Kafe dengan gaya minimalis yang terkesan dari depan membuat Evelyn nyaman dengan keadaan sekitar. Keadaan yang penuh keheningan dengan lagu-lagu klasik yang terputar dan terdengar elok di telinga. Kafe ini adalah sejarah saksi bisu dari hubungannya dan Robert. Di mana saat pertama kali Robert dan Evelyn bertemu di sini. Di mana saat pertama kali Evelyn mengenal Robert di sini juga.
Media sosial itu juga sangat berjasa bagi kedua insannya. Media sosial yang mempertemukan mereka berdua. Hingga akhirnya mereka berdua membuat jadwal pertemuan pertama di kafe penuh cinta ini.
Dinding putih yang dihiasi ornamen simpel membuat ciri khas kafe tersendiri, sampai saat ini Evelyn masih tetap takjub dengan tempat persinggahannya.
Evelyn melangkahkan kakinya, tersenyum simpul saat sang kekasih sudah duduk di tempat biasa dengan tenang, ada minuman dan makanan yang sudah dipesan juga di sana. Hal tersebut semakin membuat Evelyn jatuh hati saja.
"Hai, Sayang!" sapa Evelyn sambil mengecup bibir Robert singkat, tersenyum simpul lalu duduk di hadapan sang tambatan hati.
"Hai, Sayang! Kamu seperti biasa deh, tetap cantik. Padahal terakhir kali kita ketemu belum lama ini, ya. Tapi ternyata pesona kamu tetap sama, sama-sama cantik saja."
Robert tetaplah Robert, sikapnya yang romantis, sikapnya yang manis adalah ciri khas tersendiri dari pria itu. Kulit putih bersihnya memancarkan rona merah yang Evelyn yakini Robert tersipu malu dengan kecantikan Evelyn. Terlalu percaya diri memang.
"Bisa aja deh kamu! Aku tuh kangen banget sama kamu, akhir-akhir ini gak bisa pergi ke mana-mana karena aku tidur di rumah ibu, ibu minta aku jangan keluar main dulu soalnya mau ada saudara yang datang gitulah, makanya aku disuruh bantuin siapin semuanya." Benar, itu semua hanyalah alibi Evelyn saja. Evelyn hanya berbohong, Evelyn tidak mau mengatakan yang sejujurnya. Masa iya Evelyn harus mengatakan kalau ia akan menikah, lantas apa yang terjadi dengan hubungannya dan Robert? Tentu saja akan hancur berantakan.
Robert mengangguk, mempercayai Evelyn. Semenjak dulu Robert dan Evelyn memang sama sekali tidak pernah menyimpan curiga. Menurut mereka berdua hubungan itu karena cinta, menurut mereka berdua hubungan itu karena saling percaya. Percuma jika cinta tanpa saling percaya, ibarat dinding yang menggunakan bahan-bahan lemah, tak akan kokoh.
"Kamu tau gak, Sayang? Ada banyak banget produk yang mau jadiin aku ambassador mereka dong. Aku seneng banget. Pokoknya aku akan menjadi super model di tahun ini. Aku pasti akan jadi model terbaik yang memenangkan ajang pertandingan model nanti. Aku juga lagi mempersiapkan diri untuk seleksi model gitu, nanti kalau misalnya aku terpilih, aku bakalan ikut lomba jadi putri negara. Seneng banget deh aku! Tahun ini adalah tahun terbaikku. Semoga aja aku lolos, doain ya."
Seperti biasa, Evelyn selalu menceritakan apa saja yang menurutnya pantas diceritakan. Gadis itu tersenyum riang dan menceritakan semuanya dengan lugas, model adalah cita-citanya dari kecil, menjadi puteri negara adalah impiannya baru-baru ini. Menjadi model yang go internasional juga incarannya yang pasti. Semoga saja memang benar, ia mampu menjadi model terbaik. Semoga saja wajahnya terpampang di mana-mana. Di koran ada, di majalah ada, di televisi ada, jadi bintang iklan, jadi ambassador, serta banyak lagi lainnya.
