Chereads / not a same / Chapter 10 - bagaimana waktu merubah kita

Chapter 10 - bagaimana waktu merubah kita

Alya side

Tik

Tok

Tik

Tok

Tik

Ah sudah jam 8 malam seharusnya gadis sudah pulang dari kantor bukan?. Sehari an ini setelah tadi pagi gadis pergi dengan terburu-buru tak ada kabar lagi darinya. Ah rindu, bahkan kami baru berpisah beberapa jam. Namun mengapa rindu ini sangat besar nya. Aku melihat email yang aku kirim padanya. Ya aku belum punya nomer barunya. Dan setauku gadis bukan pengguna media sosial yang aktif jadi salahsatu cara yang aku bisa lakukan adalah menghubunginya dengan email. Namun tampak nya gadis benar-benar sedang sibuk. Bahkan email nyapun belum dibaca.

Aku melihat kalender di hp ku. Ah besok sabtu akan menyenangkan jika aku habiskan hari dengannya. Setelah sekian lama tidak bertemu, banyak hal yang aku ingin ceritakan padanya. Membayangkan kami hanya berdua bak kekasih di akhir minggu membuat ku senyum-senyum sendiri. Penantian ku membuahkan hasil. Rasanya rasa sakit terpisah dalam 2 tahun sembuh seketika.

Ah iya tapi aku tak tau dimana rumah gadis. Apa aku tanya ujo, hmp tapi di indonesia jam segini pasti ujo sedang didunia mimpi. Ah setidanya dia bisa balas setelah bangun tidur. Dan ketika itu aku sudah siap pergi menemui gadis.

Ujo.

Hai ya.

Apa kabar tumben wa gw.

Dah sekian lama loe disana baru kali ini loe wa. :(

Alya

Wow ujo ternyata belum tidur

Ujo.

Masih jam 8 kok tidur

Alya

Hah ngelindur.

Ujo

Kkkkk

Gw belum bilang kalo gw lagi d Cambridge ya.

Gw dah cerita ke gadis gw kira loe dah ketemu gadis.

Alya.

Wow akhirnya loe kesini

Gw dah ketemu gadis tapi belum cerita2 tentang orang lain :p

Ujo

Ish kok orang lain sih. :(

Ah sudah jam 9 pagi. semalam aku tertidur setelah Ngobrol sama ujo seharian di chat . Ujo bilang dia akan lama di Cambridge namun tidak bisa menemui kami disini. Ada banyak urusan yang dia kerjakan disana sebagai gantinya dia minta di kunjungi disana. Cambridge, hemp akan jadi perjalanan menyenangkan. Dari sini ke Cambridge kira-kira butuh waktu 3 setengah jam dengan kereta. Hitung-hitung liburan berdua 3 setengah jam berdua dengan gadis ah setelah sekian lama apakan akhirnya aku bisa benar-benar berlibur bersama gadis. Hahaha perasaan apa ini memikirkan nya saja membuat pipiku terasa panas .

Jam 11 aku sudah siap dengan bekal makan siang kesukaan gadis. Nasigoreng gila. Kebetulan aku masih punya bahan-bahan yang kubawa dari tanah air. Dengan terburu buru aku mengolahnya. Dan disini lah aki sekarang menyusuri lorong apartement mencari nomor rumah gadis. 27A ah ini dia. Aku memencet bell dengan bersemangat berharap gadis ada di rumah. Tak lama kemudian terdengar seseorang membuka pintu dari dalam.

"Owh hai, miss alya" seseorang yang tak kuharapkan berdiri di ambang pintu. Ah apa ini, apakah mereka tinggal bersama. Ada rasa sakit yang menusuk hati ku dan aku berusaha memendam nya. Berusaha tersenyum senatural mungkin.

Dia mempersilahkan ku masuk. Dan dengan lemas aku berusaha mencari tanda-tanda apakah mereka tinggal bersama.

"Gadis masih tidur" ujarnga kemudian sambil menawariku kopi yang hanya aku jawab dengan anggukan. Secangkir kopi hangat mengepul di meja tamu di depanku. Aku memandanginya dengan pikiran kacau.

"Apakah harus aku bangunkan? " Tanya ruben kemudian. Dia tampak sudah rapih seperti akan pergi. Aku menggeleng sambil berujar tidak usah. Aku akan menunggu nya bangun. Tak lama ruben lalu berpamitan, ternyata dia harus pergi kerumah keluarganya. Ia bilang ada perayaan kecil disana jadi dia harus buru-buru

Aku hanya sendiri disini dengan secangkir kopi yang masih mengepul. Memandanginya dengan hati yang terluka beberapa waktu lalu saat aku dengan bahagianya membuat makan siang untuk gadis aku melupakan satu hal, melupakan bahwa dia tidak sendiri. Melupakan bahwa dia bukan milikku, melupakan bahwa tak ada janji yang terucap setelah semalaman itu kami habiskan bersama. Melupakan bahwa saat itu kami hanya menumpahkan rindu yang sangat besar. Air mataku menetes perlahan.

"Alya?" Gadis tampak berdiri di ambang pintu kamarnya menggunakan kaos oblong kebesaran. Dengan cepat aku mengusap air mataku di pipi. Mengalihkan pandang padanya dengan senyum.

"Hai, good morning" ucap ku kemudian.

Aku berdiri membuka kotak makan yang ku bawa dari tadi. Menyiapkan nya di meja makan bergerak senatural mungkin. Namun gadis menghentikan langkahku, ia menatap ku dengan perasaan bersalah. Tampaknya ia tau bagaimana aku bisa masuk kedalam rumahnya. Aku hanya tertunduk tak berkata apa-apa, lebih tepatnya tak ada kata yang bisa terucap. Airmata perlahan mengalir di pelipis mataku. Gadis memeluk ku. Tak ada kata diantara kita hanya isakan yang mengejar.

