Alya side
Semenjak kejadian di Cambridge, gadis lebih sering meluangkan waktu untukku. Dari makan siang bersama hingga pulang kantor pun ia lebih sering pulang ke apartement ku. Meski ruben sering menelepon nya karena itu, dan membuat ku terkadang cemburu mendengar caranya berbicara dengan lelaki itu. Gadis sebenarnya selalu mencoba menjauh jika ada telepon darinya disaat dia sedang berada didekatku, seperti sedang tidur di pangkuan ku atau sekedar duduk santai di sofa larut dalam sebuah obrolan atau guyonan biasa dan aku selalu menahannya untuk tak perlu menjauh karena aku ingin tau apa yang mereka bicarakan. Kebanyakan adalah urusan kerja atau sekedar menayakan kabar dan beberapa lontaran protes karena gadis melewatkan waktu untuk bersama nya lagi.
Namun gadis tampak memiliki segudang alasan untuk bisa melewati waktu dengan ku dan membuatku merasa menang untuk beberapa alasan. Meski demikian ia tak bisa memutuskan ruben dan membuatnya berada di waktu yang sulit, satu dua kali aku menangkap murung di wajahnya. Namun bisa kurasakan usaha kerasnya untuk tidak menampakannya padaku.
seperti kataku saat memintanya untuk tetap bersamaku dulu. Aku tak masalah jika ternyata aku hanya akan menjadi rahasia besar untuknya. Karena toh setiap orang pun punya rahasia yang tak ingin diketahui orang banyak. Meski bohong jika aku tak cemburu disaat setiap kali melihat gadis mengangkat telepon dari ruben di dekatku, Atau melihat ruben mengantar gadis keluar kantor ketika kami berjanji untuk makan siang bersama. sangat terlihat bahwa mereka adalah pasangan yang sangat bahagia setidaknya debelum kehadiranku.
Sesekali saat kami makan di luar aku bahkan cemburu melihat pasangan lain berjalan di keramaian dengan tanpa beban. bergandengan tangan bahkan melemparkan kecupan manis sambil bersenda gurau. dan aku, aku juga punya kekasih namun aku tak bisa menunjukannya disini di depan seluruh penduduk manchaster bahwa aku juga punya gadis. hal menyenangkan saat gadis menciumku di london karena ingin menunjukan pada laki-laki yang ingin mendekati ku, bahwa aku miliknya takan pernah terjadi disini.
namun tak masalah, aku akan menahannya setidak nya saat ini waktu gadis lebih banyak ia curahkan untuk ku. Dan aku selalu percaya saat - saat seperti itu akan terjadi lagi padaku meski entah kapan. Terdengar seperti membungahkan hati. Angan-angan yang terasa semu. Namun setidaknya ada sedikit harapan untuk itu
"Dis, kita liburan lagi yuk" ujar ku setiap ego terbesar ku untuk memilikinya secara utuh menghampiriku, nyatanya walau dulu aku bilang tak apa-apa prasaan itu terus datang padaku berkali-kali. Membuat gadis menatap ku dengan wajah bersalah, bertanya dan bahkan agak sedikit frustasi. Karena untuk mengajukan cuti tak semudah itu, pekerjaan nya terlalu banyak dan tak bisa di cut begitu saja. belum lagi rencananya untuk berlibur panjang ke bagian eropa lain pun sepertinya harus di urungkan karena ia harus pulang ke tanah air. Menghadiri pernikahan kakaknya dan anya. Lalu dia tak mungkin meninggalkan ruben begitu saja. Dari yang aku lihat semenjak gadis lebih sering pulang ketempatku dan memberi hanya sedikit waktu untuk laki-laki itu membuat kebersamaan mereka sering berujung dengan pertengkaran. Aku tau ini terdengar jahat. Namun aku bahagia jika akhirnya seperti itu.
Aku bahkan berharap lelaki itu menyerah pada gadis dan merelakan gadis hanya untuk ku. Namun harapan ku tak pernah menjadi kenyataan.
Sudah hampir enam bulan kebersamaan kami. Dan belum sekalipun gadis bisa mengajak ku liburan lagi. Bahkan akhir minggunya pun sulit ia lalui karena membagi waktu kerja, waktu untuk Aku dan ah aku benci jika memikirkannya. Waktu untuk ruben.
