Chereads / Badminton Love Story / Chapter 4 - Chapter 4 - Menikah, Tidak Semudah Itu!

Chapter 4 - Chapter 4 - Menikah, Tidak Semudah Itu!

"Tapi, sebelum bertemu orang tua masing-masing. kita harus mengetahui kepribadian masing-masing, dan mengetahui apa yang disuka, tidak suka, bisa, dan tidak bisa dilakukan, serta apa yang paling ditakuti." Kata Arman lagi.

"Baiklah, aku akan membuat tentang apa yang kusuka, tidak suka, bisa dan tidak bisa kulakukan, serta apa yang paling aku takuti. Setelah kamu selesai mengetik punyamu terlebih dahulu." Kata Rosa lagi.

"Baiklah." Kata Arman lagi.

Arman mengetikkan daftar biodata dirinya dilaptop, setelah itu memberikannya kepada Rosa. Kemudian, Rosa membuat biodata dirinya dan setelah selesai memberikannya kepada Arman. Mereka membaca biodata masing-masing.

"Disini kamu buat takut dengan hujan, petir, dan kegelapan. Sangat takut ketika semua itu terjadi secara bersamaan. Alasannya apa?" tanya Arman antusias.

"Disituasi itu aku kehilangan ayah kandungku." Kata Rosa

"Maaf, sudah membangkitkan kenangan sedihmu." Kata Arman bersalah.

*FLASHBACK

#Dirumah Mewah Rosa ketika Ayah nya masih hidup

Saat itu hujan turun dengan sangat deras disertai petir yang menyambar Rosa yang berusia 10 tahun belajar dikamarnya sendirian, dan tiba-tiba mati lampu.

"Bi...Bi..." kata Rosa yang panik dan memanggil Bi Tati, pengasuh sekaligus pembantu rumah tangga.

Kamar Rosa kembali terang karena Bi Tati sudah berada dikamarnya, Bi Tati mengerti betul bagaimana perasaan Rosa yang memiliki rasa takut akan kegelapan. Karena sejak usia 6 tahun, Rosa sudah diasuh oleh Bi Tati.

"Iya Non, Bibi ngerti kok." Kata Bi Tati menenangkan Rosa.

Disituasi yang gelap, hujan deras serta petir yang menyambar Ayah dan Ibu Rosa tetap melanjutkan perjalanan mereka pulang ke rumah. Ayah Rosa yang menyetir membawa dengan hati-hati karena kondisi jalan yang basah serta licin. Namun,tiba-tiba sebuah truk melaju dengan cepat dan tidak terkendali menabrak mobil Ayah Rosa hingga terjadilah kecelakaan beruntun. Ayah dan Ibu Rosa serta korban lainnya dibawa ke rumah sakit. Namun, diperjalanan ke rumah sakit Ayah Rosa sudah meninggal.

Rosa mendapat kabar kepergian Ayahnya dari Bi Tati yang diberitahu polisi saat berkunjung ke rumahnya.

"Ayaahhhhhh...." teriak Rosa kemudian menangis.

*FLASHBACK END

"Sejak hari itu, setiap kali hujan deras, petir menyambar, dan kegelapan datang bersamaan aku menjadi sangat takut. Takut kalau-kalau kejadian seperti itu terulang kembali." Kata Rosa bersuara lirih menahan tangis.

"Baiklah, kita akan membaca ini dan menghafalnya. Setelah itu kita saling membaca hafalan kita besok pagi." Kata Arman memecah kecanggungan mereka.

"Oke." Kata Rosa

Kemudian Arman pergi kekamarnya bersiap untuk tidur, setelah itu membaca biodata Rosa dan beberapa menit kemudian langsung tertidur. Sedangkan, Rosa berusaha menghafal biodata Arman.

"Nama panjang Armandito Mahenra. Lahir pada tanggal 20 Agustus 1996, suka semua makanan kecuali makanan yang dilarang (Rosa tertawa kecil membacanya), paling tidak suka saat ada orang yang menganggu privasi, suka main game dan badminton, tidak bisa memasak tetapi bisa menilai makanan enak dan tidak enak (Rosa kembali tertawa saat membaca bagian ini), dan aku membenci kecoa ketika terbang."

