"Kento!
Tolong panggilkan Sando di Ruangannya!".-Titah Sun.
"Baik!".
Setelah melihat Sampoana sedikit tenang, Sun pun memulai percakapannya.
"Apa sebenarnya yang terjadi?".
"Terkait tentang kerjasama dengan BAKA.
Ternyata Ratojeng telah membatalkannya!
Aku yakin itulah alasanya hingga Babon menginvasi Wilayah milik kita!".-Terang Sampoana.
"Begitu ya?
Apa sikap Kakak Saat ini?".
Tergesa-gesa melangkah. Saat melewati pintu Ruangan, Sando pun memotong percakapan mereka.
"Sampoana. Ada apa?
Apa yang sudah terjadi?".
"Hmm, Tenangkan dirimu!
Sekarang duduklah!".-Sahut Sun dengan Tandas
Sando pun duduk di sebuah kursi tepat di hadapan Sun.
"Saat ini BAKA telah mengivasi wilayah TODONJA!".-Terang Sun.
"Hah? Apa yang terjadi?".
"Ratojeng telah membatalkan kerjasamanya.
Mungkin karena itulah alasannya sampai Babon melakukannya!".-Tambah Sampoana.
"Hmm. Seperti itu ya!
Sun. Apa rencanamu?".
"Saat ini bendera TOHEBA telah dikibarkan!
Puluhan penduduk telah menjadi korban. Berdasarkan informasi, Babon datang dengan cara membabi buta!".
"Ini tak boleh dibiarkan!
Kita akan menjadi bagian perang!
Sun, bagaimana pendapatmu?".-Tandas Sando seraya berdiri.
"Baiklah!
Segera kirim Tim medis dan Tim Evakuasi!
Dan kalian bersiaplah!".-Titah Sun.
***
-Kerjaan TASISARO-
"Baiklah!
Gonto, Sipakan Tim Medis yang kita punya, Kemudian pergilah. Kau Pimpin mereka!".-Titah Panglima Fudin.
"Baik!".
***
-Kerajaan NUNUMBUKU-
-Di Istana-
Dari kejauhan Sabo telah melihat Sosok Janggo yang sedang melangkah kearahnya.
"Janggo!
Ada apa?".
"Kerajaan BAKA menyerang TAIPA MADIKA!
Menurut informasi dari pasukan penjaga perbatasan Wilayah kita, Saat ini puluhan penduduk menjadi korban!".-Terang Janggo.
"Siapkan Tenaga Medis yang kita punya dan Kirim mereka Segera!".-Titah Sabo.
"Baik!".
***
-Markas KUNEON-
"Lapor!
Saat ini Kerajaan BAKA menduduki Wilayah TODONJA!
Ratusan penduduk saat ini sedang membutuhkan pertolongan!".-Terang Gado.
Meradang, Pawata pun seketika bangkit.
"Pergilah!
Kumpul semua Anggota!".-Titahnya.
"Baik!".
***
-Kerajaan VONGGI-
Di balkon istana.
Duduk sembari menulis sepucuk Surat. Saat ini Wajah Dwi Murti terlihat sedang berseri-seri.
"Ternyata kau disini!".
"Hmm. Sabarlah sedikit!
Aku sedang berpikir memilih kata yang Pas!".-Sahutnya seraya menautkan kedua tangan di kepala.
"Hmm. Sesungguhnya Aku datang membawa kabar untuk mu!
Perang antara BAKA dan TAIPA MADIKA telah bergejolak!
BAKA telah menduduki Wilayah TODONJA secara membabi buta.
Saat ini Ratusan Masyarakat sedang terluka dan membutuhkan Evakuasi!".-Terang Kolo.
"Biadab!"
Dwi Murti pun menggurutu secarik Kertas itu, kemudian Melangkah.
"Siapkan Semua tenaga medis yang kita punya dan kirim Mereka segara!
Aku akan mengirim beberapa pesan peringatan kepada Semua kerjaan yang tersisa!".
***
Di tepi sungai, meraup Air membasuh wajah.
Regita pun duduk di sebuah batu perkasa tepat di sisi kanan Ribusah.
Menatap sekitar kemudian berkata.
"Sepertinya Kita telah memasuki Wilayah Kerajaan TANTERE!
Berhati-hatilah!
Mereka punya Hubungan yang buruk dengan kita!".
"Ya. Aku sudah dengar cerita itu!".
Ribusah pun melangkah, kemudian duduk disebuah batu tepat di hadapan Regita.
"Hmm. Alasanya karena perang di masa silam ya?".-Seru Ribusah.
"Ya. Benar!
