Chereads / Metylphenidate (Story of Nana) / Chapter 4 - Sistem Pencernaan

Chapter 4 - Sistem Pencernaan

Nana berjalan menuju ruang dapur, berharap ada sesuatu yang bisa membuat perutnya berhenti bergetar. Tampak nenek sedang berdiri didepan meja makan, "Selamat hari minggu cucuku. Mencari sesuatu?" Sapa nenek sambil tersenyum.

"Wah, selai kacang!..Nenek memang terbaik" Cuit Nana sambil mengangkat selembar roti tawar tepat disebelah mangkuk berisi selai yang baru saja disajikan nenek diatas meja.

"Lihatlah roti-roti tawar itu, mereka semua sangat demokratis. Karena begitu demokratis nya, mereka rela dikunyah oleh seorang gadis yang mulut nya masih dipenuhi pevotella." Ucap sang nenek.

Mendengar hal itu, Nana pun menaruh lagi roti hangat yang berada ditangannya.

"Iya maaf nek. Tampaknya tubuhku lebih memprioritaskan roti dan selai kacang itu dari pada satu bak air dingin dengan sebotol sabun." Jawab Nana sambil menunduk dan segera melangkah ke kamar mandi.

***

"Emmzz, nenek hebat bisa membuat selai kacang seenak ini. Kapan-kapan aku juga ingin belajar membuat selai kacang nek." Ungkap Nana.

"Kapan-kapan nenek akan mengajarimu. Tapi ada satu aturan yang perlu kamu ketahui." Balas sang nenek.

"Apa itu?" Tanya Nana.

"Jangan terlalu banyak memakan selai kacangnya ya sayang. Nenek lihat porsi mu sudah tidak wajar." Jawab nenek.

"Kenapa nek? Aku menyukai benda ini..."emmzzz"...lembut dan manis. Wajar saja jika roti-roti itu bersikap demokratis. Lagi pula siapa yang akan menolak untuk diolesi benda paling lezat sepanjang sejarah alam semesta?" Balas Nana sambil bercanda.

Mendengar candaan cucunya, nenek pun tersenyum manis, lalu tak lama ia menghela nafas dan berkata; "Baiklah, pelajaran anatomi sistem pencernaan dimulai." Ucap nenek membuat Nana terkejut.

"Hmmm?"

"Bisakah dihari lain nek? Aku ingin ke toilet." Ujar Nana dan segera melangkah dengan cepat.

Tampaknya apa yang dikhawatirkan oleh sang nenek benar terjadi. Hampir seharian Nana bolak-balik ke toilet kerena perutnya yang tidak bersahabat. Rupanya itu karena diakibatkan oleh benda yang ia nilai paling lezat sepanjang sejarah alam semesta.

***

Malam harinya Nana terbaring dikasur, merasakan lelah seperti ada yang telah menyiksanya.

"Selai kacang itu benar-benar lezat, tapi disisi lain ia juga menguras banyak energi. Seharian bolak-balik ke toilet dengan perut yang sama sekali tidak ku inginkan. Bagaimana bisa?" Pikirannya mulai meracau.

Lalu tiba-tiba nenek mengetuk pintu kamar.

"Boleh nenek masuk?" Tanya nenek.

"Iya nek" Jawab Nana.

Nenek pun masuk, lalu membuka jendela kamar dan membiarkan angin malam berhembus menyapa ruang kamar yang hening itu.

"Mencari jawaban? Tanya nenek sambil berdiri didekat jendela.

"Anatomi sistem pencernaan? Aku belum pernah belajar disekolah. Beritahu apa itu nek!" Jawab Nana penasaran.

"Baiklah, tapi nenek bingung harus mulai dari mana!?" Ucap nenek sambil menggosok dahi dengan ibu jarinya.

"Dimulai dari selai kacang" Balas Nana sambil tersenyum dan menirukan gerakan neneknya tadi.

"Hahaha.." Mereka berdua tertawa secara bersamaan.

"Baiklah, dengar!" Nenek mulai menjelaskan.

"Saat benda yang lembut dan manis itu pertama kali masuk kedalam mulut, kamu merasakan sensasi yang nikmat dan lezat. Itu karena lidah sebagai indera pengecap bekerja. Tanpa sadar kamu menjadi ketagihan dan membuat benda itu menumpuk dirongga mulut, tentunya bersama dengan sepotong roti yang demokratis tadi.

"Kamu mulai mengunyah, proses mekanik dan kimiawi terjadi. Gigi berperan penting membuat sepotong roti menjadi tidak bisa lagi dikenali. Sementara air liur membantu melembabkan, memecah makanan dan memudahkan mu untuk menelan. Semakin dikunyah semakin terasa manis selai kacangnya? Itu karena air liur mengandung enzim yang disebut amilase, memecah karbohidrat menjadi glukosa. Lalu benda yang kamu kunyah tadi berjalan masuk menuju esofagus." Terang nenek.

"Esofagus? Apa itu nek? Terdengar aneh." Potong Nana penasaran.

"Esofagus biasa disebut kerongkongan." Jawab nenek sambil menyentuh leher dengan telunjuknya.

