli akan hal itu.

Semua yang berada dalam tenda kemah itu masih duduk dengan gayanya masing-masing. Mereka menghadap suatu meja yang ada di hadapannya. Beberapa batang lilin masih menyala, dan menerangi seisi ruangan.

Killyan memandangi kobaran bara api pada lilin itu. Manik hitam matanya yang kosong, tertimpa garis cahaya merah pada nyala api. Dia terpesona akan cahaya api yang menari dari sisi ke sisi.

"Jadi ... bisa kau mulai jelaskan tentang rencanamu itu, tuan Stern?"

Dmitry buka suara saat semua orang tengah diam dalam hening.

Dmitry memasukkan kepalan tangannya ke dalam kantong mantel. Matanya yang dingin, masih menatap ke arah Stern.

Stern memejamkan erat kelopak matanya. Dengusan napasnya terdengar tajam, dan uap putih mengepul keluar dari celah rongga penutup mulutnya. Kedua telapak tangannya yang saling bertumpu menyentuh atas meja.

Secara lambat, kelopak mata Stern mulai terangkat. Sepasang mata seputih kristal emas itu terlihat tajam. Pantulan pendar cahaya merah dari nyala api, memberi garis ukiran cantik pada kilauan matanya.

Semua orang menatap ke arah Stern dengan sorot wajah yang tegang, dan menunggunya mengatakan sesuatu.

Setelah mengesampingkan semua keraguan dan pemikiran tidak perlunya, Westlitcher Stern lantas menjelaskan,

"Pertama-tama, aku ingin menjelaskan situasi yang ada di kerajaan saat ini. Dalam kurun waktu beberapa bulan lagi, sang raja akan menyerahkan kursi takhta kerajaan kepada salah satu dari kedua anaknya sebagai pemegang kekuasaan. Kalian semua tentunya tahu, bahwa pangeran pertama, William Courtey adalah seorang diktator dengan kepribadian kejam."

Pengalaman berperang William Courtey, serta kemampuan teknik berpedang miliknya memang tidak dapat diragukan lagi sebagai orang terkuat nomor tiga di kerajaan. Namun, masalahnya bukanlah itu.

"Ketika rapat besar yang dihadiri oleh sembilan penguasa fraksi wilayah berlangsung, sang pangeran pertama mengemukakan pendapat pribadinya tentang suatu sistem baru. Jika nantinya ia berhasil menjadi seorang raja, maka ia akan menghapus sistem pemanfaatan Unhuman sebagai pasukan kerajaan, dan melakukan eksekusi mati bagi siapapun yang memiliki darah Unhuman dari kerajaan."

Selesai mendengar ucapan Stern, mereka semua menunjukkan reaksi kaget yang berbeda-beda.

Dmitry membelalak kaget. Pembuluh darahnya berkumpul membentuk garis urat di sekitar pelipisnya. Walau tidak menunjukkan ekspresi atau reaksi berlebihan, mereka yang melihat bisa tahu emosi di wajahnya itu.

Segera, Dmitry menenangkan dirinya dan bergumam dalam benaknya. Selama aku tidak kembali ke kerajaan, ternyata masalahnya sudah sampai ke titik ini. Konflik ini tidak hanya berlaku bagi mereka, namun juga semua orang yang memiliki darah Unhuman ke depannya akan ikut terancam.

Bahkan, Niruu menunjukkan reaksi kesal saat tahu perihal masalah ini, sehingga tanpa sengaja energinya bocor; melepaskan aura dingin dan intens.

Sementara Killyan hanya menyunggingkan seringai yang pahit, dan iris merah matanya menatap dengan tajam.

Komodor Arazar tampaknya sudah tahu akan masalah di kerajaan, sehingga ia hanya terdiam dan menundukkan wajahnya.

Stern kembali melanjutkan penjelasannya.

"Setelah rapat itu berakhir, aku mendengar kalau tiga dari penguasa wilayah berpindah haluan dengan memihak pangeran pertama. Dari apa yang kudengar, mereka setuju karena menganggap bahwa memanfaatkan pasukan Unhuman dalam kepentingan kerajaan hanya akan membawa masalah dan kesialan."

Aturan lama dari pendahulu, mereka anggap sudah kuno dan tidak lagi dibutuhkan. Sebagian dari mereka mengungkapkan, bahwa tindakan ini sudah melanggar aturan agama.

