Chereads / Lovely Maid / Chapter 19 - Pencarian Harta Karun

Chapter 19 - Pencarian Harta Karun

Melati langsung mematung di ambang pintu dapur. Ia tidak tahu bagaimana harus menggambarkan semua kekacauan ini. Pecahan piring dan gelas yang berserakan dimana-mana, sumpit yang menancap di buah semangka, kursi yang patah, kaca meja yang retak, apa ada gempa bumi?

"Kamu udah bangun?"

Melati langsung membalikkan badannya begitu mendengar suara Sam di belakangnya.

"Sam, ada gempa bumi?" tanya Melati panik.

Sam hanya tersenyum, merangkul gadis itu, lalu menuntunnya ke ruang keluarga. Ada Elang juga di sana, mereka sedang sarapan.

"Duduk, ayo makan!" Sam mendudukan Melati di sofa dan menarik sepiring nasi goreng di meja, ke arah gadis itu.

"Jawab dulu, apa ada gempa?"

"Bang Bara abis ngamuk!" ucap Elang dengan santainya.

Dan ya, pada akhirnya Bara mengetahui kalau harta karunnya telah dicuri. Setidaknya, cukup melegakan melihat Elang masih utuh.

"Elang, itu kening kamu terluka!"

Kening Elang terlihat membiru, begitu juga dengan pergelangan tangan dan lengannya. Melati mengalihkan pandangannya ke arah Sam, tulang pipinya juga memar.

Astaga!

"MAAF." Melati mulai menitihkan air mata. Ia tidak tahu jika coklat-coklat itu bisa menyebabkan kekacauan seperti ini. Melati pikir, itu hanya coklat yang kebetulan harganya mahal. Kini gadis itu mulai berpikir Sam terluka karena dirinya.

"Kamu mau nasi gorengnya jadi asin karena semua air mata itu?" ucap Sam pelan.

Sam merengut menatap Melati, ia lalu mengusap air mata Melati dengan punggung tangannya.

"Kamu bukan mermaid, air mata kamu gak akan berubah jadi mutiara, jadi gak usah nangis!" ucap Sam sambil tersenyum tipis.

"Maaf." Melati berhenti terisak dan menatap Sam ragu.

"Tapi karena kamu yang membuat kesalahan, kamu harus bertanggung jawab. Aku akan mengantar kamu ke Lombok, kita harus mengganti semua coklat itu!" Sam meletakkan sendoknya lalu menghela napas berat.

Melati mengangguk pelan.

"Bang, lo yakin Aisyah mau buatin ciklat buat kita?" Elang terlihat khawatir.

"Itu dia masalahnya. Lo tahu lah keadaannya kek gimana!" sahut Sam datar.

"Kasih aja dia uang yang banyak, atau apa pun yang dia mau!"

"Heh, lo pikir Aisyah matre?" protes Samudera.

Elang menyeruput lemon tea di depannya. Ia hanya melirik sekilas ke arah Sam lalu tersenyum sinis.

"Dia minta uang sebanyak itu terakhir kali. Cuma buat sekotak coklat. Apa itu gak bisa disebut matre?" sinis Elang.

"Udahlah, kita lagi sarapan oke? Jangan buat napsu makan gue ilang!" Sloroh Samudera kesal.

'Aisyah, siapa sebenarnya orang itu? Chef? Atau apa? Sehebat apa dia sampai bisa menjual coklat dengan harga luar biasa seperti itu?' Melati membatin. Ia berpikir keras mengenai hubungan perempuan bernama Aisyah dan sekotak coklat milik Bara.

"Jangan banyak mikir, cepat makan!" Sam menoel dagu Melati dan mengedipkan sebelah matanya.

Serius, dia begitu menggemaskan hingga membuat Melati ingin menabok pipinya.

***

Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya Melati dan Samudera sampai di kota Lombok.

Setelah menaruh barang bawaan mereka di kamar hotel, mereka segera menuju salah satu toko roti yang cukup besar di sana.

Melati melongo tak percaya.

Parkirannya saja sangat penuh, juga, terlihat antrean panjang di dekat etalase. Melati berdoa, semoga mereka tidak kehabisan coklatnya.

Melati mengekori Sam masuk ke dalam Toko, tapi bukannya antri, Sam langsung berjalan dengan santainya ke sebuah ruangan di sudut toko.

"Oh, Tuan Samudera, selamat datang. Apa Anda sedang berlibur?" Sapa ramah seorang wanita paruh baya pada Samudera.

Samudera hanya tersenyum simpul merespon sambutan wanita tersebut.

"Bu, di mana Aisyah? Dia gak ada di depan."

"Aisyah? Gadis itu sudah lama tidak bekerja di sini. Terakhir kali dia bekerja di sini adalah saat Tuan Bara kemari."

"Lalu, apa Ibu tahu dia di mana sekarang? Bara kehilangan akal karena Elang memakan coklatnya."

