Chereads / Metylphenidate (Story of Nana) / Chapter 10 - Benda Paling Menakjubkan

Chapter 10 - Benda Paling Menakjubkan

"Nana berangkat dulu ya nek." Ucap gadis cantik lengkap dengan seragam putih biru itu sambil mencium tangan neneknya.

"Hati-hati ya sayang." Ujar nenek sembari tersenyum dan mengelus-elus kepala Nana.

Nana mengayuh sepeda melintasi jalanan menuju sekolah. Jarak rumah dan sekolah barunya mungkin sekitar 40 menit jika ditempuh dengan berjalan kaki, yang artinya ia akan tiba di sekolah sekitar 15 menit dengan menggunakan sepeda. Namun hari itu adalah hari senin, para siswa-siswi dituntut untuk tiba di sekolah lebih awal. Nana yang tampak terburu-buru ternyata melupakan sesuatu.

"Topi! Duh bagaimana bisa aku lupa?" Ungkap Nana dalam hati sambil sibuk mengkorek isi tasnya.

Tidak ada kesempatan lagi untuk pulang, gadis itu sudah berada di parkiran sekolah. Sepuluh menit lagi upacara bendera akan segera di mulai. Seperti yang ia ketahui bahwa sekolah menerapkan aturan bahwa siapapun siswa-siswi yang tidak membawa seragam lengkap saat upacara bendera, maka akan dihukum bersih-bersih area sekolah dijam istirahat.

"Mencari sesuatu?" Terdengar suara siswa laki-laki menyapa.

"Beni?" Nana menoleh.

"Topi ku ketinggalan di rumah Ben. Aku tadi buru-buru, padahal sejak malam sudah ku siapkan didekat gantungan tas." Nana tampak panik.

"Mau pakai topi ku?" Beni menawarkan topi miliknya.

"Kamu punya dua topi?" Tanya Nana.

"Tidak, cuma satu." Jawab Beni.

"Lah terus kamu pakai topi mana?" Nana bertanya lagi.

"Tidak masalah, aku juga lupa membawa dasi Na. Memakai topi atau tidak, aku tetap akan dihukum bersih-bersih. Lebih baik kamu pakai topi punya ku, tidak ada salahnya kan? Jadi kamu aman." Ujar Beni dengan kalimat penenangnya.

"Tidak perlu Ben, kamu tetap pakai saja topi mu. Aku ikut bersih-bersih. Atau kamu saja pakai dasi ku ini, jadi kamu yang aman." Sebuah jawaban yang membuat Beni kaget.

"Hah? Kenapa Na? Apa topi ku bau? Ini baru dicuci ibu ku kemarin loh! Kalau begitu aku juga tidak mau pakai dasi milik mu." Ujar Beni sambil membolak balik topi miiiknya.

"Apa dasi ku juga terlihat bau?" Nana membalas.

"Hahaha...Mana mungkin aku tega mengambil keuntungan dari gadis kecil cantik yang sedang panik Na?" Ujar Beni sedikit menggoda.

"Hahahaha" Nana pun ikut tertawa. Raut wajah yang tadinya cemas berubah seketika.

"Nenek bilang, aku harus jadi wanita yang mengerti tanggung jawab Ben. Jika aku melakukan kesalahan, aku siap menerima resiko dan berani untuk menyelesaikan masalah. Bukan menjadi orang yang mengambil jalan pintas dan mencari aman." Jelas Nana sambil tersenyum ke arah siswa laki-laki itu.

"Baiklah, si keras kepala ini tertarik untuk bersih-bersih di jam istirahat rupanya."

Upacara bendera pun dimulai. Tampak Nana, Beni dan belasan siswa-siswa lain yang melanggar aturan pun berdiri dalam barisan upacara yang berbeda dengan para siswa-siswi berseragam lengkap. Nana yang tidak membawa topi pun terlihat menyipitkan matanya disepanjang upacara bendera berjalan.