Meski awalnya tidak seperti ini, beberapa dari mereka sudah mulai berubah pikiran.

"Aku sempat mengirimkan surat kepada mereka, agar mereka mau lebih memikirkan keputusannya. Namun saat ini, hanya ada tiga orang yang sependapat denganku. Sementara tiga lainnya masih berada dalam kebimbangan. Aku tidak mempermasalahkan keputusan mereka. Namun kalau seperti ini, akan muncul kubu baru yang mendukung adanya penetapan kontra anti-Unhuman."

Sempat berhenti dan menarik napasnya dengan dalam, Stern kembali menambahkan,

"Sulit kupercaya kalau pilihan ini akan menciptakan pertentangan yang berpengaruh besar terhadap politik kerajaan. Mereka bebas memilih siapa yang menjadi raja, namun aturan dan sistem baru ini akan memengaruhi keberlangsungan kesetaraan ras dalam lingkungan kerajaan. Mereka bahkan tidak memikirkan konsekuensinya. Selama ini hanya akulah yang memerhatikan para pasukan Unhuman lakukan dalam usahanya melindungi kerajaan. Karena itu ... aku berusaha menolaknya, Dmitry!"

Stern mengepalkan kedua genggaman tangannya. Dan tangan kanannya itu bisa saja melayang dan menggebrak meja di hadapannya hingga hancur. Namun, sebagai seorang bangsawan tidaklah pantas melakukannya, dia masih harus mampu menahan dirinya.

Dmitry menghela napas ringan, dan raut wajahnya mendadak berubah suram.

Sudah kuduga kalau para bangsawan tidak berguna itu hanya akan menjadi beban negara saja. Namun, sepertinya dirimu berbeda, tuan Stern. Aku bisa melihatnya sekarang. Mungkin, penilaianku sedikit melenceng, tetapi aku bisa meyakinkan diriku sekarang. Suara benak Dmitry saat melihat keseriusan Westlitcher Stern.

"Meski aku benci mengakui ini, tetapi, tidak seharusnya Unhuman yang masih mampu mengontrol kekuatannya berakhir seperti ini!" Suara Komodor Arazar yang kental dengan emosi menarik perhatian mereka untuk menoleh.

"Itu sama sekali tidak berperasaan, bukan!?" Arazar mengatakan itu sambil menundukkan wajahnya, karena dia menyembunyikan wajah menyedihkannya yang tidak pantas.

"Tcih! Pembicaraan yang menyebalkan!" Voltra mengepalkan genggaman tangan kirinya, hingga pembuluh darahnya mengeras dan menonjol ke permukaan kulit.

Stern mendengus dengan suara napasnya yang terdengar tajam. Ekspresinya terlihat tenang. Belum selesai sampai di situ, Stern kembali menjelaskan,

"Jika masalah ini tetap berlanjut, perseteruan antar fraksi wilayah akan kian memanas. Cepat atau lambat, perang saudara bisa saja terjadi. Mungkin kengerian lama bisa terulang kembali, dan mengubah tanah Britania menjadi lautan darah. Aku sangat tidak menginginkan hal ini terjadi. Jadi, biar kukatakan isi rencanaku, tuan Dmitry."

"Pertama-tama, aku berniat membantu pangeran kedua, William Charls Xavhier memenangkan pemilihan itu dan menjadikannya sang raja. Meskipun dia masih tidak punya pengalaman dalam politik kerajaan, ataupun keahlian dalam bertarung, ia punya kelebihan tersendiri dalam dirinya. Saat rapat besar sedang berlangsung, tanpa ragu sang pangeran kedua membantah usulan dan sistem baru kakaknya. Aku cukup terkejut saat menyadari pangeran kedua punya kemampuan berbicara yang baik. Dia bisa kuanggap sebagai seorang jenius, Dmitry. Aku bisa memastikan itu ketika mendengar ucapannya yang tulus dalam penolakan usulan sistem baru. Karena itu, aku akan mendukung dan membantu pangeran kedua. Kau juga sangat kubutuhkan dalam rencana ini."

Stern mengkerutkan sudut matanya. Sorot matanya semakin menajam menatap ke arah Dmitry.

Dmitry memerhatikan Stern, dan memikirkan ulang semua alur cerita dari penjelasannya. Dmitry tampak menyadari sesuatu, dan ia pun bertanya,

"... Tapi, kenapa hanya mereka berdua saja yang dipilih sang raja dalam menentukan kedudukan takhta kerajaan? Bagaimana dengan anak ketiga sang raja?"