*****

Gadis side

Semalam ruben menemaniku semalaman. Rasa bersalahku menahannya untuk pulang. Kamu tau rasanya setelah berselingkuh, rasanya seperti kamu tidak cukup baik untuk pasangan mu dan mencoba memperbaikinya. Ah ntah lah setidaknya itu yang aku coba lakukan. Namun ntah mengapa saat aku mencium nya ada perasaan hambar dalam hatiku. Tak ada getar yang sama ketika aku mencium alya semalam. Ah aku mulai membandingkannya bukan seperti ini seharusnya yang aku pikirkan. seharusnya aku menikmati malam ini bersama ruben dan seharusnya aku tak memikirkan orang lain. Akhirnya aku hanya bisa berpura-pura menikmati setidaknya aku tidak boleh menghancurkan mood ruben bukan. Jam 3 dini hari Ruben sudah tertidur pulas disamping ku. Dan aku masih belum bisa memejamkan mata. Malam ini seharusnya aku menebus rasa bersalahku namun ntah mengapa rasa bersalahku tumbuh semakin besar

Aku memandang jam di kamarku jam setengah 12. Ntah jam berapa aku tertidur rasanya aku sangat letih. Aku menguatkan tenagaku untuk berdiri ke dapur untuk mengambil air putih, rutinitas pagiku. Namun langkahku terhenti di ujung pintu. Alya sedang duduk diruang tamu ku.

"Alya?" Tanya ku memastikan. Alya tampak cepat menyeka matanya.

Menangis, ya sekali lagi aku membuat nya menangis. Kamu tau ketika orang bilang 'waktu takan mengubahku', itu hanya bualan semata. Lihat lah aku kini. Seseorang yang tak perduli tentang hidup kini tinggal belasan ribu kilometer jauh dari rumah. Seseorang yang tak ingin geraknya mempengaruhi orang lain kini menyakiti banyak hati. Seseorang yang bilang cinta itu hanya dongeng kini jatuh cinta pada orang yang salah dan menyakitinya.

Aku menahan gerak alya yang berlagak tidak ada apa-apa dengan bergerak menyiapkan sesuatu di meja makanku. Aku menatapnya lekat. Rasa bersalahku kian menjadi ketika tetes itu mengalir di pelipis matanya. Aku memeluknya. Cukup lama ketika akhirnya aku mengajak nya duduk di sofa ruang tengah. Menatap nya dan mengenggam tangan nya eret.

Tidak bisa seperti ini, aku harus memutuskan siapa yang aku pilih. Aku tak bisa membuatnya menangis setiap kali dia tak sengaja melihat kebersamaan ku dengan ruben. Dan pilihanku tentu bukan dia, karena aku tak mungkin meninggalkan ruben tanpa alasan. Beberapa bulan lagi hubungan kami bahkan akan menginjak angka 2 tahun. Untuk pertama kalinya ayah menerima pilihanku ketika aku memperkenalkan ruben ketika ayah menengok ku beberapa bulan lalu. Dan dia lah pilihan tertepat ku. Meski sakit .kali ini, aku harus benar-benar benar merelakan alya.

"Aku ga apa-apa" alya tampak seolah sudah tau apa yang akan aku ucapkan.

"Kamu ga perlu putus sama ruben" isak nya tampak sudah stabil.

"Tapi please, jangan tinggalin aku lagi. Aku ga bisa tanpa kamu"

****

Alya side

Apakah hari itu akan terjadi lagi. Nerakaku yang terulang. Aku menatap gadis. Di moment ini dia pasti akan lebih memilih pacarnya bukan?. Karena aku adalah kesalahan. Tidak bisa. Aku takmau kembali ke hari itu lagi. Untuk pertama kali dalam hidupku akhirnya aku tak membutuhkan obat tidur lagi. Setelah sekian lama aku mengonsumsinya karena aku tak pernah benar-benar bisa tertidur. Untuk pertama kalinya gadis datang padaku meski itu kesalahan namun aku tak menyesalinya sedikitpun. Tidak apa-apa jika aku hanya menjadi sebuah kesalahan, tidak masalah selama ia masih mau menemaniku. Masih mau memelukku dan menjadi rumah untuk ku.

"Aku ga apa-apa" aku menelan ludah "kamu ga perlu putus dengan ruben, tapi please jangan tinggalin aku lagi." 

Gadis menatap ku tak mengerti

"Aku mau terus sama kamu. Jadi selingkuhan kamu atau apapun" ujarku semakin gila.

Gadis tampak kesal mendengar ucapanku. Aku membuatnya marah lagi bukan , egoku mengendalikan ku. Aku tidak perduli

"Loe bakal selalu sakit seperti hari ini" ucap gadis kemudian dengan nada marah.

"Akan lebih sakit kalo kamu ngejauh dari aku seperti dulu. Kamu gatau dua tahun ini aku kaya tinggal di neraka. Dan ketika kamu datang ke hidup aku lagi untuk pertama kali aku merasakan bahagia lagi" alya

"Tapi ini salah alya" gadis tampak berusaha meredam emosinya.

"Aku ga perduli. Kamu bisa simpen cerita kita serapat mungkin. Gaperlu ada orang yang tau tentang kita. Aku cuman butuh kamu. Persetan dengan orang lain"

Gadis memalingkan tubuhnya mungkin ada banyak hal yang dia pikirkan saat ini.

"Please dis" ujarku sambil memeluknya dari pelakang.