Kemudian Rosa tertidur di sofa, tempat dimana dia pertama kali datang ke apartemen Arman. Besoknya, Arman bersiap untuk lari pagi dan Arman melihat Rosa masih tertidur sambil memegang biodata Arman. Arman mendekat ke arah Rosa dan mengambil biodatanya dan meletakkannya dimeja. Kemudian, Arman pergi. Kemudian, Rosa terbangun dari tidurnya. Dia melihat jam sudah menujukkan pukul 6 pagi, Rosa pun membersihkan apartemen Arman dan menyiapkan sarapan pagi untuk Arman. Pukul 7 Arman kembali ke apartemennya, dan Arman melihat apartemennya sudah rapi dan bersih. Dia merasa senang karena seseorang merawat apartemennya dengan baik. Rosa pun keluar dari kamar mandi dengan menggunakan baju Arman yang dibawa oleh petugas laundry. Arman melihat Rosa dengan aneh.

"Maaf aku pakai baju kaos dan celana olahragamu. Aku enggak ada baju ganti. Setelah ini aku akan berbelanja baju." Kata Rosa menjelaskan.

"Ah, gak apa. Itu cocok untukmu." Kata Arman yang setelah berkata itu tertawa melihat Rosa memakai baju yang kebesaran.

Rosa pun merasa malu karena Arman mengejek dirinya. Arman pun kembali ke kamarnya bersiap untuk latihan badminton.

"Man, makan dulu. Aku uda siapkan makanan. Ada roti sama susu." Kata Rosa

"Terima Kasih. Biasanya aku membelinya diluar sekalian pergi latihan." Kata Arman

"Rasanya aneh, kalau ada seseorang yang menyiapkan sarapan untukku." Kata Arman

"Maaf, aku sudah terbiasa dengan ini. Karena ayahku selalu pulang di pagi hari dan aku harus menyiapkan sarapan untuknya. Kalau tidak aku akan dimarahi." Kata Rosa menjelaskan.

"Ah, tidak apa. Lagi pula sebentar lagi tempat ini juga tempatmu. Kamu bebas melakukan apapun." Kata Arman

Rosa pun merasa tidak enak dengan hal itu, "Lain kali aku akan menanyakan tentang ini. Maaf." Kata Rosa merasa tidak enak.

Arman memakan makanannya dan berniat latihan sebelum akhirnya langkahnya terhenti karena Rosa memanggil namanya.

"Man. Hari ini kamu bilang menguji hafalan kita." Kata Rosa

"Oh itu, Maaf aku tidak bisa sekarang. Aku harus segera latihan. Aku percaya kamu pasti sudah hafal." Kata Arman

"Ohiya, besok kita akan pergi ke rumah Ayahmu. Bersiaplah!" Kata Arman lagi.

"Lalu bagaimana dengan ke rumahmu?" tanya Rosa antusias

"Lusa. Lusa kita kesana." Kata Arman lagi dan setelah berkata seperti itu langsung pergi latihan.

"Hati-hati" Kata Rosa dengan pelan setelah Arman pergi tanpa pamit.

Rosa mencuci piring, dan setelah itu pergi ke mall untuk membeli baju. Rosa juga membeli handphone baru karena handphone nya yang lama hilang ketika berlari dari ayahnya. Kemudian seorang pria mendekati Rossa.

"Rosa." Kata pria itu saat menyentuh pundak Rosa

Rosa pun berbalik ke arah suara dan terkejut melihat pria itu.

"Riko. Ngapain disini?" Kata Rosa terkejut.

"Aku ngikutin kamu kesini." Kata Riko bercanda

"Hahaha.. Riko gak berubah ya kamu." Kata Rosa

"Kamu ngapain disini?" Kata Riko

"Aku mau membeli baju untuk acara keluarga." Kata Rosa

"Mau aku bantuin? Akan lebih bagus kalau ada orang yang menilai pakaiannya." Kata Riko

"Ide bagus." Kata Rosa.

Rosa dan Riko berkeliling dan mencari baju yang cocok dengan Rosa. Hingga akhirnya mereka menemukannya dan setelah itu jalan-jalan mengelilingi Mall sambil makan es krim.

"Apa! Kamu akan menikah? dengan siapa?" Tanya Coach Andi

"Itu dengan seseorang yang membuatkanku bekal waktu itu." Kata Arman menjelaskan.

"Kan benar, Coach uda curiga saat kamu membawa bekal itu." Kata Coach Andi dengan perasaaan bahagia.

"Akhirnya, kamu menemukan pengganti Fani. Gitu dong move on. Emangnya Fani aja yang bisa menikah, kamu juga bisa." Kata Coach Andi lagi.

"Sebaiknya aku tidak memberitahu Coach Andi mengenai pernikahan kontrak ini. Lebih baik Coach berpikir ini sungguhan." Batin Arman

"Acara keluarga seperti apa? Hingga kamu membeli baju sebanyak ini?" Kata Riko penasaran.

