Chereads / Tira dan Angga / Chapter 28 - Kelamahan dan Kekuatan III

Chapter 28 - Kelamahan dan Kekuatan III

"Pak Angga,"

"Panggil Ambulan! Tubuhnya dingin sekali,"

"Cepat panggil Ambulan..."

"...."

"..."

".."

Suara orang-orang mulai tidak terdengar lagi. Tubuh pria muda itu serasa jatuh ke jurang tanpa dasar. Namun, di saat yang sama tiba-tiba pria itu melihat cahaya yang berusaha menangkap tubuhnya.

Dan tubuhnya pun tertangkap oleh cahaya tersebut. Cahaya tersebut sangat terang hingga menyilaukan matanya.

Angga mulai mendengar suara samar-samar, dengan hentakan kaki dan alat-alat yang terbuat dari logam yang berjatuhan menimbulkan bunyi tersendiri dan sangat nyari.

Cahaya itu mulai memudar sedikit, demi sedikit dan betapa terkejutnya dia saat melihat tempat dimana dia membuka mata.

Dirinya melihat seorang sosok seorang pria dengan jas putih, yang terlihat senang saat melihat dirinya.

"Akhirnya Anda siuman juga, pak Angga keluarga Anda menunggu di luar..." ucap pria tersebut.

"Keluarga?" tanya pemuda itu lemas.

"Ya," jawab pria berjas putih tersebut.

"Pria berjas putih, keluarga yang menunggu..." ucap Angga dalam pikirannya

"..."

"..."

".."

"Astaga!! Aku berada di rumah sakit," batinya dan langsung mengankat tubuhnya.

"Pak, Anda masih belum pulih benar..." Pria berjas tersebut menenangkan Angga.

"Dokter!! Anda dokter kan?" tanya Angga memastikan.

"Iya pak," jawab dokter tersebut lembut.

"Darimana keluarku tahu aku disini. Siapa yanh anda hubungi. jangan bilang nomor dengan nama Tawaku yang manis?" tanya Angga.

"Ha... hanya ada nama itu dalam kontak Anda pak," jawab dokter tersebut bingung, melihat rekasi Angga yang diluar dugaan.

"Baik dokter, tolong katakan pada gadis kecil yang manis itu, aku hanya sakit asam lambung saja. Sisahnya baik-baik saja..." pinta Angga pada dokter tersebut.

"Mengapa saya harus mengatakannya demikian pak, sakit bapak ini cukup serius!! keluarga Anda harus tahu..." tolak dokter tersebut.

"Ya, orang dengan nama kontak tawaku yang manis itu sudah tahu, dan jika dia sampai tahu jika penyakitku ini kambuh. Dia pasti akan sangat marah dan khawatir...." terang Angga.

"Namun, tetap saja saya tidak bisa..."

"Dokter orang itu adalah Kekuatanku dan kelemahanku. Jika dia bahagia aku alan baik-baik saja. Namun, Jika dia sedih hal itulah yang akan menjadi kelemahanku...." sela Angga.

"Bantu Aku dokter," pinta Angga dengan mata memelasnya.

"Baiklah Tuan saya akan Membantu Anda..." jawab dokter tersebut.

"Terima kasih dokter..." ucap pemuda itu tersenyum.

Dokter itu pun mengangguk kecil dan kemudian dia meninggalkan ruangan untuk menemui keluarga pemuda itu.

Angga terdiam sejenak, mengingat semua kesibukkan yang dia jalani selama 3 minggu ini.

Mulai dari tugas praktek, membuat makala, dan bos yang selalu menyuruhnya untuk lembur. Semuanya Angga kerjakan sendirian tanpa dibantu yang lain.

Bahkan, kalau dia ingat-ingat lagi dia sering menggantikan temannya yang punya keluarga untuk lembut. Karena dirinya tidak tega melihat seorang ayah lembut di tempat kerja sedangkan keluarga menunggu dirumah.

Bagi seorang yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang keluarga semasa kecil. Melihat keluarga yang bahagia menjadi suatu hal yang membuatnya merasa senang.

