Sudah jam 9 malam
aku masih terduduk di sofa. Sambil sesekali menatap pintu yang sedaritadi diam bergeming. Tidak ada tanda-tanda, apakah akan ada yang mengetuk atau membunyikan bel.
Setelah gadis membantuku mengenakan hoodie nya lalu memghilang dibalik pintu gedung perkantoran bersama laki-laki itu, perasaan ku mulai tidak tenang. Banyak hal berlalu lalang di benak ku.
Dia tampak lebih dewasa dengan pakaian formal nya hari ini. Tidak seperti dulu, hari ini dia tidak menggunakan jeans belelnya, tidak menggunakan kaus oblong hitam kesukaannya lagi. berganti dengan setelan rok selutut berwarna seirama dengan blazer nya. Lalu dalaman kemeja putih yang tampak rapih. Ia tampak begitu berbeda. Namun pelukanya masih sama hangatnya.
Ah betapa bahagianya aku ketika gadis memeluk ku tanpa ragu. Namun yang mengganjal adalah dia tak sendiri. Gadis yang tak suka dengan suatu hubungan akhirnya mengikat dirinya dengan itu. Hal yang aku takutkan ketika ia pergi dulu benar-benar terjadi ia menemukan cintanya.
Akhirnya suara bel yang aku nanti terdengar 9.30 dengan tergesa aku membuka pintu yang sedari tadi aku pelototi.
Gadis tampak berdiri di balik pintu dengan setelan yang masih sama dengan setelan yang ia gunakan tadi siang, namun sedikit lebih berantakan. Tanpa babibu aku memeluknya erat. Air mataku mulai mengalir. Aku tak perduli jika gadis akan mendorong ku menjauh. Air mata ini sudah ku tahan dari siang tadi ketika ia memeluk ku.
Aku sudah siap dengan segala kemungkinan. Namun ternyata gadis tak bergeming . Ia hanya berdiri terdiam tanpa perlawanan. Suasana ini seperti menghipnotisku tanpa sadar aku mulai mendekatkan wajahku ke wajahnya. Bibir kami mulai bertemu..
Lalu seketika aku mulai tersadar dan lansung menarik diriku ke belakang. Rasa bersalah dan takut kehilangan lagi mulai berkecamuk di benak ku. 2 tahun sudah cukup memisahkan kita. Kali ini aku tidak mau kehilangan dia lagi.
Namun tanpa Ku duga tiba-tiba gadis mendekatiku. Dengan halus ia mulai menyentuh wajahku. Belum pernah aku melihat air mata keluar dari mata itu. Tanpa ku duga Gadis mulai mendekatkan wajahnya ke wajahku . Bibir kami sekali lagi bertemu kali ini gadis yang mulai mencium ku dengan lembut, bisa kurasakan air matanya menetes di pipiku. Ini terasa seperti mimpi bagiku. Ciumam kami semakin intense suara napas kami saling beradu.
Ah mimpi ini terasa terlalu nyata bagiku. Kami sudah diatas ranjang ku ketika tak ada sehelaipun benang menutupi kulit kami.
Ah apa ini. Aku tidak perduli dengan yang lainnya. Yang jelas malam ini aku merasa menjadi orang yang paling bahagia . Bahkan aku akan sangat bahagia jika ini hanyalah sebuah mimpi sekalipun.
****
I don't want to run away but I can't take it, I don't understand,
If I'm not made for you then why does my heart tell me that I am?
Is there any way that I can stay in your arms?
Suara nyayian Daniel bedingfield membangunkan ku dari tidurku. Tanganku menggerayangi meja di sebelah dipan ku. Menggapai smart phone ku dan secara naluri memencet tombol apa saja Agar ia berhenti bersuara. Sedetik kemudian aku pun tersadar dan membuka mataku lalu secara insting langsung menoleh ke samping dipan ku.
