Sejak kejadian penculikan yang dialami Tira. Angga Mahesa tidak pernah sedikit pun, memalingkan wajahnya dari gadis kecil itu.
Dia selalu mengawasi Tira sepanjang hari, dari matahari terbit hingga sinar bulan tiba. Hidup Angga hanya untuk memperhatikan Tira.
Sampai suatu hari dia melihat kearah kalender, dulu dia melakukannya untuk menghitung berapa hari yang sudah dia lalui tanpa Diana.
Sekarang Angga melakukan untuk menghitung berapa lama, dia telah mengalami hari bahagia bersama gadis kecilnya itu.
Dari merayakan tahun bersama hingga sekarang, Angga selalu mencatatnya di Buku harian, sambil melirik kearah kalender. Tidak ada satu hal penting pun yang di lewatkan tanpa menuliskannya di Buku harian.
Dan saat Angga hendak mencatat tentang kejadian hari ini, mata teralih dengan tanggal 14 Febuari, sebuah tangga spesial di mata Angga bukan karena ini adalah hari Valentine. Namun, karena itu adalah tanggal terkutuk baginya.
"Tanggal terkutuk!! Hm.. sebaiknya ku sobek saja..."
Saat hendak memotong tanggal 14 tanganya terhenti oleh ingatan akan kata-kata Tira.
"Kalau begitu mari buat kenangan Indah bersama ku..." Kata-kata sekilas yang muncul dalam pikiran Angga berhasil menghentikan langkahnya itu.
"Mari kita buat kenangan baru lagi Tira.." Guman Angga sambil melihat kalender.
"Apa ya.. yang disukai anak kecil di hari Valentine.."
"Dulu Diana selalu menolak coklat, pasti bukan coklat. Tapi, Tira tidak seperti Diana dia pasti suka coklat... tapi, coklat apa ya.." Angga terus terganggu oleh pikirannya, dirinya sangat ingin memberikan hadiah spesial untuk gadis kecilnya itu.
Akhirnya pria muda itu memutuskan untuk pergi ke Mall untuk melihat-lihat.
Setibanya Angga di Mall, pemuda itu menyelusuri setiap toko dan dia tidak menemukan coklat yang menurutnya spesial.
Dari satu tokoh dia pergi ke tokoh lainnya, untuk menemukan coklat terbaik yang bisa diberikan pada Tira.
"Kalau sekarang tanggal 10 Febuari Aku akan ke Swiss, sulit sekali mencari coklat yang terlihat enak di tempat seperti ini..." Guman Pemuda itu melirik semua coklat yang terjajang di toko itu.
Bahkan saking bingungnya saatencari toko, pemuda itu sampai membeli beberapa kotak coklat untuk dimakan oleh dirinya. Sebagai taster untuk menentukan coklat terbaik.
Saat semakin lama pemuda itu mencari coklat spesial untuk Tira, langkahnya terhenti oleh ingatan buruknya kala itu.
"Hah! Hahaha... aku jadi ingat ini mirip seperti saat itu.."
"Aku kesulitan mencari hadiah.."
"Kesana, kemari seperti orang bodoh..."
"Dengan rasa senang dan bangga aku pulang dan.. d.. dan.. dia.."
"Melempar dan menghancurkan semuanya... aku... a... a.. aku.." Tubuh Angg mulai gemetar, kakinya lemas tidak kuat untuk berdiri.
Pemuda itu menahan tubuhnya di pinggiran tembok toko. Namun, hal itu tidak menghentikannya mengingat semua kenangan buruk itu.
Semua kenangan buruk itu terus merasuki pikirannya bagaikan sebuah parasit. Sampai pikirannya teralih oleh suara tawa anak kecil yang tidak asing baginya.
Angga terus mengikuti suara itu, dan sesuai dugaannya. Dia melihat Tira sedang berada di Mall yang sama dengannya. Saat hendak menghampiri Tira langkah terhenti oleh toko bunga di seberangnya.
Matanya terfokus lada satu bucket mawar putih yang indah yang di lengkapi dengan edlewise sebagai hiasan di bucket bunga itu.
"Sudah seminggu, kamu pergi mungkin hari ini.. aku akan berkunjung..."
Angga pun segera membeli bunga itu dan melihat bunga itu dengan senyum. Senyuman ini bukan karena dia akan mengunjungi Diana. Namun, karena ini adalah kunjungan terakhirnya.
Angga mendatangi makam itu, dia melihat betapa tidak terawatnya makam istrinya itu. Lalu, pemuda memotong rumput liar yang tumbuh di makam itu, dan membersihkan debu pada batu Nissan istri tercintanya itu.
Angga mencabut buka mawar dari bucket bunga itu satu persatu, dan menanamnya di makan istrinya. Dia menyusunnya dengan rapih dan membentuknya dengan bentuk hati. seperti saat mereka pacaran dulu.
