Sejak Tira dan Angga terakhir kali pergi ke rumah kosong itu. Dua orang ini, sudah tidak saling bertemu lagi. Karena jadwal Angga yang sangat penuh, sedangkan Tira mulai fokus untuk belajar sendiri. Meskipun dia tidak benar-benar belajar.
Sejak 3 minggu sesudah kejadian itu, dia selalu berada di rumah kosong itu. Setiap hari Tira menunggu kedatangan hantu itu namun,sejak 3 minggu dia tidak muncul kembali.
"Dimana Hantu itu, sudah 3 minggu tidak terlihat keberadaannya.." guman Tira mengacak-acak rambut hitamnya yang panjang dan lebat di ranjangnya yang empuk.
Mata coklat terang gadis kecil itu membulat dia sangat fokus akan hal yang sedang di telitinya. Selama 3 minggu ini dia bertanya siapa yang dulu tinggal di rumah itu. Dan tak satu pun orang yang mengetahuinya.
"13 tahun yang lalu pemilik rumah itu pindah, dan mereka semua rata-rata penghuni baru yang membeli rumah ini sekitar 5 sampai 10 tahun yang lalu...." guman Tira dalam pikirannya.
Tira membentangkan tubuhnya di ranjang dan berpikir. Dia tidak tahu harus mencari tahu informasi darimana lagi. Dan sangat tidak mungkin baginya untuk bertanya pada kedua orang tuanya. Karena rencana Tira bisa kacau, dan gagal.
"Siapa lagi orang yang tinggal di kompleks rumah ini lebih dari 13 tahun selain, mama, papa dan Om Angga ya..." Tira berpikir keras.
"Tunggu keluarga Mahesa! Mereka penghuni tertua di komplek ini, mereka pasti tahu siapa pemilik rumah itu. tapi, om Angga tidak akan baik-baik saja kalau aku bertemu keluarganya... dan itu menimbulkan masalah baru...." pikir Tira cerdas.
"Hm... pikir Tira, pasti ada jalan. Tunggu! Hm, yup itu dia," Tira terbangun dari ranjangnya. Gadis kecil itu mengambil buku dan bolpoin jiga sebuah tas dan ransel.
"Ya aku siap, Hantu aku akan mencari tahu identitasmu sebelum Aku lulus SMP hahaha!" Tira tertawa dalam hati dan pergi meninggalkan rumah.
Sedangkan Angga di sisi lain...
"Pak Angga bisa tolong kerjakan ini.."
"Ya aku bisa.."
"Setelah ini lakukan yang lain ya!"
"Baik segera!"
"Tolong fotokopi ini!"
"Sa...ya tenaga pabrik pak,"
"Kami kekuarangan tenaga jadi tolong ya..."
"Baik!"
Angga sangatlah sibuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh atasanya. Bahkan saat di kampus pun dia mengalami hal yang serupa.
Sudah 3 Minggu Angga terus di sibukkan oleh perkejaan-pekerjaan yang seharusnya tidak dilakukan olehnya. Namun, tetap dia lakukan karena Angga sangat baik hati dan tidak tegaan.
"Argh! punggungku," keluh Angga.
"Pak Angga!" sesorang memukul punggung Angga sambil menyapanya.
"Auch... shis..," Angga mengeluh kesakitan.
"Maaf pak, saya gak tahu..." kata orang itu.
"Ya, tidak apa-apa... Dean Miko," sapa Angga yang terkejut dapat bertemu dengan sepupu dari gadis kecilnya itu.
"Hm... apa kabar pak," sapa remaja itu.
"Baik," jawab Angga lembut.
"Bapak sedang sakit? Wajah bapak pucat sekali..." tanya remaja itu cemas.
"Saya baik," jawab Angga singkat lalu pergi melanjutkan pekerjaannya.
Angga melanjutkan pekerjaannya di pabrik, kali ini dia benar-benar melakukan hal yang sesuai dengan bidangnya.
"Hai kondruktor, long time no see..." ucap pemuda itu senang.
Saat sedang memeriksa kondruktor, mendadak perut Angga terasa sangat nyeri, hingga pemuda itu tidak bisa menahannya.
Tubuhnya terjatuh, dan menghantam alat perkakas disampingnya. Matanya mulai berkunang-kunang. Seluruh pandangannya berputar.
Angga bisa mendengar suara hentakan kaki dan suara yang memanggil namanya dari para rekan kerjannya.