(Kringgggg....Kringgggg.)

Bel istirahat sekolah berbunyi. Beni dan Nana pun bergegas menuju ruang bimbingan konseling, menemui guru penasihat kesiswaan untuk diberi tugas bersih-bersih sebagai hukuman mereka. Setiap siswa diberikan hukuman membersihkan ruang atau area yang berbeda. Ada yang disuruh membersihkan ruang laboratorium, perpustakaan, gudang alat-alat olahraga, gedung aula hingga halaman sekolah. Kebetulan Beni dan Nana ditempatkan di area yang sama, ruang laboratorium.

Sesampainya diruang laboratorium, mereka berdua mulai membagi tugas.

"Mengepel lantai atau membersihkan jendela?" Tanya Beni memberikan pilihan kepada Nana.

"Mengepel lantai kerjaan wanita, biar aku saja." Jawab Nana tersenyum sembari melangkah mengambil alat pel.

"Baiklah, membersihkan jendela dan kaca terdengar menarik." Balas Beni mengangguk pertanda setuju.

Mereka berdua pun mulai melakukan tugasnya masing-masing, bekerja sama membersihkan ruang laboratorium. Mereka berdua tahu kalau jam istirahat sekolah hanya 30 menit yang artinya mereka harus selesai saat bel berbunyi dan kembali ke ruang bimbingan konseling untuk memberi laporan bahwa hukuman sudah dikerjakan.

Setelah beberapa belas menit fokus pada tugas masing-masing, tiba-tiba Beni memanggil.

"Na?"

"Kenapa?" Jawab Nana.

"Hari itu aku bertanya tentang keluarga mu, kamu diam saja. Apa aku menyinggung sesuatu?" Ujar Beni sambil membersihkan kaca jendela.

"Owh, enggak kok Ben." Jawab Nana yang juga sembari mengepel lantai.

"Lalu kenapa kamu diam saja?" Lanjut Beni bertanya.

"Sebenarnya, ibu meninggal saat melahirkan ku, sementara ayah pergi sejak aku masih dalam kandungan. Sejak kecil aku tinggal bersama nenek." Jawab Nana mulai terbuka.

Beni pun terkejut dan sejenak menghentikan gerakannya menggosok kaca yang berdebu itu. Lalu beberapa detik kemudian dia lanjut menggosok lagi.

"Maaf ya, Na." Ucap Beni dengan nada lirih serta perasaan bersalah karena telah melempar pertanyaan yang mungkin telah menyinggung seorang gadis yatim piatu pendiam di kelasnya.

"Maaf kenapa Ben? Enggak masalah kok, memang seharusnya aku yang terbuka dan terima dengan keadaan. Bukan selalu lari dan menyembunyikan sesuatu. Justru aku merasa beruntung masih punya nenek, bibi dan paman yang begitu tulus merawatku." Ujar Nana membuat Beni sedikit lega.

"Wah, bukannya ini patung jaringan sistem saraf Ben?" Tiba-tiba Nana terkagum melihat sebuah patung dimeja tepat didepan ia sedang berdiri. Beni pun menoleh dan mengiyakan.

"Betul, kenapa Na?" Tanya Beni.

"Enggak, aku jadi teringat tentang gerak reflek yang kamu jelaskan waktu itu."

"Selain berpusat ke sumsum tulang belakang, ternyata jaringan saraf juga banyak yang berpusat ke otak yah?" Nana mulai penasaran dengan patung itu.

"Owh, iya Na. Otak adalah bos yang mengatur hampir seluruh kerja saraf kita. Kecuali gerak reflek yang sempat kita bahas waktu itu." Jawab Beni yang tinggal sedikit lagi selesai dengan tugasnya membersihkan kaca jendela.

"Bos?" Nana mengerutkan dahinya.

"Betul! Selain digunakan untuk berfikir dan mengenang masa lalu, otak juga dapat mengatur gerakan, perilaku, tekanan darah, bahkan detak jantung mu saat jatuh cinta Na." Ujar Beni sambil sedikit bercanda.