Angga selalu membentuk, mawar dengan bentuk hati di sebuah taman. Lalu, dia memperlihatkan kepada Diana sebagai sebuah kejutan.
Ketika selesai menyusun mawar itu, Pemuda itu berdiri menatap makan istrinya dengan lirih. Dan mulai berbicara di depan makam itu.
"Diana... mungkin seharusnnya saya datang kemari, menemuimu, di saat Valentine. Namun, Valentine itu hari kebahagiaan dan saya... sa.. saya ingin segera melupakanmu...
"Jadi tahun ini Valentine saya akan saya rayakam bersama Tira... kamu tahu gadis kecil yang hampir kamu bunuh itu.. aku akan merayakannya bersamanya, aku bahkan sudah memberikanya kado lihat coklat ini akan ku berikan padanya besok..."
"Dulu kamu tidak pernah suka setiap kali aku belikan coklat... karena takut gemuk, padahal aku sangat suka dengan coklat di hari valentine... tapi, aku yakin Tira akan menyukainya.. jadi Anna selama tinggal.." ucapnya lirih lalu pergi meninggalkan makam istrinya itu.
Angga meninggalkan makam itu dengan rasa puas dan lega. Namun, ada pikiran yang mengganjal saat dia melihat kotak coklat yang dibawanya itu.
"Ini kan.. sudah ku makan tadi masa ku berikan pada Tira, yang benar saja.."
"Ah sudahlah.. lebih baik aku buat sendiri saja.. coklat ini semuanya tidak ada yang satu pun yang enak..."
Akhirnya Angga pun pergi menuju toko yang menjual biji coklat kering di sebuah toko si pusat kota.
"Bisa tunjukan aku biji coklat terbaikmu..." tanya Angga pada penjual itu.
"Silakan dipilih tuan kami menyediakan coklat impor dan local.." ujar penjual tersebut.
"Yang mana, yang merupakan biji coklat belgia... aku beli itu 500 gram.." pinta Angga tanpa basa-basi.
Melihat sorot mata Angga yang sangat tajam. Penjual toko itu pun langsung dengan cepat menyiapkan permintaan Angga dan langsung memberikannya padanya.
"Ini coklatnya totalnya jadi 1,5 juta.. ya pak, terima kasih.." ucap penjual toko itu.
"Ya terima kasih kembali.." balasnya sambil membayar coklat itu lalu pergi ke tempat lain untuk mencari bahan.
Angga mengumpulkan bahan terbaik yang dia tahu dari berbagai toko. Dari buah dan juga susu terbaik. Setalah itu dia pulang kerumahnya dan mulai membuat coklat untuk gadis kecilnya itu.
Ini bukanlah kalia pertama Angga membuat sebuah coklat dari bijinya langsung. Dirinya sangat terbiasa bekerja di dapur untuk membantu neneknya dulu, saat masih anak-anak.
Dengan cepat Angga mampu menyelesaikan coklat itu. Bahkan angga membentuk coklat itu dengan bentuk yang lucu dan cantik.
Angga pun mencari kotak yang tepat unntuk membungkus coklatnya tersebut dan akhirnya dia menggunakan kotak dari coklat yang belinya kemarin. Dan membalut kotak berisi coklat itu dengan kertas kado agar terlihat tambah cantik.
Setelah semuanya selesai, dia memutuk untuk berkunjung ke rumah Tira untuk mengundang besok ke rumahnya.
Saat sampai disana, dirinya mendengar suara gadis kecil itu yang sedang bertengkar dengan ibunya. dan dirinya juga mencium bau yang tidak asing baginya.
"Browniess!" guman Angga.
"Bukan... beda.. ini kue coklat, dulu mama sering membuatnya, tapi aku tidak pernah memakannya karena menggunakan kayu manis..."
"Entah kenapa aku merasa kue itu untukku... ya.." pikir Angga.
Angga pun mengalihkan pikirannya dan memutuskan untuk mengetuk rumah itu.
Saat hendak mengetuk rumah itu, dirinnya dihentikan oleh seorang pria paru baya yaitu Tirta Candra Ayah dari gadis kecilnya itu.
"Nak Angga sedang apa!" tegur pria paru baya itu padanya.
Angga sedikit curiga dengan gaya bicara pria pari baya itu, yang terlihat seperti sedang menyembunyikan sesuatu.
"Selamat sore Pak Tir, Tira ada?" tanya Angga ramah.
"Tiranya lagi ke pasar sama istri saya," jawab pria paru baya itu santai.
"Pasar, Tira hal irasional apa itu... jelas-jelas dia ada dirumahnya... Aha! Sudah kuduga... Tira sedang membuat coklat untukku.." batin Angga.
