Walau Angga tidak menyadarinya, air mata mengalir dari matanya dan membasahi pipinya itu. Air mata itu terus menetes dan memandangi wajah Tira tanpa bicara.
Tira yang melihatnya pun terkejut, melihat wajah Om kesayangannya itu. memerah dan meneteskan air mata.
Tira bangkit dari tempat duduknya, berjalan dan memeluk Angga dengan sangat erat.
"Aku adalah bintang kecil dan Om Angga adalah bulan. Walau Om tidak sadar bahkan, tidak bisa melihatku satu hal yang harus Om tahu. Aku akan selalu ada... seperti bintang kecil yang selalu menemani bulan..." ucapnya sambil memeluk Angga dengan erat.
Mendengar ucapan gadis kecil nya itu dia mengingat sesorang yang pernah mengatakan itu. kata-kata itu mulai teriang di pikiranna bagaikan kata yang sedang berjalan.
"Aku adalah bintang kecil dan kamu adalah bulan.."
"Walau kamu tidak sadar bahkan, tidak bisa melihatku satu hal yang harus kamu tahu..."
" Aku akan selalu ada...
"Seperti bintang kecil yang selalu menemani bulan..."
"Amora! kata-kata itu persis yang katakan dia padaku..." batin Angga.
"Tira, kamu dengar kata-kata itu darimana?" tanya pemuda itu pada gadis kecilnya itu.
"Semesta!" jawab Tira singkat sambil tersenyum lebar.
Pupil mata pemuda itu membesar dia tidak percaya dengan apa yang didengarnya. 11 tahun lalu seorang gadis kecil juga mengatakan hal yang sama padanya saat dia masih seusia Angga.
flash back...
"Dasar sok romantis, belajar dari mana kau Amora.."
"Semesta!" jawab gadis cantik itu tersenyum manis.
flash back end...
Senyum manis itu sama persis yang berasa di bibir gadis kecilnya ini. Angga menatapi wajah Tira dengan sangat amat sedetail mungkin.
"Tira kamu sangat mengingatku dengannya. Aku semakin ingin bertemu dengannya. Tapi dia mengatakan untuk tidak mencarinya. Tira! Apa yang harus kulakukan, apakah aku harus menyerah Tira..." Angga berkata kata dalam pikirannya, pemuda bertubuh tinggi dan kurus ini tidak berani mengatakan sepata kata pun pada Tira.
"Huh..." Angga menghelas nafasnya.
Melihat ekspresi sedih Angga gadis kecil itu pun pernasaran dan bertanya.
"Om kenapa?" tanya gadis kecil itu kikuk.
"Aku ragu Tira..., apakah aku akan menemukan Amora..." ucap Angga sendu, pada gadis kecil itu.
"Tidak mencoba dan berpikiran hal yang buruk bukanlah jawaban, kita harus bertindak! Dan jika hasil tidak berpihak pada kita... itulah adalah takdir. Dan kita harus menerimanya.. karena tidak ada takdir yang buruk. keburukan hanyalah hiasan untuk jalan takdir kita yang indah..." ucap gadis kecil itu pada Angga.
"Berapa sih usia mu, kamu sering kali lebih dewasa dan tegar dariku. Hingga terkadang aku malu pada diriku sendiri..." ucap Angga pada gadis kecil itu.
"Usia bukanlah tanda bahwa kita dewasa, usia hanya bukti sudah berapa lama kita hidup. Karena terkadang orang dengan usia yang lebih muda bahkan punya pengalaman yang lebih..." balas gadis kecil itu.
"Tira..." Angga tersenyum kecil mendengar jawaban gadis kecilnya itu.
"Om Angga, by the way... today is Friday right?" tanya Tira pada Om kesayanganya itu.
"Yeah... ah right I'm promise to you, we will go to empty house this day, right!!" jawab Angga pada gadis kecilnya itu.
"Masih ingin kesana?" tanya Angga.
"Tentu saja, sehabis aku makan ikan bakar ini..." jawab Tira riang.
"Hm... Om Angga enggal lelah atau capek gitu?" tanya Tira lembut.
"Pantang bagi keluarga Mahesa untuk tidak menepati janji yang dibuatnya. Janji harus di tepati!" jawab Angga penuh semangat.
"Hahaha asyik..." seru Tira gembira.
Mereka berdua segera menghabiskan ikan mereka dan merapikan sampah di tempat mereka memncancing. Lalu, mereka berdua menuju ke rumah kosong itu
Mereka berdua pun menyiapakan semua alat yang mereka butuhkan untuk menebang bagian-bagian layu dari pohon tua itu.
"Om! Om yakin mau motong bagian pohon tua ini.." Tira menanyakan kepada Angga dengan ragu. Masalahnya bukan karena gadis kecil ini takut.
Masalah adalah gadis kecil itu melihat bahkan, Angga tidak bisa menyalahkan mesin gergaji kayunya.