Sejak dahulu mereka sangat membenci kita!
Aku pun tak tahu pasti apa alasannya!
Begitupun saat perang Di wilayah Semenajung Silam. Diam-diam mereka menyerang dan beraliansi dengan TASISARO!".
"Alasan Kebencian ya!
Sama seperti Dwi murti!
Aku benar-benar tak menyangka ia melakukan semua ini pada kita!
Apa kau tahu alasannya sehingga ia sangat membenci Aku dan Ribuyah?".
"Aku tahu pasti!
Mungkin akibat perang silam yang menewaskan Paman dan Kakaknya.
Dwi murti menganggap kamatian mereka disebabkan karena Kecerobahan ayahmu sebagai Panglima saat itu!
Mungkin itulah alasanya sehingga ia sengat membenci kalian!".
"Begitu ya?".
"Ya. Padahal jika Dwi murti sedikit membuka Cakrawala pikirannya, pasti semua ini takkan terjadi!".-Tambahnya.
Ribusah pun bangkit kemudian menautkan kedua tangannya di dada.
"Hidup benar-benar membingungkan!
Semua orang saling membunuh dengan alasan kebencian!
Seakan kebencian lah yang menjadi pengendali pada setiap diri manusia.
Aku benar-benar tahu perasaan itu!
Hmm. Cakrawala pikiran ya!
Semakin ku pahami, Cinta dan Kebencian bak Dua sisi Uang Koin. Dalam kondisi tetentu manusia akan melakukan itu, Namun aku tak setuju jika perbuatan itu dibenarkan dengan alasan itu!".
"Ya. Semua itu adalah sebuah pilihan, Bukan?
Semua itu di tentukan Hati dan pikiran!
Terkadang kita harus melihat secara Objektif.
Semua sudah terjadi!
mungki, menerima kenyataan dan berdamai dengan semua adalah pilihan yang tepat!".
"Hmm. semua tak se sumir itu!".
"Ribuaah, Hidup tak se Hitam Putih itu!
Jika kita sedikit membuka cakrawala pikiran, kita akan semakin mengerti. Begitu banyak warna-warna yang terlewatkan!".
"Hmm. Entahlah!
Mungkin saja Dwi murti sama seperti pemimpin TANTERE yang kau sebut itu!".-Ujar Ribusah Seraya tertawa.
***
-Kerajaan TANTERE-
Duduk di Takhta seraya menikmati Lagu Wawandero.
"Loba!
Ada sebuah surat untukmu!".
Seketika Loba Bangkit dari takhtanya seraya berkata.
"Dwi Murti!
Apa kah kau pikir ia bisa mengatur ku?
Kita lihat saja nanti!".-
Loba Pun Merobek-robek secarik kertas itu.
***
-Markas BLACK TENDE-
-Laboratorium-
Seketika Tiga pintu dari Stainles Stell Pun terbuka.
"TA-GA-RA!
Lihatlah!
"Tiga Mesin Pembunuh!".-Tandas Sando dengan bangga.
Sampoana terkejut kemudian menatap seksama Ketiga Sosok yang tengah berbaris itu.
"Hmm. Aku tak menyangka selama ini kalian berdua diam-diam melakukannya tanpa sepengetahuanku!".
Lanjut Sampoana.
"Apakah kalian pikir hanya kalian yang bisa melakukannya?".
Sando dan Sun pun seketika tercengang melihat kehadiran Momi dan Pande Membawa Dua Kloning buatan Sampoana.
"Kalian?".-Ucap Sando yang masih terpukau itu.
Sandon pun melangkah seraya menatap Dua Kloning itu Secara Seksama.
"Hmmm. Aku tak menyangka kau juga melakukannnya!
Apakah mereka kau buat dari Sel milik Pande dan Momi?".
"Hmm.
Kau salah!
Mereka berdua ku ciptakan Dari Dua sel yang telah ku kombinasikan!".
"Dua sel yang kau kombinasikan?".-Sahut Sando.
"Ya!
Sel miliku dan Sel milik Ratojeng!
Mereka sangat berbeda dari Kloning ciptaanmu!
Selain bisa mengobati, mereka juga tangguh dalam bertarung!".
"Hmmm. Kau benar-benar telah melampauhiku!
Kau benar-benar hebat!".
"Semua itu ku pelajari dari buku Milik Ayah!".
"Sudah ku duga!
Baiklah. Aku mengadalkanmu!".
"Serahkan saja Padaku!".-Sahut Sampoana Seraya menautkan tangan di Dada.
"Baiklah!
Sekarang kalian bersiaplah!".-Titah Sun Seraya melangkah ke Ruang Anggota.