"Maksudmu Lucius Arthur? Sebagai seorang anak pungut sang raja, dia tidak punya hak dan kewenangan dalam penobatan takhta sang raja. Bahkan kalau memang dia bisa, itu hanya akan menyebabkan masalah baru lainnya dalam politik kerajaan. Tentunya kau mengerti maksudku, bukan? Selain itu, Lucius Arthur masih dianggap tidak stabil. Karena dia adalah temanmu, mungkin kau sudah tau rumor tentangnya."

"... Jadi begitu. Tentang rencanamu, apa yang akan kau lakukan untuk membuat pangeran kedua ini berhasil menjadi raja, tuan Stern?" Suara Dmitry mendadak berubah dingin. Dan raut wajahnya berubah suram.

Stern sekali berkedip, seraya menurunkan sedikit dagunya. Setelah itu Stern berkata,

"Berdasarkan rapat besar sebelumnya, sang Raja mengemukakan solusi untuk mengakhiri perdebatan antar kedua kubu ini. Berdasarkan keputusannya, sang raja menyampaikan, bahwa kedua anaknya akan bertanding dengan cara yang telah ditentukan oleh dirinya sendiri."

"Pangera pertama, William Courtey, menerima perintah langsung untuk merebut kembali wilayah Denharg yang telah jatuh ke tangan kekaisaran Corbora. Kemudian, perintah untuk pangeran kedua adalah, menyelesaikan konflik wilayah antar kekaisaran Franchise, dan wilayah kerajaan perserikatan besar semenanjung Iberia, Kastilia of Crown. Sang raja akan menilai sendiri, cara apa yang akan kedua pangeran lakukan dalam menjalankan tugasnya nanti. Jika menurut sang raja layak, maka dia akan menjadi raja selanjutnya."

Selesai mendengar penjelasan Stern, Dmitry cukup terkejut saat mendengar bagian dari nama kerajaan Kastilia of Crown. Dirinya sangat tahu seperti apa kekuatan negara besar itu.

Dmitry cukup lihai menyembunyikan ekspresi dan emosinya. Namun kegelisahan hatinya masih terlihat jelas. Dmitry lalu berkata,

"Kastilia of Crown ... katamu? Tuan Stern, menurutku pangeran kedua tidak punya tempat untuk bisa memenangkan hal ini. Sayang sekali, dia tidak memiliki kesempatan apapun."

"Begitu kah? Menurutku, perkataanmu memang ada benarnya. Menilai dari kekuatan dan ketahanan Kastilia of Crown, memang terdengar mustahil untuk bisa satu orang selesaikan. Namun, bagiku itu sama sekali tidak."

Dmitry memicingkan matanya setelah mendengar pengakuan Stern barusan. Dia sudah bisa menduga akan perkataan selanjutnya dari orang bertopeng ini.

"Tidak ada yang mustahil bagiku selama aku memiliki tekad dan kemauan untuk melakukannya. Jika menurutku itu pantas untuk kuperjuangkan, maka aku akan bertindak dengan menghalalkan segala cara. Aku tidak akan menyerah begitu saja hanya karena tahu lawanku terlalu kuat, ataupun musuhku adalah orang dengan punya kekuasaan besar. Aku akan bergerak atas dasar keinginanku, tanpa memikirkan risiko apapun."

Mendengar suara penuh keyakinan dari tuan Stern, Komodor Arazar terkesima dan merasa kagum akan sosoknya.

"Jadi, menurutku kau juga bisa salah, tuan Dmitry," sambung Stern.

"Apa maksudmu?" Dmitry memicingkan matanya seraya menanyakan itu.

"Sang raja tidak memberi aturan atau batasan tentang bagaimana cara kedua anaknya melakukan perintah darinya. Kedua pangeran bebas menyelesaikan perintah ini dengan cara apapun. Kemudian, siapa yang lebih dulu kembali setelah berhasil menjalankan tugas dan perintah ini, dia akan lebih punya peluang besar."

"Jadi, apa maksudmu kau yang akan—"

"Benar, tuan Dmitry! Kitalah yang akan melakukannya!" sela Stern dengan suara penuh semangat

Dmitry sempat merasa kecewa karena salah mengira. Dia pikir hanya Stern saja yang perlu turun tangan.

