Keluarga Mahesa, keluarga terkaya no 2 di Asia pasific. Kini telah berduka akibat kematian nyonya besar mereka Lauria Lorent seorang perempuan Perancis. Istri dari Yuda Mahesa pemimpin dari keluarga Mahesa.
Wanita cantik itu meninggalkan seorang Suami dan dua anak yang berusia 10 tahun dan berusia 3 hari. Wanita cantik ini meninggal akibat melahirkan putra bungsu mereka yang diberi nama Angga Mahesa yang memiliki arti Tubuh sang Agung bila digabungkan.
Dan anak sulung dengan nama Agres Mahesa yang berasal dari bahasa perancis artinya penjaga. Dan bila nama itu digabungkan maka akan menjadi Penjaga yang Agung.
Saat ibunya mengandung dia berpesan pada Agres untuk menjaga adiknya karena untuk tujuan itulah dia beri nama "Agres".
Agres yang masih muda sangat berduka atas kematian ibunya. Dia terus menangis sambil menggendong adik kecilnya saat ibunya di makamkan. Sedangkan ayahnya menangis dengan penuh histeris.
"Lauria!!! Jangan tinggalkan aku, bawa aku bersamamu!" tangis pria itu memasuki makam istrinya yang akan di tutupi oleh tanah.
"Kubur kami berdua, cepat!!" pinta pria itu memaksa.
Berbondong-bondong para tamu dan jiga pelayan berusaha menarik pria itu dari makam istrinya itu.
Melihat ayahnya yang hilang kewarasannya Agres pun berhenti menangis dan melirik ke arah adiknnya.
"Angga, selamat datang di dunia Ayah kita menjadi gila, dan ibu kita tewas namun, apapun yang akan dikatakan oleh Ayah kita yang gila itu padamu jangan didengarkan. Karena itu bukan salahmu..." ucapnya pada adik bayinya itu.
Berbulan-bulan berlalu sejak meninggalnya Lauria Lorent. Yuda Mahesa masih tidak mau menatap wajah anak bungsunya itu.
Pria itu mabuk-mabukkan setiap hari hinnga dia sering bertengkar dengan putra sulungnya yang masih anak-anak itu.
"Papa!! Mama bilang alkohol diciptakan tidak untuk mabuk-mabukkan seperti itu. Berhentilah minum alkohol..." pekik anak kecil itu.
"Oh.... hoho! Anak kecil manis ini sudah berani menasehati papanya," ucap pria itu menatap anaknya dengan sinis.
Bukannya takut, Agres justru membalas tatapan ayahnya itu dengan lebih tajam. Mereka berdua saling aduh tatap satu sama lain sampai akhirnya pria itu menyerah.
"Kau beruntung karena memiliki mata ibumu anak kecil!!" pekik pria itu setengah sadar.
"Mata, hidung, warna kulit dan bibirnya semuanya kecuali jenis kelaminnya. Kenapa kau tidak jadi anak perempuan saja..." ucap pria itu sembarangan.
"Aku tidak mau, itu dosa!" teriak anak kecil itu marah.
"Berhentilah melawanku, anak manis atau aku akan memakaikanmu wig dan gaun agar kau menjadi seorang perempuan..." ancam pria itu mencengkram dagu anaknya.
"Aku akan menyusul mama bersama Angga jika papa lakukan itu padaku!" bantah anak kecil itu mengancam ayahnya.
"Kau! AAaaa... hahah.. hah...." teriak pria itu.
"Kau jahat sekali!!" bentak pria itu.
"Papa lebih jahat!!" balas anak kecil itu membentak.
"Kau dasar kau..." Pria itu pingsan akibat mabuk. Para pelayan pun membawa pria tua itu ke ke kamarnya.
Agres melihat ayahnya dari kejauhan, dan dia sangat membenci sikap ayahnya yang sangat tidak waras dan gila itu.
Agres terus memikirkan ayahnya di balkon rumahnya sambil melihat-lihat ke arah langit.
" Agres, mengapa kamu tidak tidur?" sapa seseorang yang terkejut melihat Agres yang belum teridur dimana pada jam ini normalnya, anak seusianya sudah tertidur pulas.
"Ah tante Linda, sudah kuduga lagi-lagi tante yang mengantar papa pulang. Suami tante tidak marah..." ucap anak kecil itu pernasaran.
Linda Agatha, Asisten pribadi dari Yuda Mahesa. dan Istri dari Mensye Wijaya rekan dari Yuda Mahesa.
Saat bisnis keluarga dari Linda Wijaya bangkrut keluarga Mahesa menwarkan bantuan yang tidak sedikit pada keluarga Linda. Bahkan, Linda menerima pekerjaan sebagai Asisten dari Yuda Mahesa.
Dan lewat pekerjaan itulah dia bertemu dengan suaminya lalu mereka pun menikah beberapa tahun setelah pacaran. Dan dengan alasan yang tidak diketahui kedua sejoli itu belum memilili anak.
"Ya, suamiku bilang cemburu pada pria atau laki-laki setengah adalah penurunan dari kualitas karakter. Jadi... dia tidak cemburu, lagi pula anak kecil seperti kamu siapa yang mengajari caranya cemburu...." ujar wanita itu.
"Ya itu benar, jadi bisa kau mengadopsi adikku.." pinta anak kecil itu.
"Wow! Papamu akan menjadi gila jika aku melakukan hal itu..." tolak Linda
"Tidak, papa bahkan tidak pernah melihat wajahnya dia tidak sayang pada adikku..." ucap Agres dengan wajag sedih.