"Pak Angga,"
"Panggil Ambulan! Tubuhnya dingin sekali,"
"Cepat panggil Ambulan..."
"...."
"..."
".."
Pendengaran Angga mulai berkurang dan dirinya pun kehilangan kesadaran.
Di sisi lain Tira sedang mengumpulkan data-data yang dia dapatkan dari komplek sebelah. Namun, sayangnya sudah 5 Jam iya berjalan. Dan tidak ada satu pun informasi yang di dapatkannya.
Gadis kecil itu pun membuka tas ransel yang dibawanya. Dia mengeluarkan makanan dan air mineral yang sudah dirinya bawa dari rumah. Tira berkelana dengan sepedanya dan ini sudah komplek ke 3 yang dirinya putari hari ini.
"Baiklah karena hari esok selalu ada aku akan mencarinya Hari esok..." guman Tira sambil menghabiskan makanannya.
Saat dirinya sedang asyik makan ponselnya berbunyi. Tira pun segera mengambil ponsel lipatnya dan mengangkat telepon tersebut.
"Holla Tira di sini!" jawabnya santai.
"Halo apakah ini dengan Tawaku yang manis?"
"Ya, namaku Tawa," jawab Tira asal, gadis kecil itu sudah berfirasat jika dia di hubungi dengan ponsel milik Angga. sehingga dia bisa mengatakan apa saja yang di tanya oleh orang Asing itu.
"Hm... begini saya ingin melaporkan bahwa saudara Angga pinsan saat di tempat kerja dan sekarang beliau dengan dirawat di rumah sakit Cipta Kusuma..." ucap orang itu lewat telepon.
"Baik saya segera kesana," jawab Tira tenang.
Gadis kecil itu pun mematikan ponselnya. Dia segera bangik dari duduknya, memasukan bekalnya ke tas dan langsung menuju ke rumah Angga.
Sesampainya di sana gadis kecil itu menggedor-gedor pintu Rumah itu. Dan Bu Linda lah yang menyambut Tira.
"Wahai nenek Tua, aku ingin memberi tahu jika om Angga masuk ke rumah sakit! Bisa antar aku..." pinta Tira memaksa.
"Apa!!" Wanita tua itu panik.
"Ya, tadi aku dihubungi oleh pihak rumah sakit...." jawab Tira tenang.
"Donny ambil kunci mobil!! putraku masuk rumah sakit, kita harus melihatnya.." perintah wanita tua itu pada pelayannya.
"Baik Nyonya.." jawab pelayan itu.
Mereka bertiga pun segara berangkat ke rumah sakit. Sepanjang jalan tidak ada satu pun dari mereka yang saling bicara.
Perjalanan terasa sepi hanya di kelilingi oleh musik dari radio mobil yang terus berputar.
Bu Linda terlihat sangat panik sedangkan Tira justru terlihat sangat tenang dan kalem. Bu Linda yang melihat kelakuan anak kecil itu pun menjadi sangat pernasaran dan bertanya.
"Mengapa kamu sangat tenang, kamu tida kawatir pada Om kesayangan mu itu?" tanya Bu Linda pada Tira.
"Kepanikan ku tidak akan membuatnya bangun jadi aku harus tenang," jawab Tira lembut.
"Benarkah! Bagaimana bisa kamu berpikir begitu? Kamu hanya anak kecil," tanga Bu. Linda tidak percaya.
"Aku punya alasannya, dan untuk hal itu harus aku pertahankan. Usiaku memang muda namun, bukan berarti aku gegabah. aku boleh kecil tapi, aku memiliki pemikiran dan pengetahuan akan sebuah Fakta...." jawab Tira tenang dan tegas.
Mendengar pernyataan Tira, Bu Linda pun merasa bingung dan tidak percaya dengan apa yang di saksikannya. Seorang gadis mungil bertindak seolah-olah dia adalah orang dewasa.
Dia bersikap anggun dan tenang, wajahnya tidak memperlihatkan rasa panik dan cemas. Rasa takut atau pun perasaan gelisah lainnnya.
"Fakta apa?" tanya Bu Linda singkat.
"Kelemahan dan Kekuatan," jawab Tira singkat dan tenang.
"Maksudnya...." tanya Bu Linda bingung.
Merpati kecil terbang menjauh, Merpati dewasa tumbang karena lelahnya dia dalam bekerja.
Sang merpati kecil bersikap tenang, bahkan, diam seperti tubuh yang hilang jiwa. Menutupi kesedihan dengan terbang semakin jauh.
Hanya di Tira dan Angga