Chereads / Hingga maut yang memisahkan kita / Chapter 4 - Puing kehancuran

Chapter 4 - Puing kehancuran

Malam ini,Novi memutuskan menemui Aldi untuk meminta maaf dan mengakhiri hubungan mereka.

"Tumben,kamu mengajakku makan malam..ada apa sayang..?"tanya Aldi heran.

Sebenarnya Novi merasa sangat bersalah ,namun dia tidak ingin membohongi perasaannya juga Aldi

"Aku minta maaf mas..."sergah Novi berusaha untuk tenang.

"Aku ingin kita akhiri hubungan kita,mas..."

Aldi mengangkat wajahnya terperanjat dengan ucapan Novi barusan.

"Kenapa,Nov...??apa aku berbuat salah...?"tanya Aldi tidak terima pemutusan sepihak dari Novi.

"Kamu pasti punya alasan untuk itu..!!"

Novi mendesah putus asa

"Aku...aku..mencintai orang lain,mas...dan aku tidak ingin membohongi kamu,mas..!"

"Siapa dia...??"potong Aldi sengit dengan muka memerah menahan amarah.

"Mas..tidak mengenalnya ..dia pasienku.."cetus Novi

Aldi membelalakkan matanya tidak percaya.

"Apa kamu masih waras,Nov...??"Aldi separuh berteriak.

"Seberapa jauh kamu mengenalnya..??"

"Mas...aku benar benar minta maaf..sungguh..."pinta Novi dengan mata memelas dan suara yang tertahan

"Aku..jatuh cinta padanya .."

Dan kali ini Aldi tidak mampu berkata lagi

"Baiklah,Nov...aku doakan kamu bahagia dengannya..."

***

Dua bulan kemudian Febrian melamar Novi secara resmi.meski awalnya mendapat pertentangan dari orang tua Novi yang kecewa akan keputusan Novi,namun mereka tidak mampu berbuat lebih jauh.

meski marah,akhirnya orang tua Novi merestui pernikahan mereka.

Mata Febrian berpendar bahagia melihat Novi tampil menawan dengan gaun pengantin kebaya rancangan desainer favoritnya,Anna Avantie.

"Luar biasa,...kamu cantik,sayang..."bisik Febrian disela telinga Novi ketika tangan memeluk erat Novi dari belakang.

Dan mata mereka saling beradu di dalam cermin yang ada di hadapan mereka.

"Aku harap kita akan menua bersama,Rian..."

Febrian mengecup pipi Novi mesra sambil tersenyum.

"Pasti...kita akan bersama hingga maut memisahkan..."

Sebuah janji yang begitu indah di dengar di telinga..namun mampukah cinta mereka seindah ucapan yang terucapkan oleh bibir ?

Febrian mengantarkan Novi pulang setelah melakukan fitting baju pengantin mereka untuk pernikahan yang akan digelar bulan depan.

"Selamat malam sayang..."bisik Febrian lembut sambil mencium kening Novi lembut ketika mengantarkan Novi hingga ke depan pintu rumah Novi.

"Besok pagi aku akan mengantarmu ke rumah sakit..."

Novi mengangguk sambil tersenyum.dikecupnya dengan mesra bibir Febrian.

"Malam juga,Rian...hati hati di jalan ya..."

Febrian mengecup mesra kembali bibir Novi sebelum berpamitan dan kembali ke dalam mobilnya.

Saat perjalanan kembali ke rumah nya,tiba tiba ponsel nya berdering.

Febrian melihat ke layar ponsel nya dan melihat nama Devina disana .

Untuk sesaat Febrian terperanjat.antara bimbang,akhirnya Febrian mengangkatnya

"Ya Vin...??"jawab Febrian dengan nada yang datar

"Rian...aku ingin bertemu denganmu,sayang.."desis Devina lirih dengan suara tersendat

"Sekali saja...sebelum kamu menikahinya..."

Hati Febrian terenyuh begitu mendengar suara devina.meski dia telah memutuskan memilih Novi..namun dia masih belum mampu mengenyahkan bayang Devina di dalam kepalanya.

Akhirnya Febrian menemui Devina di apatermennya.

"Ada apa,Vin...??"tanya Febrian begitu melangkah memasuki apatermen Devina .

"Bukankah kamu sudah memilih dia...?"

"Bisakah kamu jangan sesinis itu padaku..Rian...?"sahut Devina sambil menuangkan wine ke dalam dua gelas wine.

"Aku ingin merayakan bachelor party bersamamu...!"