"Lalu apa yang terjadi di esofagus nek? Nana semakin penasaran.

"Otot pada kerongkongan menciptakan gerakan peristaltik, mendorong makanan masuk menuju lambung." Jawab nenek sambil memperagakan telunjuknya bergerak dari leher ke bagian perut paling atas.

"Hanya itu saja fungsi esofagus?" Tanya Nana.

"Tidak sayang. Setelah makanan masuk menuju lambung, esofagus punya sebuah katup yang akan secara otomatis menutup. Ia mencegah agar makanan yang kamu telan tadi tidak kembali keluar meskipun kamu mengarahkan posisi kepala mu ke bawah tanah." Jawab sang nenek.

"Hmmm, lalu apa yang dilakukan oleh lambung nek? Nana bertanya lagi.

"Di lambung, roti selai kacang yang sudah cukup halus tadi kembali dicerna. Kali ini ia tidak sendiri, roti selai kacang tersebut akan bertemu dengan banyak teman, diantara asam dan enzim, serta air yang kamu minum setelah mengunyah merupakan salah satu teman terbaiknya. Mereka semua digililing, diremas dan dikocok oleh dinding lambung yang berlapis tebal dengan otot-otot yang ajaib.

"Lalu makanan pun pecah menjadi bagian-bagian kecil yang kemudian sedikit demi sedikit didorong oleh otot berbentuk cincin menuju usus halus."

"Di usus halus terjadi penyerapan sari-sari makanan. Kamu tahu? Setelah makanan meninggalkan usus halus, itu artinya sekitar 90% zat gizi yang ada pada makanan telah terserap dan akan diedarkan oleh darah menuju semua organ penting dalam tubuh. Namun selai kacang yang kamu konsumsi secara berlebih tadi mengandung banyak zat asam fitat yang mana ia bersifat menarik dan mengikat banyak mineral penting seperti kalsium, zat besi, seng, dan lain-lain. Asam fitat sulit untuk dipecah, dengan kemampuannya mengikat banyak mineral penting, tentunya itu merugikan tubuh karena usus halus tidak mampu menyerap zat-zat penting itu secara maksimal. Dimana ini akan membuat penceraan mu menjadi terganggu, sesuai prediksi, kamu bolak-balik ke toilet hamir seharian." Ujar nenek sambil mengambil nafas.

"Baiklah, aku mulai paham. Lalu bagaimana kejadian selanjutnya? Ujar Nana sambil kembali bertanya.

"Setelah melewati usus halus, tiba saatnya ampas makanan masuk ke usus besar. Disini terjadi pembuangan air dan elektrolit yang membuat ampas makanan menjadi limbah berbentuk padat. Jangan lupakan jasa bakteri yang hidup di usus besar, mereka juga membantu proses pemecahan limbah." Ujar nenek melanjutkan.

"Hah..? Bakteri membantu proses pencernaan? Nana terkejut.

"Betul sayang. Ada dua jenis bakteri hidup didalam usus kita. Yang pertama bakteri jahat, dan yang kedua bakteri baik. Keduanya sama-sama berperan penting dalam membantu proses pencernaan. Namun keseimbangannya harus terjaga. Jumlah bakteri baik harus setidaknya ada sekitar 85%, dan bakteri jahat tidak boleh lebih dari 15%. Apabila bakteri jahat lebih banyak dari presentase tersebut, maka besar kemungkinan tubuh akan mengalami gangguan pencernaan dan juga kesehatan." Terang nenek.

"Wah, ada berapa jumlah bakteri tersebut nek?" Tanya Nana begitu penasaran.

"Jumlahnya ada triliunan sayang, jauh lebih banyak dari pada jumlah manusia yang hidup di alam semesta ini." Jawab nenek sambil tersenyum.

"Menakjubkan" Ucap Nana terkejut kagum.

"Lalu bagaimana proses selanjutnya nek?" Nana kembali bertanya.

"Setelah ampas makanan menjadi limbah berbentuk padat, maka ia akan berjalan menuju rektum. Seperti sebuah tempat penampungan sementara, sebelum pada akhirnya ia akan berakhir keluar melalui anus." Ujar nenek mengakhiri proses panjang penjelasannya.

"Apa anatomi sistem pencernaan terdengar menjijikkan sayang?" Nenek pun bertanya.

"Bukan ilmu pengetahuan namanya jika ia tidak berterus terang." jawab Nana sambil tersenyum.

"Terima kasih nek, terima kasih juga pada Tuhan, dengan segala maha kuasa Nya ia menciptakan makhluk hidup dengan penuh keajaiban." Ucap Nana penuh rasa syukur.

***

Di umur tujuh tahun, Nana mulai menyadari bahwa di alam semesta ini ternyata ada sesuatu lain yang juga sangat menakjubkan. Tidak kalah menakjubkan dari miliaran bintang yang berkelip dengan jarak jutaan tahun cahaya. Juga tidak kalah menakjubkan dari ratusan kembang api yang meletup secara bersamaan dipuncak malam pesta perayaan natal dan tahun baru. Sesuatu yang sangat dekat dengan diri kita, yang terkadang tidak kita sadari dan kerap lupa untuk mensyukurinya.