Chapter 3 - Teratai

Langit yang tadinya tampak cerah seketika berubah menjadi gelap, nampaknya hari ini hujan tidak lagi sabar untuk menyapa tanah. Tampak seorang gadis cantik yang sedang asik bermain di kebun belakang rumah. Iya, itu adalah Nana, kebun yang sedang ia jelajahi adalah milik paman Sam. Ada banyak sekali tumbuhan di kebun itu, tak luput juga hewan-hewan liar kecil mulai dari jenis serangga hingga burung dan pengerat. Terdapat juga sebuah kolam yang cukup luas, menambah suasana begitu asri dan tak heran jika Nana begitu betah untuk berlama-lama bermain di sana.

"Wah, bau yang menenangkan." Ucap Nana dengan kagum saat ia mendapati rintikan gerimis mulai berjatuhan.

Nana sedang berdiri dipinggir kolam belakang rumah paman Sam, dilihatnya setangkai bunga teratai baru saja mekar mungkin beberapa jam sebelumnya. Dengan menadahkan tangan di atas kepalanya, Nana mencoba melongok ke bunga itu.

"Mengapa bunga yang indah ini harus hidup ditengah kolam dan begitu sulit untuk dijangkau?" Tanya Nana dalam hati.

Mulai muncul pertanyaan-pertanyaan dalam benaknya mengenai bunga itu.

"Siapa yang diuntungkan dengan adanya eksistensi bunga ini di kolam?" , "Jika bunga ini tidak ada, apakah ekosistem kolam tetap terjaga dan baik-baik saja?". "Lalu dimana ikan-ikan? Aku tidak melihatnya hari ini." Nana terus meracau dan bertanya dalam hati.

Tiba-tiba paman Sam datang dan membawakan payung untuknya, Nampaknya paman telah mencarinya hampir setengah jam dan khawatir akan keberadaannya.

"Nana sayang, hujan akan semakin deras, kamu masuk ke rumah ya!" Ucap paman Sam kepada keponakan kesayangannya.

Nana mengangguk pertanda setuju. Lalu ia meraih payung hijau dan segera melangkah.

Namun baru beberapa langkah mereka berjalan hendak menuju pintu belakang rumah, tiba-tiba gerimis berhenti dan langit kembali cerah. Sontak Nana pun mengentikan langkahnya, lalu ia memalingkan wajah ke arah bunga yang tadi ia lihat.

"Paman tahu nama bunga itu?" Tanya Nana kepada paman Sam sambil menunjuk ke arah tengah kolam.

"Ada apa sayang? Kamu tertarik dengan bunga itu?" Paman bertanya balik.

"Ehm" Nana mengangguk-anggukkan kepala,

"Apa yang membuat mu tertarik dengan bunga itu sayang?" Tanya paman.

"Misterius paman, ia berbeda dengan bunga-bunga yang lain." Jawab Nana.

"Baiklah, biar paman beri tahu.

"Itu adalah bunga Teratai Putih sayang, atau dalam bahasa latinnya Nhymphae alba. Ia termasuk dalam keluarga Nymphaeaceae. Apa yang membuatmu tertarik dengan bunga itu? Tanya paman sekali lagi mengulang pertanyaan nya.

"Terapung! Bagaimana bisa tumbuhan itu mengapung di atas air kolam paman?" Tanya Nana.

"Sebenarnya teratai itu tidak mengapung sayang, meski ia memiliki daun yang bulat dan lebar terlihat seperti mengapung, tapi ia punya batang yang terhubung langsung dengan akar hingga ke dasar kolam. Tumbuhan itu tumbuh dari dasar kolam menuju permukaaan, ketika sampai dipermukaan, ia berhenti tumbuh dan mulai mengepakkan daunnya yang lebar tersebut, kehidupan sesungguhnya dimulai.  Satu lagi, daun tumbuhan itu tidak punya lapisan lilin, sehingga gerimis yang jatuh tadi dipermukaan nya tidak membentuk butiran air. Sangat mengesankan bukan? Jawab paman Sam.

"Aku suka dengan warna bunganya yang putih terang itu, tapi bagaimana bisa ada bunga berwarna putih terang sementara air di kolam ini begitu keruh paman?" Nana kembali bertanya.

"Pertanyaan yang bagus gadis kecil." Puji paman Sam pada ponakan kesayangannya.