-Ruang Anggota-
Memakai Jubah Hitam, Berdiri seraya menungguh perintah.
"Kenalkan mereka adalah "TA-GA-RA".
"Tiga Mesin Pembunuh!".-Tandas Sando
Semua anggota pun Terpukau.
"Hmm. Baiklah.
Semua dengarkankan aku baik-baik!
Kita akan membagi pasukan menjadi Tiga Tim!
Tim 1 akan dipimpin Oleh Paksi!
Tugas Kalian adalah Menjaga para penyusup dari Kelompok KALIKIT di titik yang telah ditentukan.
Aku yakin saat ini mereka sedang bersiap dan menyusun Rencana.
Halangi mereka, jangan biarkan masuk ke medan pertempuran!".
"Baik!".
Lanjut Sun berkata.
"Tim 2 akan dipimpin Oleh Kento!
Tugas kalian adalah membersihkan para Penyusup yang berhasil masuk ke medan pertarungan.
Aku yakin Gora sudah menyusun rencananya dengan baik.
Gora pasti akan memanfaatkan Peperangan ini untuk mencuri Sel-sel yang ada.
Bunuh dan jangan biarkan mereka mengambilnya.
Dan kalian yang tersisa akan dipimpin oleh Bibi Sampoana!".
"Baik!".
"Aku, Sando dan TA-GA-RA akan bertarung di garis Depan!
Apa kalian mengerti?".
"Ya! Kami mengerti!".
"Bobo, pergilah temui Pawata!
Sampaikan padanya bahwa kami akan menunggu nya di medan Perang!".-Titah Sun.
"Siap!".
***
-Kerajaan BUNTO-
-Istana Kerajaan-
Dari kejauhan Danker melihat Raut wajah Man yang tengah melangkah.
Senyum pun Merekah.
"Hmm. Sepertinya ia sedang membawa Surat balasan Dari Dwi Murti".
Sambut Pangeran Iki yang berdiri tersenyum. Tatapanya tak lepas dari secarik kertas yang ada di tangan Man.
"Akhirnya!".-Batinnya kemudian melebarkan Senyumannya.
"Surat untukmu!".-Ucap Man Seraya menyodorkan Secarik Kertas pada Danker.
"Surat balasan Dari Dwi Murti ya?".-
"Ya!".
Danker pun membuka tali ikatan yang melingkari Secarik kertas itu.
Berdiri seraya berkata.
"Man! Segera kau Siapkan Satu Tim medis. Kumpul mereka di lapangan!".-Titah Danker.
"Ayah! Ada apa?".
"Saat ini Perang terjadi Antara BAKA dan TAIPA MADIKA!
Iki. Lamarannya kita tunda Dulu!".
"Baik!".
***
-Markas KALIKIT-
-Laboratorium-
Duduk Menatap Layar Monitor.
Angka Statistik yang telah berubah membuat Senyumanya Merekah.
Kando pun menekan Tombol "ON" Pada Sebuah Control Panel yang berada tepat di Sisi Kanannya. Seketika Tiga dari Pintu Steanles Stell Yang berderet disisi kirinya pun terbuka serentak.
"Ngggeeeeet"-Dengung Suara pintu Steanles Stell.
"Jangan Kecewakan Aku!".-Ujarnya Seraya bangkit.
Kando pun melangkah mendekati Tiga Sosok lelaki yang tanpa busana itu seraya membawa kotak perlengkapan Medisnya.
Suntikan di lengan pada tiga sosok lelaki itulah menjadi penyebab mereka seketika membuka Mata.
"Hmmm".
Kando pun tersenyum kemudian merapal Sebuah Mantra "TUVU".
Seketika Nafas mereka berderu serentak.
-Ruangan Gora-
Berdiri mengenakan Perlengkapan. Seketika Gora tertegun melihat kehadiran Kando dan Tiga Sosok yang memakai Jubah berdiri tepat di depan Pintu Ruangan.
"Hmm. Apakah kau Sudah Siap Gora?".
"Ya!".
Gora Pun tersenyum seraya melangkah kearah Kando.
Senyumannya melebar sembari menatap seksama wajah ketiga lelaki itu.
Gora benar-benar di buat Takjub melihat Hasil Eksperimen Kando yang baginya terlihat sangat Sempurna itu.
"TA-TO-LU".
Tiga Mesin Pembunuh Ku!
Bagaimana apakah semua Tim Sudah kau kirim?".
"Ya!".
"Bagus!
Gora. Apakah kau sudah siap?".-Tandas Kando.
"Ya!".