"Tumben? Setahu saya Tira tidak suka ke pasar," tanya Angga memastikan pikirannya
"E... i.. iya Nak, soalnya mamanya maksa jadi Tiranya ikut.." terang pria paru baya itu terlihat terbata-bata.
"Yup tidak diragukan mereka Tira.. sedang menyiapkan kejuatan untukku... baik aku akan pura-pura tidak... tahu.." pikir Angga memutuskan untuk mengikuti rencana gadis kecilnya itu.
"Ouh begitu..., baiklah saya akan pulang. Tolong katakan padanya, besok datang kerumah saya. Terima kasih..." ucap Angga lalu pergi.
Saat hendak pergi dirinya berbalik menuju pria paru baya itu dan berbisik.
"Pak Tirta, Tolong! katakan pada Tira kue coklatnya jangan pakai kayu manis ya... saya alergi.." bisik pemuda itu lalu pergi sambil tersenyum kecil.
"Aku harus bilang agar tidak mengacaukan kejutannya kan..." batin Angga girang sambil menuju rumahnya.
Saat sampai di rumahnya diriny juga tidak ingin kalah dengan gadis kecilnya itu. Dia pergi ke toko bunga dan alat prakarya. Kemudian kembali lagi ke rumahnya dengan girang.
"Aku tidak akan kalah denganmu, Tira.." batin Angga, sambil memulai menghias rumahnya.
Seharian pemuda itu menghias rumahnya sambil memikirkan kata-kata bagus untuk diucapkan pada Tira besok.
Dia sangat berharap jika besok akan menjadi hari paling bahagia baginya.
Keesokan harinya, Angga menunggu kedatangan Tira dengan berdebar-debar. Dia terus menghapal kata-katanya dan melihat sekelilingnya. Berharap jika gadis kecil itu akan menyukai hal yang dilakukannya.
Dan harapannya terkabul Tira sangat senang melihat semuanya yang telah dilakukannya. Dan gadis kecil itu memberika sekotak kue coklat yang di buatnya kemarin.
Pemuda yang gembira itu pun juga tidak mau kalah. Dan memberikanya coklat yang dibuatnya pada gadis kecilnya itu.
Saat gadis kecil itu mengatakan kado itu spesial dia buat untuknya. Angga pun juga tidak mau kalah dan mengatakan hal yang serupa. Namun, wajah gadis kecil itu mendadak terlihat bingung dan mulai menatap Angga.
"Buat?!" tanya gadis kecil itu terlihat bingung sambil menatap Angga.
"Ya.." jawab Angga singkat.
"Kenapa!?" tanya Angga kikuk.
"Kemarin, aku lihat om beli coklat di Mall.." jawab Angga sambil menunjuknya dengan tatapan tidak percaya.
"Ah... itu! kotaknya mungkin sama tapi, isinya kemarin sudah kumakan.. yang ini kubuat untuk kamu. aku hanya numpang kotak saja hahaha..." terang Angga pada gadis kecil itu.
"Ah.. masa!!" tanya gadis kecil itu tidak percaya.
"Ya.. lihat saja isinua pasti beda..." tantang Angga pada gadis kecilnya itu.
"iya.. aku percaya, rumah paman wangi coklat... hehehe.." ucap gadis kecil itu, sambil membuka hadia Angga dan langsung menyantap coklat buatannya itu.
"Hm! enak banget... aku jadi minder.." seru gadis itu sambil mencicipi coklat buatan Angga.
"Kenapa?" tanya Angga polos.
"Kue ku gak seenak ini... dan itu juga karena mama bantu... kemarin aku ingin bikin yang seperti ini.. tapi malah gagal... aku..." jawab gadis kecil itu cemberut.
"Kuenya enak, aku selu pernasaran dengan rasanya..., dulu.. mama selalu membuatnya dengan kayu manis. Meski, sudah sering aku ingat bahwa aku alergi... tapi karena kue ini tidak pakai kayu manis sekarang aku bisa mencobanya... hahaha" tawa Angga menatap gadis kecilnya itu lembut.
"Bernarkah!! Wah... untung kemarin papa bilang jangan pake kayu manis... jadi aku langsung singkirkan itu... dari kuenya ternyata papa gak bohong hahaha... bagus-bagus... aku senang, kalau om senang.." seru gadis kecil itu.
Mereka pun saling tertawa dan menatap satu sama lain. Sebuah kehangatan yang tidak bisa digambarkan. Antara seorang pemuda biasa dan anak kecil yang pintar dan dewasa.
Mata mereka seperti biaca satu sama lain. Dan Angga sangat senang karena dia memiliki Valentine yang indah. Dan kenangan buruk itu pergi seperti debu.
itulah kisa Valentine dari dua merpati kita..
Tunggu Kisah cinta berikutanya ya...