"Mengatur detak jantung?" Bagaimana bisa? Bukankah jantung berdetak dengan sendirinya Ben?" Seperti biasa, Nana semakin penasaran dengan sesuatu yang belum pernah ia tahu.

"Bisa Na, otak bertanggung jawab atas fungsi emosi. Misalnya saat kamu merasa takut di ruang yang gelap, otak akan merespon emosi takutmu lalu membuat jantung berdetak lebih kencang dan was-was."

"Kalau aku ditanya benda apa yang paling menakjubkan di alam semesta ini, maka aku akan menjawab otak manusia Na." Ujar Beni yang ternyata telah selesai dengan tugasnya dan melangkah mendekati patung dekat dengan Nana berdiri.

"Wah, kenapa Ben? Bukankah ada triliunan benda diluar angkasa? Seperti miliaran bintang dan planet dengan segala sisi uniknya? Jutaan spesies flora dan fauna yang teramat indah, serta ribuan kata-kata indah yang manusia tulis disecarik kertas? Kenapa kamu pilih otak manusia?" Nana semakin penasaran.

"Terkadang kita memang mudah dibuat kagum oleh hal-hal yang tampak luar biasa yang terlihat oleh indera kita Na. Namun sering dari kita tidak sadar kalau ternyata di dalam diri kita sendiri juga ada hal yang jauh lebih menakjubkan dari apa yang kita lihat."

"Otak adalah satu-satunya organ makhluk hidup yang punya sel saraf bahkan jauh lebih banyak dari pada jumlah bintang di galaksi bima sakti. Hingga saat ini, ibu ku bilang kalau para ilmuwan belum sepenuhnya mengungkap misteri dibalik otak kita." Beni mulai menjelaskan.

"Hmmmm...Lalu apa yang terjadi dengan banyaknya sel saraf tersebut Ben?" Nana mulai bingung.

"Seperti yang kukakatan tadi Na. Ratusan miliar sel saraf tersebut berfungsi sebagai inti kecerdasan kita. Mengatur segala hal, mengingat dan mempelajari benda apa saja yang kita lihat, suara apa saja yang kita dengar, tekstur yang kita raba, bau yang kita cium, hingga rasa dari masakan nenek mu mungkin." Lanjut Beni menjelaskan.

"Lalu sebatas apa otak bisa mengingat Ben?" Nana mulai sedikit paham.

"Sangat luas batasannya Na. Otak layaknya kotak penyimpanan ajaib yang mampu menyimpan lebih dari 4 triliun bit informasi. Asal kamu tahu, di dalam otak juga terdapat pembuluh darah yang jika dirunutkan panjangnya bisa mencapai hampir setengah dari jarak antara bumi dengan bulan. Itulah sebabnya total oksigen yang kita hirup itu, 20 persen larinya ke otak. Otak butuh energi yang cukup untuk ia dapat bekerja secara normal, ia mengkonsumsi lebih dari 25 persen kalori di tubuh kita." Jawab Beni dengan semangat menjelaskan apa yang pernah diajarkan oleh ibunya.

"Wah, ternyata ada benda kecil yang sangat luar biasa di kepala kita Ben." Ujar Nana terkagum.

"Betul sekali. Terlepas dari itu semua, hal yang paling menarik dari otak adalah ia satu-satunya organ tubuh yang mencoba menjelaskan dirinya sendiri." Lanjut Beni bercanda.

"Hahaha...Benar juga." Sahut Nana sambil tertawa.

(Kringgggg...Kringggg)

Suara bel pertanda jam istirahat telah selesai, kebetulan Nana juga telah selesai dengan tugasnya mengepel lantai. Mereka berdua pun bergegas meninggalkan ruang laboratorium itu dan kembali ke ruang bimbingan konseling untuk menyampaikan laporan bahwa hukuman mereka telah dikerjakan.