"Ah itu, sekarang ini aku sudah tidak tinggal dengan Ayahku lagi, jadi aku beli beberapa baju. Aku juga berniat mengajak pacarku untuk menemui Ayahku. Pacarku berniat menikahiku." Kata Rosa yang berpura-pura senang.

"Kamu uda punya pacar?" kata Riko yang terkejut

"Iya, aku punya. Nanti datang ya kalau sudah ditetapkan." Kata Rosa lagi

"Oke. Selamat ya." Kata Riko yang keliatan senang padahal hatinya merasa sedih

"Terima kasih." Kata Rosa

Besoknya, Rosa sudah bersiap pergi dengan Arman ke rumahnya. Rosa keliatan cantik dengan menggunakan kemeja warna putih dan jeans warna coklat susu serta rambut panjangnya yang terurai hingga ke siku tangan. Rosa dan Arman sampai di rumah Rosa.

"Siap?" Kata Arman.

"Iya. Aku siap." Kata Rosa dengan yakin.

Rosa dan Arman masuk ke rumahnya.

"Permisi." Kata Arman memanggil dari pagar rumah Rosa.

Ayah Rosa pun keluar rumah. Ayah Rosa kaget melihat Rosa ada disana bersama seorang pria. Ayah Rosa pun mulai emosi mendekati mereka.

"Beraninya kamu datang kesini setelah menghilang begitu lama." Kata Ayah Rosa dengan perasaan marah

"Ayah..." Kata Rosa

"Pergi. Pergi sana. Aku bukan Ayahmu. Pergi ke Ibumu sana." Kata Ayah Rosa dengan suara keras

"Ayah..." Kata Rosa lirih dengan mata berkaca-kaca.

"Pergi sana!" Kata Ayah Rosa lagi

"Maaf Om, Saya Arman." Kata Armana memotong ketegangan diantara mereka.

"Siapa kamu? Pengacara? Jadi, kamu mau memasukkan ayah ke penjara, ha?" Kata Ayah Rosa.

"Bukan Om. Saya Arman, saya mau meminta izin menikahi putri Om." Kata Arman tanpa basa basi.

"Buat apa kamu minta izin kepada saya, saya bukan Ayah kandungnya. Saya Ayah tirinya. Nikah aja sana, saya gak peduli." Kata Ayah Rosa kesal.

"Hanya Ayah yang Rossa punya didunia ini. Meskipun Ayah bukan Ayah kandung Rosa. Tapi, bagi Rosa Ayah sudah seperti Ayah kandung Rosa. Rosa sayang sama Ayah." Kata Rosa menjelaskan dengan perasaan sedih

"Sudah-sudah. Pergi sana. Ayah enggak mau mendegar apapun. Minta izin sama Ibumu sana. Ayah sudah tidak peduli lagi dengan apa yang kamu lakukan." Kata Ayah Rosa yang merasa tidak nyaman. Setelah berkata seperti itu Ayah Rosa pergi meninggalkan mereka.

"Rosa tahu, Ayah marah karena Ibu masih menghubungi Rosa. Rosa tahu kalau Ayah merasa terkhianati karena Rosa berbohong kepada Ayah. Tapi, Kalau boleh jujur. Kalau Rosa disuruh milih antara Ibu kandung dan Ayah tiri Rosa. Rosa pasti akan memilih ayah. Karena Ayah adalah satu-satunya orang yang tidak meninggalkan aku dimasa sulit. Disaat Ibu kandungku meninggalkan aku, Ayah tetap membawaku bersama Ayah. Bagiku Ayah adalah ayah terbaik yang aku miliki." Teriak Rosa lagi dengan mata yang berkaca-kaca.

"Sudahlah Rosa, Ayahmu tidak peduli dengan pernikahan ini. Ayo kita pergi." Kata Arman

"Aku yakin Ayah pasti masih mendengar perkataanku, Man." Kata Rosa lagi.

"Ayolah. Kita pergi saja." Kata Arman membujuk.

Tapi, Rossa menolak dan melepaskan genggaman tangan Arman.

"Ayah, kalau ayah mendengar ini. Lusa nanti, datanglah ke pertemuan keluarga, aku akan menunggu Ayah. Aku tahu Ayah masih peduli padaku." Teriak Rosa dengan Keras.

Kemudian Rosa dan Arman pergi meninggalkan rumah Rosa. Ternyata, Ayah Rosa berada dibalik pintu, mendengar semua perkataan Rosa dengan perasaan sedih.