Chereads / Lovely Maid / Chapter 16 - Tragedi

Chapter 16 - Tragedi

Samudera meletakkan kembali gelas yang baru saja ia pakai untuk minum di meja dapur, sejujurnya ini adalah hal yang sangat dia benci, terbangun di pagi buta karena kehausan. Biasanya ia menyiapkan segelas air di kamar, namun malam ini ia lupa melakukannya.

Mata Sam menyipit saat tanpa sengaja dirinya melihat siluet cahaya seorang wanita yang sedang tidur meringkuk di bawah meja.

Sam langsung merinding seketika, saat ia berniat kabur dan berlari sekencang mungkin meninggalkan dapur, langkahnya terhenti karena mendengar suara rintihan seseorang yang membuat jantungnya serasa berhenti berdetak. Ia langsung bergerak cepat menyalakan lampu dan melihat ke bawah meja.

Betapa terkejutnya ia saat melihat Melati tidur meringkuk di sana.

Sam langsung menyingkirkan semua kursi yang menghalanginya dan bergerak pelan meraih gadis itu. Ia menggendong Melati lalu membawa gadis itu ke kamarnya.

Setelah menidurkan Melati di kasurnya, Sam duduk di tepian kasur dengan perasaan kacau.

'Apa yang terjadi?'

Wajah Melati pucat dihiasi dengan beberapa lebam di sudut bibir dan keningnya. Bukan hanya itu, lengan dan pahanya juga merah-merah.

Ada apa? Apa yang terjadi? Samudera menggeleng kalut.

Bahkan dalam tidurnya, gadis itu menitihkan air mata.

"Ada apa Mel? Apa yang terjadi?" lirih Sam sambil mengusap lembut sudut bibir Melati dengan ibu jarinya.

Pria itu berniat keluar dari kamarnya dan mencari Elang karena bagaimana pun juga, ini masih jadwal Melati bersama adik bungsunya itu. Elang yang bertanggung jawab atas apa pun yang terjadi pada Melati.

"Sam," lirih Melati.

Melati menarik tangan Sam, saat ia hendak beranjak dari kasur.

"Mel? Apa yang terjadi? Katakan!"

Melati membuka mata sayunya dan tersenyum miris. Senyum yang membuat jantung Samudera berdenyut nyeri.

"Tidak ada." sahut Melati pelan.

"Jangan bercanda! Siapa yang melakukan ini padamu?" Sam mulai menaikkan intonasi suaranya.

Melati menggeleng pelan dan tersenyum sekali lagi.

"Jangan keras-keras! Nanti yang lain bangun!" lirih gadis itu.

"Hei! Kenapa kamu bisa tidur di bawah meja? Kenapa kamu terluka? Kenapa kamu terlihat sangat lemah? Kenapa? Katakan sesuatu!" Sam tidak bisa menahan emosinya lagi.

Dia sangat kesal. Tentu saja, bagaimana bisa Melati terluka saat dia ada di rumah? Siapa yang bisa setega itu melukai gadis itu di rumah ini?

"Sam, pelankan suaramu! Lihat, ini masih sangat pagi!" Melati menunjukan arloji yang selalu pria itu simpan di bawah bantalnya.

Masih jam setengah empat pagi.

"Mel, katakan sesuatu! Ayolah!"

"Jangan marah, dia pasti tidak sadar melakukan itu padaku!" lirih Melati.

Dia siapa?

Samudera menangkup wajah Melati dengan kedua tangannya dan menatap mata Melati dalam-dalam.

"Dia siapa? Hum? Katakan padaku!"

Lagi-lagi Melati menggeleng lemah, ia tidak ingin mereka bertengkar karena dirinya. Bukannya terlalu percaya diri atau apa, tapi, melihat tatapan Sam, terlihat jelas sekali kalau dia siap meledak kapan pun Melati menyebut nama orang yang sudah melukainya itu.

Melati terdiam, tubuhnya nyaris ambruk saking lemahnya, untung saja Sam dengan sigap menangkapnya dan membaringkan gadis itu di kasur.

Ingatan gadis itu berputar-putar pada kejadian beberapa jam yang lalu. Tepat saat tengah malam, Elang pulang dalam keadaan mabuk, pria itu terlihat kacau dan dipenuhi amarah. Sam meraih tubuhnya dengan kasar dan menampar wajahnya beberapa kali. Melati terlalu bingung untuk bisa berlari menyelamatkan diri. Cengkraman Elang pada lengannya sangat kuat, pria itu membanting tubuhnya di kasur dan mencium Melati dengan paksa. Jika gadis itu menolak, Elang tidak segan-segan memukulnya lagi.