Febrian menghela nafas sambil merebahkan diri nya diatas sofa.

"Kita sudah memilih jalan masing masing,Vin...terimalah apa yang telah kamu putuskan....!"

"Kini...aku berubah pikiran,Rian...!!"sahut Devina sambil tersenyum dan menyodorkan gelas wine kepada Febrian.

"Aku ingin kamu,Rian...,bukan kah kamu sudah berjanji akan selalu ada untukku...?"

Febrian meminum wine yang dituangkan oleh Devina barusan.

"Sepertinya aku harus mengingkari nya Vin...aku tidak ingin menyakiti Novi..."

Devina mendengus kesal begitu Febrian menyebutkan nama Novi..!

"Lalu bagaimana dengan aku...??"Devina berdiri tegak sambil meneguk habis seluruh wine dalam gelasnya .

"Terimalah kenyataan kita,Vin..."kata Febrian tegas,sambil meneguk habis winenya dan meletakkan diatas meja,dan hendak pergi meninggalkan Devina.

Devina segera menghalangi langkah Febrian dengan langsung memeluknya.aroma parfum Devina yang kuat,aroma yang begitu dirindukan oleh Febrian selama ini kini begitu membakar gairahnya.

"Tetaplah bersamaku,Rian....setidaknya untuk malam ini saja..."pinta Devina dengan suara yang dibuat pilu untuk membuat Febrian tetap tinggal bersamanya malam ini .

"Tidak,Vin..." sahut Febrian sambil menggelengkan kepalanya kuat kuat untuk mengusir rasa pusing serta panas ditubuhnya,berusaha menahan suatu dorongan untuk pelepasannya dari kejantanannya.

Devina mulai memeluk mesra Febrian dan mengecup mesra bibir Febrian .kemudian menelusuri bibirnya disepanjang leher Febrian dengan ciuman yang panas.

"I want you,Rian...please...."desah Devina manja.

"Hentikan semua ini,Vina...!!!"bentak Febrian berusaha melepaskan pelukan Devina.

"Jangan munafik,Rian....aku tau kamu masih menginginkan ku ....!!"

Dengan ganas,Devina memangut bibir Febrian dan mengulumnya dengan penuh gairah.sementara Febrian berusaha menahan diri,namun akhirnya sia sia,dorongan hasrat lebih besar ,dan ketika Devina mengambil tangannya untuk menyentuh dadanya yang begitu menggiurkan ,dengan sekali sentak Febrian merobek gaun tidur tipis Devina.

membawa tubuh molek itu ke dalam kamar dan dihempaskan nya Devina diatas ranjang dan mulai mulai menelusuri bibirnya liar diatas tubuh Devina .

keduanya begitu terhayut dalam kenikmatan yang sudah lama terhenti.terutama Devina, hanya Febrian yang mampu membawanya hingga ke puncak kenikmatan,hingga desah desah kenikmatan terdengar disepanjang erangannya ketika Febrian memasuki nya begitu dalam dan menghentak tanpa henti pada titik kenikmatannya.

"Rian...,jika cinta kita masih tersisa,bawalah aku bersamamu..kita tinggalkan semua ini..."sergah Devina di tengah desah nafasnya.

Febrian terdiam,mengejar nya putihnya dalam beberapa hentakan, dirinya mencapai pelepasannya di dalam tubuh Devina.

"Aku cinta kamu,Rian.."Devina mendesah panjang disela erangannya,begitu merasakan sensasi hangat di dalam tubuhnya.

Febrian terkulai lemas disamping tubuh Devina begitu mencapai pelepasannya dalam pergumulan panas barusan dengan Devina .

Sebenarnya,Febrian menyesalinya,bayang wajah Novi terlintas di dalam kepalanya

"Maafkan aku,Vin...aku tidak ingin menyakiti Novi..."ucap Febrian lemas ketika berusaha bangkit dari ranjang dan menuju kamar mandi membersihkan dirinya dan berpakaian lengkap kembali.

Febrian berjalan menuju tepi ranjang, mendekati Devina yang masih terkulai.

"Kita akhiri apa yang pernah terjadi diantara kita,Vin..."

Devina menggeram marah,tidak menerima apa yang Febrian katakan barusan.

"Tidak...kamu tidak bisa mundur lagi,Rian...bawa aku bersamamu..atau calon istrimu akan melihat rekaman panas kita barusan...."ujar Devina dengan senyum sinisnya.