"Warna putih melambangkan kesucian, orang-orang banyak menyukainya. Meski kolam ini terlihat keruh dan kotor, bukan berarti warna bunga itu juga akan pucat mengikuti lingkungan. Justru semakin keruh dan kotor air kolam selama itu sifatnya organik, maka semakin banyak unsur hara yang terkandung di tanahnya, unsur hara penting sebagai penunjang kehidupan tumbuhan tersebut.

"Pada jaman dahulu, bunga teratai dianggap sebagai sebuah simbol yang teramat suci. Simbol yang sering dimaknai sebagai ketidakterikatan. Ketidakterikatan yang dimaksud adalah antara dunia dan akhirat. Tak heran jika dalam beberapa ajaran teologi menjadikan bunga teratai selalu ada dalam sesembahan mereka. Misalnya dalam ajaran hindu kita bisa melihat sang Wishnu yang duduk diatas bunga teratai raksasa. Di Mesir kuno, bunga teratai dianggap sebagai simbol persatuan. Lalu dalam ajaran Budha, bunga teratai putih dianggap sebagai sebuah simbol kemurnian hati.

"Kelak saat kamu tumbuh dewasa, jadilah seperti bunga teratai ya sayang. Tetaplah menjadi terang meski kamu berada dilingkungan se gelap apapun. Tetap tumbuh dan hidup meski berada dalam keadaan sesulit apapun. Jangan buat dirimu ikut menjadi buruk hanya karena lingkungan mu yang buruk. Dalam prinsip hidup bunga teratai, lingkungan tidak mengubahnya, tapi ia lah yang mampu mengubah lingkungan yang tampak buruk menjadi lebih indah." Terang paman sambil jongkok dan memegang pipi keponakannya.

Nana pun tersenyum mendengar penjelasan dari pamannya. Lalu ia bertanya lagi;

"Jika bunga itu mampu menjadi indah di lingkungan yang buruk, lalu siapa yang diuntungkan dengan adanya bunga itu paman?"

"Seluruh isi lingkungan itu sendiri sayang." Jawab paman.

"Lihatlah ekosistem di kolam ini, ada seekor katak yang melompat-lompat dari daun teratai satu ke teratai lainnya. Senang rasanya melihat seekor katak mencari nafkah dengan penuh semangat. Selain itu, daun teratai yang berwarna hijau juga mengandung banyak oksigen hasil dari fotosintesis. Dimana daun itu terdapat serat yang terhubung ke rongga batang dan kemudian menuju akar didasar lumpur. Kolam ini dibuatnya tidak pernah kekurangan oksigen, membuat nyaman hidup para ikan-ikan disekitar." Lanjut paman menjelaskan.

"Oh iya, ada satu hal lagi yang kamu harus tau dari bunga teratai ini sayang."

"Apa itu paman?" Tanya Nana penasaran.

"Apa yang hidup tapi ia mati, dan apa yang mati tapi ia hidup?" Tanya paman sambil tersenyum.

"Hmmmm...aku tidak tahu paman." Jawab Nana dengan sedikit bingung.

"Bunga teratai sayang." Jawab paman.

"Maksudnya?" Tanya Nana samakin bingung.

"Lihatlah bunga teratai itu, hidupnya begitu singkat. Tapi ada siklus yang unik pada dirinya. Bunga teratai yang bijinya matang akan segera menjatuhkan dirinya kedasar kolam, membuatnya mati. Namun saat biji menyentuh dasar kolam, maka ia kembali hidup sebagai teratai baru.

"Didunia ini tidak ada yang bisa lepas dari ikatan hidup dan mati, namun bunga teratai mengajarkan kita bahwa meski hidup itu begitu singkat, tetap gunakan hidup untuk kebaikan, karena meski kita mati kelak akan tumbuh kebaikan baru. Begitu pun seterusnya."

Nana tertegun mendengar perkataan pamannya, ia tersenyum dan berkata; "Aku ingin menjadi seperti bunga teratai dengan segala keindahan dan kebaikannya."

Paman tersenyum mendengar ucapan ponakannya yang sudah ia anggap sebagai anak sendiri. Hingga saat ini, paman Sam memang masih belum dikaruniai seorang anak, itulah mengapa ia sangat begitu menyayangi dan memanjakan Nana.

"Nana sayang, matahari akan segera terbenam. Ayo masuk ke rumah dan segera mandi. Bibi sekarang lagi dijalan pulang dari kantor. Sebentar lagi ia juga akan segera tiba, tadi bibi mu bilang dia akan bawa martabak kacang dan semangkuk eskrim." Ucap paman sambil tersenyum.

"Hmm" Nana menganggukkan kepala dan kembali melanjutkan langkahnya.