Melati meringis nyeri merasakan sudut bibirnya yang terasa ngilu. Elang benar-benar sangat kasar.

Pria itu mabuk.

Tubuh Melati terasa remuk, Elang tidak mau melepaskannya bahkan saat Melati berteriak dan menangis. Hingga pada akhirnya pria itu lelah dan tertidur.

Melati terlalu takut untuk meminta tolong kepada Sam atau pun Bara. Jadi ia bersembunyi di bawah meja makan karena takut Elang akan bangun dan mencarinya.

Melati tidak marah, dia tahu bahwa Elang tidak sadar melakukan itu karena pria itu dalam pengaruh minuman keras. Hanya saja, dia merasa sedih, dia teringat lagi dengan ucapan Sam bahwa orang yang baik sepertinya harus mendapat kehidupan yang baik juga. Tapi apa ini? Ada apa dengan hidupnya? Apa dia tidak cukup baik? Kenapa kehidupan yang buruk seperti ini yang datang kepadanya?

"Apa Elang yang melakukan ini?" Samudera menatap lurus-lurus Melati yang terbaring lemas di dekatnya.

Sungguh, dia berharap Melati mengatakan tidak. Bagaimana pun, Elang adalah adiknya. Akan tetapi, dia juga tidak bisa membiarkan orang yang telah melukai Melati lolos begitu saja.

"Sam, dia mabuk. Aku yakin, dia gak sadar melakukan ini."

Samudera mengumpat dalam hati.

Elang itu brengsek, menyedihkan. Elang sangat tahu bahwa toleransinya terhadap alkohol sangat rendah, kenapa ia minum?

"Dimana dia?"

"Tidur di kamar. Tolong jangan lakukan apa pun Sam, pura-pura saja kamu gak tahu. Ya? Kumohon, biar ini aku yang urus. Aku akan berbicara padanya saat dia sudah sadar nanti."

Sam terlihat frustrasi. Tidak habis pikir bagaimana adiknya itu bisa melakukan itu pada Melati.

Meski Melati hanyalah pelayan pribadinya, tidak seharusnya ia melakukan ini pada Melati.

Sial!

Sam membetulkan letak selimut Melati dan mengusap lembut puncak kepala gadis itu.

"Yaudah, kamu tidur ya! Kalau ada yang sakit, kamu bilang!" ucap Sam lembut.

Melati mengangguk pelan. Ia memejamkan matanya, dan tertidur. Ini menjadi malam yang sangat berat untuknya. Ia berharap tertidur untuk waktu yang cukup lama, bahkan jika bisa, ia berharap tidak akan pernah bangun lagi.

Sam menarik kursi mendekat ke arah kasur dan duduk di sana. Ia mengamati wajah Melati lekat-lekat.

Ini semua terasa begitu salah. Ayah mereka mengirim Melati pada mereka untuk dijadikan pelayan tanda kutib.

Akan tetapi, Sam begitu peduli dengan gadis itu. Ia tidak akan tega melakukan apa pun padanya.

Sam menggeleng lemah. Ia tidak tahu harus bersikap seperti apa. Apa yang harus ia lakukan pada Elang?

Sam beranjak pergi meninggalkan kamar dan menuju perpustakaan. Ia ingat Bara pernah meletakkan kotak P3K di sana.

Setelah mengambilnya, ia kembali ke kamar untuk mengobati luka Melati. Sesekali gadis itu meringis saat Sam mengoleskan obat di lukanya.

Tangan Sam bergetar setelah selesai mengobati Melati. Ia merasa sangat buruk mendapati begiu banyak luka di sekujur tubuh gadis itu.

Entah apa saja yang telah Elang lakukan pada gadis malang itu.

Kepala Sam terasa panas dan sesak, ia berusaha sekuat hati untuk mengurungkan niatnya menemui Elang.

Ini salah. Elang harus bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan. Melati bukanlah alat yang bisa ia gunakan sesuka hati untuk melampiaskan emosinya. Bahkan jika ia tengah mabuk.

Alasan seperti itu tidak bisa diterima.