"Oh, ya Tuhan." pekik wanita itu kaget, "Apa Tuan Elang baik-baik saja?"

Melati menjadi semakin bingung mendapati wanita tersebut terlihat sangat khawatir. Bara, coklat, dan Aisyah. Oh tidak.

"Dia baik-baik saja."

"Syukurlah. Tapi, sayang sekali saya tidak tahu keberadaan gadis itu sekarang. Rumahnya juga pindah, jadi kami tidak bisa menemukannya."

Celaka.

"Tapi, salah seorang karyawan kami pernah melihatnya berada di sekitar panti jompo yang letaknya tidak jauh dari sini, dia cukup sering berkunjung ke sana sebagai relawan saat masih bekerja di sini. Mungkin dia berada di sana sekarang mengingat ini hari selasa."

Samudera tersenyum simpul, lalu mengangguk pelan.

"Baiklah. Terima kasih, tolong kabari aku jika Ibu mendapatkan informasi tentang keberadaan Aisyah."

"Tentu saja."

Setelahnya, Samudera mengajak Melati menuju panti jompo yang terletak tak jauh dari sana. Namun, bukannya segera turun dari mobil dan mencari si Aisyah ini, Samudera malah duduk diam sambil mengamati pintu masuk panti.

"Kita gak turun?" tanya Melati bingung.

"Enggak, kita tunggu aja sampai Aisyah keluar, lalu kita ikuti biar tahu di mana dia tinggal."

"Seenggaknya, pastikan dulu apa dia ada di dalam atau enggak. Jangan sampai usaha kita sia-sia, Sam."

"Kamu lihat gadis itu? Yang rambutnya di ikat satu, dia adalah Aisyah." Samudera menunjuk ke suatu arah.

Melati mengikuti arah telunjuk Sam dan mendapati seorang gadis tengah bercengkrama dengan beberapa lansia di ruang tunggu panti yang terlihat sedikit dari parkiran. Tapi, perut gadis itu...

"Sam,"

"Apa?"

"Bisa jelaskan apa yang terjadi? Aku tahu, aku gak berhak mencampuri urusan kalian, hanya saja, aku bingung dan penasaran. Tentang segala macam drama coklat, Aisyah, dan Bara."

Samudera hanya tersenyum tipis lalu mencubit pipi Melati gemas.

"Enggak ada yang bener-bener tahu apa yang sebenarnya terjadi, bahkan Bara sekalipun. Yang kami tahu, dulu Bara dan Aisyah bersahabat, mereka terlihat sangat dekat dan bahagia, lalu tiba-tiba Aisyah pergi. Bara yang begitu menyayangi Aisyah, terus mencari keberadaan gadis itu hingga akhirnya mereka bertemu di toko roti milik salah seorang yang dulu bekerja untuk ayah. Sayangnya, Aisyah tiba-tiba aja sangat membenci Bara," Sam menarik napas panjang sambil memandang Aisyah yang berdiri jauh di sana.

"Bara terus datang menemuinya dengan alasan coklat dan sebagainya, karena itu Aisyah meminta bayaran tinggi tiap kali membuatkan coklat untuk Bara. Semua orang berpikir Aisyah itu matre, dia memanfaatkan hububgan mereka untuk uang. Tapi entahlah, Aisyah yang kuingat gak begitu peduli tentang uang, jadi aneh saja." lanjut Samudera.

Melati mendengarkan setiap kata yang Samudera ucapkan dengan seksama. Ia mengikuti arah pandang Sam, dan berpikir keras.

Jika mereka memang sedekat itu, kenapa Aisyah pergi? Dan, jika Aisyah memang matre, kenapa dia harus berhenti bekerja? Bukankah menyenangkan, mendapat uang sebanyak itu dari sekotak coklat?

Cukup lama mereka menunggu, hingga sore tiba, dan Aisyah keluar dari tempat itu. Mereka mengikutinya, dan anehnya, gadis itu masuk ke sebuah klinik Ibu dan Anak.

Apa dia hamil?

"Ayo turun!"

Mereka masuk ke dalam dan mendapati Aisyah masuk ke ruangan dokter. Mereka menunggu hingga gadis itu keluar dari sana.

Aisyah keluar dari sana dengan senyum mengembang dan buku hasil USG di tangannya.

Tanpa permisi, Samudera menghampiri Aisyah dan merebut buku hasil USG yang dipegangnya. Dilihatnya foto janin itu dengan kening yang berkerut dan tatapan tajam.

"Apa ini anak Bara?" tanya Sam tanpa basa-basi.

"Apa yang Abang lakukan di sini?" pekik Aisyah kaget.

"Jawab pertanyaan abang, Syah!"

"Di luar saja. Ada banyak orang di sini." kata Aisyah kemudian berlalu meninggalkan mereka. Tentu saja kedua insan tersebut langsung mengikutinya.