Wajah Febrian menengang seketika.tidak menduga Devina akan menjebaknya sedemikian jauh.

"Kamu....!!"geram Febrian sambil mencekik leher Devina.

"Bu..Bu..nuhh ak..aku..."erang Devina menahan kesakitan akibat cekikan Febrian di lehernya.wajahnya memucat,dan mulurnya tergagap berusaha mengambil nafasnya.

Febrian kembali dalam kesadarannya,direnggangkan cengkraman di leher Devina sebelum menghempas tubuh wanita itu kembali diatas ranjang dan melampiaskan kemarahannya dengan memukul kaca meja rias Devina sebagai pelampiasan kemarahannya.darah segar mengucur deras dari kepalan tinju nya ,rasa nyeri yang dirasakan tidak sebanding dengan penyesalan yang kita melanda hatinya.

"Maafkan aku,Nov..."desis Febrian pilu,dan airmatanya bergulir keluar begitu saja dari matanya.

"Namun..percayalah ..selamanya hati ini milikmu..."

***

Novi tersenyum cerah,pagi ini dirinya mendapatkan kiriman buket bunga mawar merah yang besar dari Febrian.

"Wah...romantisnya..."goda Anggun begitu melihat buket bunga di tangan Novi

Novi hanya tersenyum menanggapi teman baiknya

diraih nya amplop yang terselip di dalam buket bunga dan membuka isi amplop.

'maafkan aku,sayang...kita tidak bisa menikah...karena sesuatu hal,aku menyadari kesalahan ku dan tidak bisa meninggalkan dia.. maafkan aku..tapi percayalah,aku sangat mencintaimu..'

dari : Febrian.

Senyum di bibir Novi pudar seketika bersamaan dengan kertas yang ada ditangannya jatuh diatas lantai.

Novi merasakan dunianya telah berakhir saat ini juga..rasa pusing menguasai seluruh dirinya.tanpa disadarinya tubuhnya langsung ambruk bersama bersama buket bunga ditangannya.

"Nov....!!!bangun Nov.....!!!"teriak Anggun panik,berusaha membangunkan tubuh Novi yang kini terkulai lemas diatas lantai.

Novi membuka matanya perlahan dan merasakan kepalanya terasa begitu berat.

mimpikah dirinya...?

Novi melihat sekelilingnya.ruangan yang begitu dikenalnya.IGD...!

"Nov...merasakan baikkan...?"tanya Anggun cemas sambil membelai kening Novi lembut

"Nggun...katakan...apakah aku bermimpi..??"

Anggun menggeleng lemas sambil menahan airmatanya melihat Novi.

"Ini nyata ,Nov..."

Airmata bergulir jatuh dari pelupuk mata Novi.

"Nov...apa kamu tau...ka..kamu..."ucap Anggun tertahan.ada kata yang tidak sanggup terucap oleh bibirnya.

Novi menatap Anggun dengan pandangan mata tidak bergairah namun menantikan apa yang akan diucapkan oleh sahabatnya.

"Aku..kenapa...?"

"Ka..kamu hamil enam minggu,Nov...!"

Novi memandang tidak percaya mendengar apa yang barusan terucap dari bibir Anggun.

"Apa....katakan sekali lagi dengan jelas...!!"tanya Novi dengan nada yang lebih tinggi kepada Anggun

"Kamu..hamil enam minggu,Nov...!!"

Novi merasakan berakhir sudah dunianya.

Febrian meninggalkan nya begitu saja diambang hari pernikahan mereka,dan kini dirinya tengah mengandung anak Febrian..!

Novi membayangkan betapa kecewanya kedua orang tuanya saat dia memutuskan Aldi untuk memilih Febrian yang baru dikenalnya dalam hitungan bulan.

dan akibatnya..hari ini Febrian pergi begitu saja dan meninggalkan jejak di tubuh nya.

Berhari hari Novi mengurung dirinya di dalam kamar tanpa makan dan tubuhnya mulai melemas.

Febrian benar benar menghilang begitu saja begitu juga dengan Devina yang sedang ramai pemberitaan soal hilangnya sang artis.

Novi benar benar di ambang keputusasaan dan kepanikan..dan ini adalah keterpurukannya yang paling hebat.

Dalam hitungan bulan,Febrian membawanya hancur dalam puing puing kehancuran.kemana dia harus mengadu..?

Menggugurkan bayi ini..?

Novi benar benar telah melupakan statusnya sebagai seorang dokter,melupakan sumpah etiknya.yang ada di otak nya kini hanyalah satu menghapus jejak Febrian hingga ke akarnya.