"Aku telah membicarakan ini dengan sang pangeran sebelum pergi ke tempat ini, dan memberitahukannya semua rencanaku," sambung Stern.

"Seperti yang sudah kau bilang, kedua negara itu merupakan kekuasaan terbesar di Eropa, tuan Stern. Bukankah terlalu mustahil untuk bisa menaklukkannya? Lalu, bagaimana kau akan melakukannya?" Dmitry merasa ragu dengan tindakan Stern.

"Herderick, tunjukkan gulungan kertas 'L' kepada, tuan Dmitry," suruh Stern saat menatapnya.

"Baik ...."

Herderick kemudian meletakkan kotak koper yang dipegangnya ke atas meja. Dia menarik suatu tuas pengunci di kedua sudut koper, lalu terbukalah secara perlahan koper itu.

Terlihat sekumpulan gulungan kertas yang masih tersegel oleh pegangan tali pita. Ada yang berwarna emas, dengan tingkatan negara. Dan berwarna perak, sebagai informasi rahasia. Setiap gulungan, memiliki daftar berupa kode abjad sebagai penunjuk informasi.

Herderick mengambil salah satu gulungan yang tidak memiliki pita. Namun tertera kode abjad 'L' pada suatu penanda kertasnya. Dia kemudian menyerahkan gulungan itu, dengan menaruhnya ke hadapan Dmitry.

Bersamaan itu, Killyan tiba-tiba meletakkan kedua kakinya ke atas meja dengan posisi menyilang. Kedua tangannya menyangga belakang kepala, dan ia bersandar pada kursi duduk yang sengaja ia goyang-goyangkan.

"Huuhm! Jangan pedulikan aku, tulang belakangku terasa penat," ucap Killyan seraya memejamkan matanya.

"... Dasar keparat tidak tahu diri," gerutu Dmitry.

"Abaikan saja dia, tuan Dmitry. Kau boleh membacanya." Suara Stern berubah serius.

Setelah Dmitry mengambil gulungan kertas itu, ia kemudian menarik suatu pengikat pada penanda kertas. Selesai terbuka, Dmitry membaca isi dari suatu tulisan pada lembaran kertas tebal itu. Dirinya tidak mengeluarkan suara apapun, namun matanya sudah mulai membelalak akan sesuatu.

'Perbudakan yang dilakukan oleh kerajaan Leon masih terus berlangsung. Penggunaan budak untuk membuat prajurit Unhuman. Warganya yang memiliki penyakit akan dijadikan Unhuman. Dua tempat yang masih beroperasi di kerajaan Leon merupakan markas Timur dan Utara.'

Begitulah beberapa bagian penting dari isi surat yang Dmitry baca. Sepersekian detik kemudian, Dmitry tampak terdiam sejenak. Dengusan napasnya terdengar berat saat ia memejamkan matanya. Setelah Dmitry kembali melihat ke arah Stern, ia berkata,

"Bagaimana bisa informasi seperti ini dimiliki kerajaan Britania, tuan Stern?"

"Seseorang memberikannya kepadaku. Tentang siapa dia, aku masih belum bisa mengatakannya sekarang."

"Lucu sekali. Tapi tidak masalah siapa dia, aku hanya merasa sedikit terkejut akan kenyataan baru ini. Jika sampai informasi seperti ini bisa kau dapatkan dengan mudah, artinya orang itu bukanlah sosok sembarangan, bukan?" Dmitry bersikap sesantai mungkin, dan nada bicaranya terkesan tenang.

"Benar. Jadi, apa yang kau rasakan setelah mengetahui semua itu?" Stern sedikit mengangkat dagunya, dan sorot matanya jadi lebih tajam.

Dmitry tersenyum kecut, seraya memejamkan matanya dan sedikit memiringkan kepalanya ke satu sisi, lalu dia berkata,

"Rasanya aku jadi ingin berkunjung ke sana, tuan Stern."

Stern mendengus dengan ras puas selesai mengetahui jawaban Dmitry. Dia mengerutkan sudut matanya, membuat sorot matanya jadi lebih serius. Stern kemudian berdiri, seraya kedua tangannya menggebrak atas meja secara halus, lalu ia berkata,

"Sekarang, mari kita lanjutkan ke dalam pembahasan utamanya, tuan-tuan! Rencana penaklukkan dalam diam, dimulai!"