"Aku selalu doain kamu, kok. Semoga semua impian kamu terwujud, ya. Semoga semua keinginan kamu tercapai. Kekasihku ini adalah yang terbaik, yang segalanya. Gak mungkin kalah melawan siapapun juga, dong." Robert mengusap lembut rambut Evelyn, mengecup singkat punggung tangan gadisnya itu.
"Tunggu sebentar, aku ada sesuatu buat kamu," imbuh Robert sambil merogoh saku celananya. Celana yang berwarna hitam itu selalu menjadi identitas Robert, celana yang sangat pas dikenakan dengan Robert. "Tapi kamu harus tutup mata dulu."
Sesuai permintaan, Evelyn pun langsung menutup matanya, turut penasaran atas apa yang akan diberikan oleh sang kekasih.
Robert mengeluarkan kotak merah yang cukup mencolok dari saku celananya, membukanya perlahan dan tersenyum simpul. "Yuk buka matanya setelah hitungan ketiga. Satu, dua, tiga."
Dengan mata yang memancar terkejut, Evelyn menutup mulutnya, tak percaya jika Robert akan memberikan hal seperti ini. Evelyn jadi tambah yakin jika Robert memang lelaki yang pas untuknya, Robert pasti tidak akan mempermainkannya. Robert pasti akan menikahinya saat cerai dengan Davit kelak. Ya, itu pasti dan wajib.
Sebuah kalung indah dengan simbol hati yang terbelah membuat Evelyn tersenyum sempurna, romantisnya Robert ini memang sangat kentara. Romantisnya Robert ini memang sangat pas dan manis. Evelyn tambah jatuh cinta dengan pria di hadapannya.
"Kalung hati untuk sang pujaan hati," ujar Robert dengan tersenyum, pria itu mengeluarkan kalung berlian yang ia beli dari kotak dan langsung memasangkannya ke leher Evelyn.
"Cantik banget sih pacarnya Robert," goda Robert dengan senyum manis yang membuat matanya terlihat sipit seperti bulan sabit.
Evelyn terkekeh sejenak sambil memukul lengan Robert, salah satu kebiasaan perempuan saat tertawa memang demikian bukan? Selalu memukul seseorang yang ada di sebelahnya.
"Ada-ada aja deh kamu! Kamu juga baik, kamu ganteng, kamu segalanya. Aku jadi bangga banget bisa dapetin kamu. Kamu itu cowok idaman yang aku syukuri sampai detik ini. Kamu itu anugerah yang Tuhan berikan yang bisa aku syukuri. Pokoknya segalanya buat kamu."
"Aku sayang banget sama kamu, Evelyn. Gak pernah sesayang ini sama kamu. Beruntung banget bisa kenal kamu, bisa dapetin kamu. Seorang model papan atas yang memang gak pernah terbayangkan di pikiran aku sebelumnya. Kamu itu sempurna, kamu itu segalanya. Makasih, ya."
***
Evelyn mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, tersenyum saat kejadian yang terjadi beberapa jam lalu mampu mendistraksi pikirannya. Robert itu memang segalanya bagi Evelyn. Evelyn tidak mungkin senyum-senyum seperti ini jika tidak ada Robert di hidupnya. Evelyn pasti akan bosan di kamar jika hari ini ia tidak keluar menemui Robert, ya itu pasti.
Sampai kapanpun Evelyn akan selalu menyayangi Robert, sampai kapanpun Evelyn akan selalu yakin dengan Robert. Evelyn yakin bahwa Robert memang jodoh yang Tuhan kirimkan untuknya. Evelyn yakin jika Robert adalah anugerah Tuhan yang memang tercipta hanya untuk Evelyn.
Sebentar saja, semuanya akan menjadi milik Evelyn. Semuanya akan menjadi segala hal yang indah. Semuanya akan menjadi sesuatu yang bermakna. Evelyn yakin dirinya akan menikah dengan Robert. Evelyn yakin dirinya akan menjadi istri Robert, satu tahun lagi Evelyn. Dan semuanya akan menjadi kenyataan. Semua penderitaan saat menikah dengan Davit nanti akan tergantikan dengan Robert. Robert akan menemani Evelyn kapanpun dan di manapun. Robert akan selalu menjadi bagian terpenting. Hanya perlu bersabar sebentar lagi saja.