Anak ini tidak boleh lahir..!!

Dan akhir nya Novi bertindak nekat setelah tidak tahan mendengar pertengkaran orang tuanya yang menyinggung prihal gagalnya pernikahannya.

Novi membanting kursi kearah kaca meja rias nya,dalam seketika pecahan kaca berhamburan di lantai.

Dengan tubuh yang ringkih menahan rasa sakit hati yang teramat dalam,Novi meraih sekeping pecahan kaca yang besar,menggeretkan langsung ke nadi tangan kirinya..seketika darah mengucur deras dari pergelangan tangan kirinya.

Orang tua Novi menghambur masuk ke kamar Novi begitu terdengar suara gaduh dari kamar Novi.

"Noviiiii..!!!!!"teriak ibu Novi histeris begitu melihat putrinya sudah terkulai lemas diatas lantai dengan darah membanjiri pergelangan tangan kiri nya.

****

Dalam dunia nya,samar samar Novi masih bisa mendengarkan suara seorang pria menggema di telinganya.

"Dasar perempuan..!selalu lemah..!!"dengus suara pria itu sambil merapikan jahitan di pergelangan tangan Novi

Entah kenapa begitu mendengar suara yang meremehkan itu,Novi berusaha membuka matanya melihat sosok yang berani berkata lancang padanya barusan.

begitu matanya terbuka,sosok pria uang barusan berkata lancang itu tampak mirip dengan Febrian..mimpikah dirinya..??

Novi mengerjakan matanya sekali lagi meski seluruh badannya terasa lemas.

Dibukanya mata nya sekali lagi.dan seperti nya ini bukan mimpi.kini pria itu menatapnya,dengan pakaian dokter nya.

Wajahnya mirip dengan Febrian..bedanya tatapan matanya dingin,tubuhnya yang kurus dan tinggi,serta kata kata yang keluar dari bibirnya setajam silet..!

"Istirahat la...kamu sudah melewati masa kritis mu...!"ujar pria itu datar

"Observasi terus keadaannya sampai benar benar stabil,suster...!!"

Dan pria yang Novi yakini itu berjalan meninggalkan bangsal Novi terbaring.

Novi masih dapat melihat pria itu berjalan dengan kaki yang tertatih.

"Paget deasease...!"gumam Novi dalam hati

Novi menutup matanya kembali untuk menutupi rasa penat di kepala serta sakit dipergelangan tangan nya.

Tak lama kemudian,Novi pun terlelap dalam tidur.

Keesokkan hari nya,Novi terbangun begitu mendengar suara langkah kaki memasuki ruang inapnya.

Perlahan Novi membuka matanya dan melihat dokter yang merawatnya kini sudah berdiri di samping ranjangnya.

"Selamat pagi..."tegurnya sopan dan lebih ramah.

Novi tidak menjawab namun menganggukan kepalanya lemah,tidak ingin melihat kearah sang dokter,karena mengingatkan wajah Febrian kembali di kepalanya.

"Bagaimana...?sudah lebih baik kah..?"

Novi kembali mengaggukkan kepalanya.

"Novi...."katanya kini sungguh sungguh sambil menatap kearah Novi.kini giliran Novi yang tertegun.

"Segala perkara selalu ada jalan keluarnya...jangan dicoba lagi ya...."

Untuk pertama kalinya,Novi menatap ke mata sang dokter dan disaat yang bersamaan bola mata mereka saling tertuju satu sama lainnya.

"Kamu juga seorang dokter,bukan...??"

Tanpa disadari airmata Novi jatuh tertumpah begitu saja.

Benar...dia juga seorang dokter...tapi mengapa otaknya tidak bisa berpikir jernih..?bukankah dia harus lebih dewasa dalam menyingkapi segala masalah yang kini sedang dihadapi nya..?dan..hampir saja dia membunuh satu nyawa lain yang tidak berdosa.

"Jika kondisi mu membaik,lusa kamu sudah bisa pulang..."katanya lagi dan tanpa terduga sang dokter mengusap airmatanya.

"Istirahatlah dan tenangkan dirimu..."katanya sambil berlalu.

Setelah kepergiannya,Novi melirik ke papan status pasien,dan melihat nama sang dokter.

'dr. Farrel'

Anggun datang menjenguk Novi setelah mendapat jadwal ganti di IGD yang kebetulan kekurangan medis ditambah Novi yang absen.dan Anggun benar benar kewalahan dan hampir full standby di IGD ..!