Aku menarik napas ku lega seketika. Ah bukan mimpi. Disana gadis masih tertidur nyenyak. Aku memperhatikan wajahnya ketika tertidur ini adalah hal yang selalu aku rindukan. Dulu hal ini adalah hal routine yang aku lakukan setiap pagi. Mengamati wajah gadis yang sedang tidur lalu merasa kagum dengan garis wajahnya yang cantik bagaimana bisa ia tetap cantik meski sedang tertidur. Hidungnya yang mancung tulang rahang yang terlihat jelas membentuk garis. Dan Wajahnya tanpak polos dan tanpa beban. Perlahan aku mulai menyentuh wajahnya pelan takut sentuhan ku akan membangunkannya. Ah sudah jam 7 pagi aku harus bangun. Bukan kah gadis harus bekerja sebentar lagi.
Aku sudah siap dengan sarapan ketika gadis terbangun karena suara smart phone nya. Ia tampak mengangkat telepon masuk dengan natural. Tampaknya urusan pekerjaan. Karena setelah mengangkat telephone ia langsung terduduk dan bicara serius. Taklama ia mematikan handphone nya dan bergegas mengambil pakaian nya yang sudah aku rapihkan di meja samping dipan ku.
"Morning" ujarku sambil membawakan nya segelas kopi hangat yang tak tersentuh olehnya. Gadis membalas dengan senyuman. Lalu menanyaiku ketak toilet. Bergegas menuju toiler dan tak lama kelur dengan dandanan yang lebih rapih. Ia lalu menghampiriku yang menunggunya di meja makan. Mengelus rambutku sambil berpamitan. Aku mencoba menahannya setidaknya untuk sekedar satu helai roti untuk sarapan. Namun ia bilang ia akan terlambat untuk itu. Ia pergi dengan terburu-buru Bahkan aku tak sempat meminta no barunya selama disini.
****
Gadis side
"You late honey " ruben menghampiri mejaku lalu Mengoncongkan satu cup coffee late, doping kesukaan ku.
Aku baru saja selesai meeting dengan client setelah berlarian mengejar waktu, akhirnya aku tiba di tempat meeting tadi pagi dengan sedikit terlambat. Ruben lalu memijat pundak ku yang tersandar lemah. Dua hari ini sangat melelahkan begitu banyak hal yang terjadi hanya dalam hitungan jam.
Aku memutar kursi ku hingga membuat aku dan ruben duduk berhadapan. Ruben mengelus rambutku membuat ku mengingat dosa semalam. Aku memeluk ruben erat rasa bersalah menggelayutti hatiku. Ruben menepuk pundak ku pelan mungkin ia pikir aku sangat kelelahan karena pekerjaan, dan aku tak ingin memjelaskan apa-apa hanya untuk melihatnya terluka.
Sebentar lagi jam pulang kantor akan tiba. Dan otakku masih berkecambuk dengan kejadian kemarin.
Kemarin , ya kemarin hari yang selalu aku hindari beberapa tahun belakangan akhirnya terjadi.
Tiba-tiba alya datang dalam hidupku lagi, dan aku. ntah mengapa tak bisa menahan hatiku untuk tak bahagia melihat nya lagi. Dia masih terlihat seperti dulu gadis modis yang terlihat lemah lembut dengan wajah kecilnya. Saat aku bilang akan datang menemuinya sepulang kantor sebenarnya aku tak memikirkan untuk benar-benar datang.
Aku bahkan berusaha menyibukan diri dengan pekerjaan di kantor. sengaja mengambil lembur sampai malam. namun ntah apa yang aku pikirkan ketika jam sudah menunjukan jam 9 malam lewat dan aku sudah berjalan pulang, langkah ku malah membawaku menuju apartment alya.
Aku berdiri lama didepan pintu itu memikirkan apa yang sedang aku lakukan. Namun jari ini bergerak tak mengikuti perintah otak . Alya yang membuka pintu langsung berhambur kedalam pelukanku.
2 tahun waktu yang cukup lama untuk melupakan banyak hal. Namun mengapa sangat sulit melupakanmu.
Ketika alya mengecup bibirku seketika aku membuang banyak hal. Melupakan banyak hal.
Ketika ia mundur karena merasa bersalah aku malah mendekatinya dan memulai semua dosa itu.
Aku menatap ruben lekat membuat rasa bersalahku semakin menjadi.