Itulah sebabnya mengapa dia selalu ingin menggantikan para temannya yang sudah berkeluarga untuk lembur. Tanpa mengambil jatah lembit tersebut dan di berikan kepada temannya.

Angga berpikir bahwa yang dia lakukan adalah baik. Dan dengan akibat yang Angga dapatkan ini. Dia merasa bahwa hal tersebut bukanlah masalah selama dia bisa menolong orang.

"Brak!!" terdengar suara bantingan pintu yang sangat keras. Dengan seorang gadis kecel dan wajah marahnya yang memerah, terlihat di balik pintu itu.

"Bapak, Angga Mahesa yang terhormat. Berani-beraninya kau sakit om-om jejaka yang bodoh!!" bentak gadis kecil itu.

"A... haha.. Tira jangan khawatir ini hanya asam lambung saja. sekarang bahkan sudah..."

"Jangan bohong denganku, aku tahu penyakit om itu kumatkan...." sela gadis kecil itu mengerutkan dahinya.

"A... apa, tida...k..." jawab pemuda itu lembut.

"Dokter itu bodoh dalam hal berbohong... kebohongannya kurang sempurna," ketus gadis kecil itu kesal.

"A.. jadi aku ketahuan," ucap pemuda itu tersenyum.

"Menurut Anda..." ketus gadis kecil itu.

"Maaf ya Tira," ucap pemuda itu tersenyum manis.

Gadis kecil itu pun menundukkan kepalanya sekejap. Lalu dia mengangkat kepalanya dan

dan menatap pemuda itu dengan tatapan matanya yang tajam.

"Aku khawatir tahu!" ketus gadis kecil itu memalingkan wajahnya.

"Maafkan aku Tira, membuatmu khawatir" ucap pemuda itu menepuk lembut kepala gadis kecil kesayangannya itu.

Tira memalingkan wajahnya dari Angga, sebenarnya gadis itu sangatlah khwatir. Terutama bila diingatnya saat pertama kali dia tahu Angga mengidap penyakit ini.

Pemuda itu tergeletak dan meringkuk kesakitan di hadapannya.

Flash back..

"Ah! Om kenapa?" ucap gadis kecil itu panik saat melihat sosok Angga tergelak tak berdaya. saat gadis itu memasuki rumahnya.

"Tolong... a.. aku seperti mau mati, tolong aku..." Angga sangat tidak berdaya suara sangat pelan dan lemah.

"Ku panggil ambulance bertahanlah sebentar...." kata Tira panik segera mengambil ponselnya.

"Tira jangan, jangan..." dengan tangannya yang gemetar pemuda itu menahan ponsel gadis kecil itu.

"Apa maksudnya jangan, Anda ak...."

"Tolonglah, aku takut...." sela Angga.

"Tapi anda akan mati, jika tidak di tangani oleh dokter...." tolak gadis kecil itu berusaha menarik ponselnya dari gengaman tangan Angga yang cukup kuat.

"Om, Anda sudah berjanji padaku untuk tidak bunuh diri lagi.... dengan menolak di panggil dokter. itu berarti Anda ingin membunuh diri Anda sendiri! Percayalah padaku, berikan ponselnya aku harus menghubungi Ambulance...." pinta Tira panik.

"Jika aku berada di sana..., aku akan sendirian, kesepian dan a.... ah.... ha..." Angga mulai melemah, dirinya sudah tidak kuat untuk bicara lagi dan terus menahan perutnya yang sakit.

"Perut bagian sebelah kanan, ya.... tunggu disini. bertahanlah berjanjilah padaku kau akan bertahan..." ucap gadis kecil itu dan berlari keluar dari rumah pemuda itu ke rumahnya.

"Papa..."

"Papa...."

"Ada apa sayang," sahut pria paru baya itu.

"Tidak ada waktu pak bawalah peralatan dokter papa dan ikuti aku," balas Tira tergesa-gesa.