"Nov...kamu baik baik saja..?"tanya Anggun dengan terisak.

"Dasar bodohh....!!"

Novi hanya tersenyum pahit menatap sahabatnya yang kini menangis untuknya sambil menggenggam erat tanganya.

"Maaf ya beib...gara gara aku,kamu jadi bang toyip di IGD.."kata Novi tersedat menahan tangisnya.

"Bukan masalah besar bagiku mengganti jadwal mu...tapi bagaimana kalau kamu benar benar mati dalam perbuatan nekatmu..?"

Dan kini Anggun memeluk erat tubuh Novi.

"Kamu benar benar gila,Nov...!!"

Novi tidak mampu menjawab,namun tangisannya cukup mewakili isi hatinya kini.

Setelah keduanya berpelukan cukup lama dan sama sama menangis,mereka dikejutkan oleh kedatangan sang dokter yang sedang melakukan visit patient.

Anggun menoleh kearah sang dokter dan terkejut sambil membelalakkan matanya.

"Kak Farrel.....??"cetus Anggun kegirangan,tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.

"Kapan kembali...??"

Sang dokter pun terkejut melihat keberadaan Anggun

"Anggun...??"

"Iya kak.....kok tidak mengabari kalau sudah balik ke tanah air...?"tanya Angggun dalam nada separuh protes sambil memengang tangan sang dokter.

"Anggun pikir..kak Farrel masih di Jerman..!"

Untuk sesaat Novi terkejut dengan sikap Anggun.Namun saat mendengar Anggun menyebut Jerman..,Novi baru tau ini lah pria yang selalu di tunggu oleh Anggun.

"Iya...sudah sebulan saya berada di rumah sakit ini..."kata sang dokter dengan seulas senyum dibibirnya.

"Teman mu...??"tanya Farrel kepada Anggun sambil menatap kearah Novi.

"Oiya...Novi itu teman baikku..dan kami sedang dalam PPDS...dan satu team dalam

rumah sakit..."

"Nov....ini..kak Farrel yang sering aku ceritakan..."ujar Anggun tanpa bisa menyembunyikan kebahagiaannya.

Tiba tiba saja handphone Anggun berdering,dan sang empu pun berdecak kesal.

"Ishhh...rumah sakit..rumah sakit lagi..!"decak Anggun kesal.

Farrel tersenyum dengan melihat tingkah Anggun.

"Balik gih...tugas kita memang melayani pasien kan...?"pungkas Farrel sambil mengusap kepala Anggun.

"Jika sudah ada waktu senggang,aku akan menghubungimu,Gun..."

"Benar ya kak...?janji...??"potong Anggun cepat.

"Janji..."

"Aku balik ya,Nov....get well soon....dan balik ke rumah sakit segera..."ucap Anggun sambil tersenyum dan berpamitan.

"Rawat Novi dengan baik ya kak..."

"Bagaimana keadaanmu hari ini Nov...?"tanya Farrel begitu Anggun menghilang di balik pintu.

"Baik..."jawab Novi singkat.

"Jika begitu...besok kamu sudah boleh pulang ke rumah..."

"Ada yang ingin di tanyakan...?"

Novi merasa heran dengan pertanyaan Farrel barusan.apa yang harus di tanyakan nya?dia juga seorang dokter,tau benar keadaannya sendiri jadi buat apa bertanya pada orang lain lagi...?

"Tidak...."jawab Novi datar..sedatar tatapan matanya yang sekilas melihat ke arah perutnya.

Seakan melihat kegalauan Novi,Farrel mengambil posisi duduk di tepi tempat tidur Novi.

"Jika tidak keberatan...aku bersedia menjadi teman pendengar setia mu..."

Novi tertegun seketika.

"Apa pedulimu,dokter Farrel...?"cetus Novi sedikit ketus

"Tentu saja aku peduli..karena kamu pasienku..dan aku harus bisa menjamin kamu tidak bertindak bodoh lagi..!"

Novi tersenyum sinis menatap ke arah mata Farrel.

"Kamu tidak akan mengerti..jika belum pernah jatuh hingga ke titik dasar dan tidak bisa bangkit kembali...!"

Farrel meraih tangan Novi dan menatap dalam ke bola mata Novi yang hampir tidak berpendar cahaya untuk bangkit.

"Jika kamu bisa mengulurkan tanganmu membiarkan orang menolongmu..maka kamu bisa bangkit lagi..."