Hari ini gadia tak bisa pulang ke apartement ku. Ada pekerjaan yang sangat penting yang menyebabkan ia harus lembur. Aku sedang duduk melamun membayangkan kemungkinan gadis akan menghabiskan malam bersama lelaki itu malam ini. Biasanya jika pekerjaan sedang banyak seperti hari ini gadis akan pulang dengan ruben. Dan tentu saja ruben akan menginap di apartement nya mengingat jarangnya waktu yang ia habiskan bersama gadis akhir-akhir ini tentu dia tidak akan melewatkan kesempatan seperti ini. Meski marah dan insecure aku berusaha mempercayai gadis.
Mako teman kelas ku mengagetkan ku ketika pikiran ku semakin kalut. Membuatku tersontak dan hampir menumpahkan kopi di depan meja taman depan kursi tempat aku duduk.
"Owh I'm sorry, i has call you" katanya merasa bersalah " tapi tampak nya kamu tak mendengar, sehingga aku memutuskan untuk menepuk pundak mu" ujarnya dengan bahasa inggris yang lucu. Mako adalah salah satu teman yang rajin menemani ku berkeliaran dijalan-jalan manchaster dulu ketika aku ingin menemukan dimana kantor gadis berada. Dia juga yang memberiku ide untuk terus berkeliaran di dekat kantor gadis untuk bermain dengan kemungkinan. Ketika aku bilang aku tak punya cukup nyali untuk mendatangi gadis secara langsung.
Ya mako tau orang yang aku cari adalah cintaku. Dan dia tau bahwa cintaku adalah seorang wanita. Ada beberapa alasan yang membuat aku berani bercerita padanya tentang kisah cintaku yang rumit itu. Padahal kita baru bertemu beberapa kali dalam seminggu.
Waktu itu aku tak sengaja memergokinya tengah berciuman dengan Lauren. Seorang gadis jerman salah satu teman kelas kami. Aku merasa malu lalu mencoba menjauh dari mereka. Karena tak ingin mengganggu juga. Namun esok nya mako datang menghampiriku karena mungkin kami sama-sama orang asia. Mako mulai bercerita tentang jati dirinya. Menceritakan tentang ketertarikannya pada wanita dan sebagainya tanpa rasa insecure atau malu sedikitpu. Membuat ku sedikit kaget mendengarnya. Namun kejujurannya memandang hidup membuatku merasa nyaman dan seiring berjalannya waktu aku mulai menceritakan tentang apa yang terjadi padaku.
Aku bukan tipikal orang yang mudah menceritakan masalah hidupku pada orang lain namun ntah mengapa saat aku di dekat mako aku bisa bercerita banyak hal. Mungkin karena selama ini aku tak menemukan orang yang tepat untuk berbagi kegundahan ku tentang yang satu ini. Atau ntahlah, aku hanya nyaman berbicara dengannya.
"Its ok, aku emang lagi melamun" ujarku kemudian
" Kamu tidak ambil kelas prof. Stuart" tanya nya kemudian. Yang aku jawab dengan gelengan lemas.
"Kenapa?" Ujar mako seraya menyeruput kopiku yang tinggal setengah.
"Aku sedang tidak bisa konsen" ujarku seraya meletakkan kepalaku di meja. Membuat mako tergelak melihat tingkahku.
"Masalah pacar kamu lagi?" Tanya nya kemudian.
Aku maengangguk namun masih meletakkan kepalaku di meja dan kali ini dengan dibantali oleh tangan kananku. Mako ikut meletakkan tangan kirinya di meja lalu menaruk kepalanya di tangan nya. Menatap ku penuh tandatanya.
"Apa kamu bahagia dengan pilihanmu?" Tanyanya kemudian. Aku memejamkan mata. Aku tak pernah tau apakah aku benar-benar bahagia dengan pilihanku. Namun aku semakin tak membutuhkan obat tidurku. Meski gangguan panik ku kembali muncul sesekali. Jadi aku tak tau apakah aku bahagia atau tidak . Yang aku tau aku sangat mencintai gadis. Bahkan cintaku semakin hari semakin dalam. Sehingga membuat ku tidak berfikir untuk terpisah darinya lagi. Memikirkannya saja membuatku sangat mual dan frustasi.