"Ya tentu, kita harus memancing hantunya. Lagipula pohon ini harus dirawat agar tidak mati. Pohon itu jika batang layu tidak cepat di potong nanti sedikit, demi sedikit bisa menjalar ke batang yang lain dan pohon malang ini akan mati...." jawab Angga yang masih berusaha untuk menghidupkan mesin pemotong kayu tersebut.
"Maksudku, kau bahkan tidak bisa menyalakan mesin itu. Bagaimana kau bisa memotong batanh pohon tersebut..." ungkap Tira tidak mempercayai Angga.
"Apa kamu tidak lihat aku berusaha..." balas pemuda itu.
Tira pun hanya bisa terdiam, melihat kelakuan temannya itu. Dia memperhatikan sekelilingnya dan tida melihat satu pun hantu yang singgah di rumah kosong ini.
Tira menyelusuri sekeliling rumah itu, dan dia tidak menemukan satu pun hantu di tempat ini. Tira mulai mencurigai sesuatu namun, dia tidak bisa menemukan solusi dari hal ini. Atau apa kebenaran tentang rumah ini.
Di dalam pencariannya Tira mendengar suara memanggilnya. Dia pun berlari menuju suara itu dan terkejut dengan apa yang di lihatnya.
"Kau muncul lagi, lagi dan lagi... saat aku mengambil bola. Lalu suara jelekmu datang ke mimpiku dan memberitahuku jika Om Angga ada di rumah mu..." umpat Tira menyapa hantu perempuan kecil itu.
"Kau tahu aku harus berbohon pada karena mu. Habis dari mana temanku mencarimu pendek..." lanjut Tira santai pada hantu itu. Seakan-akan sesosok hantu sudah tidak memiliki harga diri lagi di matanya.
"Jangan memanggilku begitu, dan satu hal Angga tidak boleh melihatku..." balas hantu perempuan itu.
"Kenapa aku harus menurutimu?" tanya Tira yang sama sekali tidak takut dengan keberadaan hantu itu.
"Aku akan! mengutukmu.." jawab Hantu itu dengan nada yang menyeramkan.
"Do it babe!" sahut Tira semangat.
"Aku akan menghantui keluargamu!!!" jawab hantu itu.
"Ya, datanglah orang tuaku senang dengan hantu mereka pasti akan senang saat melihatmu..." ucap Tira penuh semangat.
"Aku akan mengikutimu kemana pun dan mengacaukan siklus pertemananmu, kerena aku akan terus menganggumu..." seru hantu itu.
"Lakukan kerena gangguanmu adalah permainan untukku..." sahut Tira tersenyum angkuh.
Mendengar jawaban Tira yang tak kenal takut pun membuat sang Hantu menunduk, menunjukkan wajah sedihnya dan berkata.
"Tira... Angga tidak boleh melihatku, karena dia akan hancur, aku adalah hal yang paling menakutkan baginya.. tolong Tira bantu aku..." pinta Hantu itu.
Mendengar pernyataan Hantu itu Tira menjadi luluh. Dan mengabulkan permintaan Hantu perempuan kecil tersebut.
"Baiklah... kau membosankan persis dengan om Angga," ucap Tira.
"Terima Kasih..." Hantu kecil itu pun tersenyum dan mengeluarkan cahaya yang sangat menyilaukan hingga membuat Tira tidak bisa melihat.
"Tira!!" Tira mendengar suara seorang pria memanggilnya.
Tira membuka matanya dan melihat wajah Angga uang sangat khawatir dan cemas.
"Tira, kamu baik-baik saja, sudah tidak apa-apa atau bagaimana?" Angga terus bertanya dengan nada panik. Dirinya sangat khawatir jika gadis kecil yang dia sayangi itu dalam bahaya.
"Aku baik, pohonya sudah kau tebang?" tanya Tira pada Angga.
"Sudah!" jawab Angga singkat.
"Kamu kenapa?" tanya Angga khawatir.
"Aku bertemu Hantu sialan yang kau cari-cari itu..." jawab Tira.
"Benarkah!" Angga terkejut.
"Yeah! dia tidak ingin... dia suka kau menebang pohonya. Dan boleh aku menanyakan sesuatu.. apakah Om punya hubungan dengan pemilik rumah ini..." tanya Tira pernasaran.
"Aku tidak ingat, ada apa? Apa itu menggangumu..." jawab Angga bingung.
"Lupakan saja... Ayo kita pulang!" ajak Tira berusaha mengalihkan pembicaraan mereka.
"Baik," turut Angga.
Mereka berdua pun keluar dari rumah itu dan kembali ke rumah mereka masing-masing.
Tira melihat kearah rumah kosong dengan teleskop rumah itu. Dan merasa bahwa rumah itu mengingatkan dia pada sesuatu.
Sedangkan Angga, sudah terobsesi pada rumah kosong itu. Dia tahu Tira tahu sesuatu tentang rumah itu.
Apakah yang terjadi?
Siapakah pemilik rumah itu?
Mengapa dia taku bertemu dengan Angga?
Hanya di Tira dan Angga...