Untunglah pria paru baya itu memahami bahasa tubuh Tira . Dan dengan cepat dia membawa semua peralatan dokternya. Bahkan, dia juga membawa infus dan obat bius.

Tira langsung menarik Ayahnya menuju rumah Angga. Dan betapa terkejutnya pria paru baya itu saat melihat keadaan Angga yang hampir sekarat itu.

"Tira, mengapa kamu tidak memanggil Ambulance..." ucap pria paru baya itu, sambil memeriksa pemuda yang ada di hadapannya itu.

"Periksalah tangannya dia tidak kuat bicara tapi, tangannya untuk kuat menahan ponselku...." jawab Tira yang kesal dengan pertanyaan ayahnya itu.

Pria paru baya itu mengabaikan jawaban putrinya dan segara melakukan tindakan pada tubuh pemuda itu.

Untunglah dia selalu membawa peralatan dokternya bersama sehingga dia bisa dengan mudah untuk menangani orang yang sakit di sekitar dirumahnya.

Tira memperhatikan bagaimana ayahnya menangani Angga dengan sangat cekatan dan teliti, pria paru baya itu memberi obat peredah rasa sakit pada pemuda itu. Dan membaringkan pemuda itu di kamarnya.

"Hah... papa sudah mengambil sample darahnya, besok papa akan check apa benar seperti yang papa perkirakan atau tidak!" terang pria paru baya itu menunjukkan sample darah itu pada putrinya.

"Singkirkan itu, menjijikan! Tapi... kira-kira Om Angga itu sakit apa?" tanya gadis kecil itu khawatir.

"Menurut analisa papa, dia mengidap chorn's disease atau radang usus besar. Ya cirinya banyak dan dia memiliki hampir semuanya. Jafi papa harus tes darahnya untuk tahu apakah benar atau tidak analisa papa...." jawab pria paru baya itu.

Tira hanya bisa terdiam mendnegar jawaban ayahnya. Dia tidak mengerti mengapa bisa orang seperti Angga mengalami hal seperti itu.

"Hm... Tira untuk sementara kamu awasi dia ya, pastikan dia makan tepat waktu. Dan bukan hanya sekerdar makan tapi harus bergizi. Dan juga jangan sampai dia kelelahan jagala dia baik-baik kalau kamu tidak mau melihat dia seperti itu lagi...." pesan pria paru baya itu

"Baik," jawab gadis kecil itu.

Flash back end....

"Tira, tira.... Atira!" panggil Angga.

"Ah... apa!" jawab gadis kecil itu terkejut.

"Kamu kenapa?" tanya pemuda itu bingung.

"Aku sedang kesal padamu Om Angga," jawab gadis kecil itu ketus. dia tidak ingin memperlihatkan betapa khawatirnya dia pada kondisi Angga sekarang.

"Aku baik-baik saja, jangan Khawatir..." ucap pemuda itu menatap Tira.

"Aku tidak secemas itu" elak gadis kecil itu.

"Aku baik-baik saja karena kekuatanku sudah ada disini...." ucap Angga tersenyum.

"Thank's Tira..." ucap pemuda itu tersenyum.

Gadis kecilnya memalingkan wajahnya yang merah. Dirinya sungguh tidak mengerti apa yang di alaminya. Namun, dia merasa jika emosinya meluap-luap dan seluruh tubuhnys bagaikan terangkat ke langit.

"Ehem... hm... sama-sama," jawab gadis kecil itu malu-malu.

Merpati kecil mulai mengikuti hal yang dilakukan oleh merpati dewasa hingga dia terbawa oleh arus angin dan mulai ingin terbang bersama.

Namun, merpati kecil belum bisa untuk terbang. Dan karena merpati dewasa mulai menaruh kasih pada merpati kecil itu. Ia pun menunggu hingga merpati kecil itu menjadi merpati betina yang cantik.

Akar dari benih mulai merambat sedikit lagi akan tumbuh menjadi tunas. Dan tunas akan menjadi batang lalu batang itu akan tumbuh menjadi Pohon yang besar.

Apakah tunas itu akan tumbuh?

Hanya di Tira dan Angga....