"Tidak dia melihatnya, setiap habis sadar dari mabuknya itu. Pria gila itu masuk kekamar kalian dan melihat wajah adikmu.." ungkap Linda.
"Benarkah! Darimana tante tahu?" tanya Agres tidak percaya.
"Ya pernah suatu hari, pria gila itu memnitaku mengantarnya pulang dalam keadaan waras. Tapi tidak sepenuhnya. Dan sepajang perjalanan pria itu terus mengunyah permen karet. Sesampainya dirumah dia langsung menuju kamar kalian berdua, saat itu kamu sedang tidur. Jadi kamu tidak tahu ayahmu masuk ke kamar kalian berdua dan memperhatikan wajah adikmu..." cerita Linda.
"Benarkah, apa papa mengatakan sesuatu?" tanya Agres pernasaran.
"Tidak, dia hanya menggendong adikmu sebentar lalu pergi. Dan dia mengusirku pulang. Jangan berharap lebih dari pria sinting itu ya, setidaknya dia sayang pada adikmu meskipun cuman sedikit..." hibur Linda.
"Ya... mengecewakan sekali" ujar Agres.
"Sabarlah, dia itu memperjuangkan ibumu dengan waktu yang tidak singkat, wajar jika dia sinting begitu saat ibu meninggal. nanti juga pulih..." hibur Linda pada anak teman atasannya itu.
"Kapan? Aku benci menunggu," ucap Agres.
"Hah! Astaga kau benar-benar mirip dengan ibumu.
"Semirip itukah?" tanya Agres.
"Ya, perbedaannya kau adalah lelaki.." jawab Linda.
"Hm... terserah!" elak Agres pasrah lalu pergi meninggalkan balkom dan masuk ke kamarnya.
5 tahun berlalu kini agres sudah menjadi seorang remaja tampan yang di taksir banyak wanita.
"Hai Agres!!" sapa para gadis di sekolahnya.
"Pagi ," jawab Agres singkat.
"Ih pelit ngomong banget sih..." goda gadis-gadis itu.
Agres hanya mengabaikan perempuan itu karena yang penting baginya sekarang adalah adiknya Angga dan belajar.
"Aku pulang!" teriak Agres melempar tasnya.
"Agres kalau dirumah jangan teriak-teriak berisik mama, mau tidur," ucap seorang wanita dengan rollnya menempel dirambutnya dan menyebut dirinya sebagai ibu dari Agres.
Dia adalah Chatila Wijaya seorang wanita yang di bawah ayahnya 2 tahun lalu kerumah ini sebagai istri dari ayahnya.
Saat itu Agres sangat murka, dan membentak-bentak ayahnya. Namun, ayah nya hanya mengabaikannya. Sedanglan Chatila tidak berani mendekati Agres sedikit pun.
Namun, dia sering memarahi Angga saat Agres tidak di rumah. Dan Agres sangat marah pada ayahnya karena dia tidak menegur istri barunya itu. Dengan alasan dia memarahi adiknya itu karena dia melakukan kesalahan.
Namun, tetap saja dengan usia Angga yang masih 3 tahun Agres tidak terima adiknya dimarahi seperti itu oleh perempuan yang baginya adalah orang asing.
"Diamlah tante berdempul tebal, ini di rumah beraninya kau memakai anting ibuku berikan sini!!" bentak Agres kesal dan mencabut paksa anting itu dari telinga ibu tirinya.
"Agres, aku ini mamamu.." ucap wanita itu meringis kesakitan.
"Jangan membuatku mengganti ibuku, kau bisa menipu adikku karena dia tidak tahu siapa ibunya tapi, tidak denganku. Aku tahu siapa ibuku satu-satunya Lauria Lorent!" tegas Agres lalu meninggalkan wanita itu.
Agres memasuki kamarnya dan melihat adik kecilnya yang bersembunyi di sebuah dalam selimut. Dia sudah tebak adik kecilnya pasti berada disana. Karena dia selalu mengatakan jika dirinya tidak suka kakaknya dan wanita yang dianggap ibunya itu bertengkar.
"Wahai anak manis kakak pulang..." sapa Agres lembut memeluk membuka selimut tempat adik kecilnya itu bersembunyi.
"Gak mau," ucap anak kecil manis itu menutup kembali selimutnya.
"Angga, kenapa kakak bikin kamu marah lagi ya?" tanya Agres lembut pada adik kecilnya yang manis.
"Kakak nakal berantem sama mama lagi..." jawab anak kecil itu merajuk.
"Begitu ya, kakak enggak berantem cuman negosiasi besar-besaran..." jawab Agres berusaha membela dirinya.
"Gak! kakak bohong dede benci kakak," rajuk Adiknya tidak percaya.
"Jangan gitu dong kakak nangis nih..." rayu Agres.
"Biarin wle," tolak Angga mejulurkan lidah ke kakaknya.
"Ih Angga mah jahat huhu.. huhu... kakak jadi sedih huhu... huhu... hiks.." rayu Agres pura-pura menangis.
Melihat kakaknya menangis Adik kecilnya itu pun menjadi tidak tega. Dan menghampiri kakaknya dan mengelus lembut pipi kakanya itu.
"Cup.. cup jangan nangis ya, dede sayang sama kakak kok," hibur anak kecil itu.
Akhirnya mereka pun saling berpelukan.
Bagaimanakah awal kakak dan adik ini akan berpisah?
Serta Agres yang akan kehilangan salah satu kakinya?
Hanya di Tira dan Angga....