Jakarta, 27 November 2020
Bryana mengemudikan Ferrary Spider berwarna merah miliknya dengan kecepatan rata-rata. Dia sedang dalam perjalanan menuju sekolah Calvin. Janda muda blasteran Indo-Eropa itu akan menjemput putranya yang saat ini sedang menjalani pendidikan tingkat Paud.ย
Setelah menempuh perjalanan hampir 15 menit, Bryana tiba di sebuah gedung sekolah paling bergengsi di Jakarta. Terdapat beberapa ruang kelas khususย untuk murid 0 kecil dan 0 besar. Adapula wahana bermain, perpustakaan, tempat untuk kegiatan olah raga dan ekstra kurikuler untuk mengembangkanย bakat para anak sejak dini.
Bryana segera keluar dari mobil sembari menenteng tas branded berwarna merah marun. Itu sepadan dengan mini dress hitam yang dipadu dengan blus berwarna putih yang dia kenakan. Janda dengan rambut blonde yang panjang terurai itu berjalan santai menghampiri putra sematawayangnya yang sudah menunggu di depan ruang kelas bersama baby sister nya.
"Hay, Cal. Apa kamu sudah menunggu terlalu lama?"
Bryana berjongkok menatap Calvin yang tampak ketus meliriknya. Bocah berusia empat tahun itu tampaknya sedang tidak mood karena ibunya terlambat menjemput.
"Jangan marah, tadi mama sangat sibuk. Jadi agak terlambat menjemputnya," ucap Bryana sembari mengangkat Calvin dan menggendongnya menuju mobil.ย
Baby sister Calvin yang bernama Lauren pun berjalan di belakang Bryana yang sedang menggendong putranya sembari membawakan tas sekolahnya.
___
Saat dalam perjalanan menuju pulang ke rumah, tiba-tiba ada segerombolan orang berpakaian formal serba hitam menghadang jalan yang akan dilintasi mobil Bryana. Kebetulan saat itu sedang sepi dan jauh dari keramaian.
Bryana segera menghentikan mobilnya dan keluar menghampiri gerombolan orang itu. Dia seakan tidak punya rasa takut menghadapi mereka.
"Pasti kalian suruh Alex, Kan? Berapa banyak uang yang dia bayarkan pada kalian untuk menggangguku? Aku akan membayar lebih jika kalian mau berhenti dan berbalik melawan dia!"
Bryana berbicara dengan percaya diri dan penuh keberanian. Baginya, seberapapun uang yang harus dia keluarkan untuk melindungi putranya tidak akan membuatnya rugi. Karena janda muda itu memiliki kekayaan lebih banyak daripada mantan suaminya.
"Jangan mencoba merayu kami dengan uang anda, Nyonya. Sebaiknya biarkan Calvin ikut bersama kami menemui tian Alex," ucap salah satu pria berbadan kekar dan memakai kacamata hitam.
"Sudah lah, kalian kembaฤผi pada bos kalian saja. Karena aku tidak akan membiarkan Calvin lepas dariku!" seri Bryana denga tegas, lalu berbalik kembali ke mobilnya.
Para pria itu tampaknya tidak peduli dengan siapa mereka berhadapan. Mereka mengikuti Bryana dan memegang kedua tangannya, sedangkan yang lain menuju mobil untuk mengambil Calvin.
"LEPASKAN AKU!" Jangan sentuh anakku atau kalian akan terima akibatnya!" Bryana meronta-ronta sembari mengancam.
"Mama ... mama ...!" Calvin berteriak dan menangis karena takut pada para orang suruhan ayahnya. Sedangkan Lauren, hanya bisa berdiam diri di dalam mobil karena sudah di ikat.
"Hey, jangan ambil anakku!" seru Bryana sembari menatap tajam pria yang menggendong Calvin dan memasukannya ke mobil. Dia takut putranya itu akan dibawa pada mantan suaminya, lalu akan diajak pindah ke luar negeri.
Saat suasana sedang kacau, sebuah mobil berhenti di dekat mobil Bryana. Terlihat pria bertubuh gagah dengan brewok tipis di rahang tegasnya, keluar dari mobil dan berjalan mendekati gerombolan yang sedang menyandera janda muda itu. Dia tidak sendiri, tetapi bersama beberapa bodyguard yang mengikutinya dari belakang.
"Lepaskan Mereka!" seru Raymond, kakak Bryana. Karena Lauren diam-diam mengirim pesan padanya saat majikannya sedang berbincang dengan para pria suruhan Alex.
"Tidak akan, karena Calvin harus Ikut bersama tuan Alex pindah ke Paris!" balas salah satu pria.
Raymond mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu menoleh ke belakang mengisyaratkan para bodyguard nya untuk menyerang gerombolan pria suruhan Alex.
Bryana pun terlepaskan karena dua oroa yang memeganginya mulai diserang oleh bodyguard Raymond. Dia segera berlari menghampiri Calvin yang sudah berada di mobil dan sudah mulai melaju. Janda muda itupun panik serta merasa takut anaknya sudah berhasil dibawa kabur.
"Bryana, cepat naik!"seru Raymond dari mobil. Dia sengaja mengalihkan perhatian para pria suruhan Alex dengan serangan bodyguard nya, sedangkan dia bersiap mengejar mobil yang membawa Calvin.
Bryana berlari menghampiri Raymond dan segera naik ke mobil. Kakaknya itu segera mengemudi dengan kecepatan tinggi mengejar mobil yang membawa keponakannya.
"Hati-hati, Kak. Kita bisa membahayakan Calvin juga!" Bryana tampak ketakutan karena Raymond mengemudi dengan kecepatan tinggi.
Dengan kelincahannya mengemudi, Raymond berhasil menyalip mobil yang membawa Calvin dan menghadangnya.
Ckitt ....
Mobil itupun berhenti mendadak dan hampir menabrak mobil Raymond. Calvin yang tidak memakai seat belt pun terbentur pada bagian sampiลg setir dan membuat kepalanya berdarah. Sopir yang tidak terluka segera keluar menghadapi Raymond yang sudah berdiri menantangnya.
"Kembalikan keponakanku atau kamu akan mati di sini juga!" seru Raymond.
"Langkahi dulu mayatku!" balas supir itu dengan nada menantang.
Akhirnya Raymond dan supir itupun berkelahi dengan sengit. Sedangkan Bryana segera menghampiri Calvin yang masih berada di dalam mobil. Dia panik saat melihat putranya itu terluka dan pingsan.Janda muda itu segera membopong anaknya dan membawanya ke mobil sang kakak.
Hanya butuh waktu lima menit, Raymond berhasil mengalahkan supir itu. Karena dia memang pandai berkelahi. Pria itu segera kembali ke mobil dan segera mengemudikannya menuju rumah sakit.
"Ya Tuhan, anakku terluka karena masalah ini lagi." Bryana menangis sembari memeluk Calvin yang masih pingsan dengan kepala berdarah.
"Tenangkan dirimu, jill. Calvin akan baik-baik saja," ucap Raymond. Dia terbiasa memanggil Bryana dengan sebutan "Jill", itu merupakan panggilan sayangnya sebagai seorang kakak.
"Alex benar- benar keterlaluan! Aku tidak akan membiarkan dia merebut Calvin dariku!"
"Bukankah hak asuh jatuh padamu? Seharusnya dia tidak boleh melakukan ini."
"Entahlah, Kak. Dia tidak takut melawan hukum." Bryana menatap sendu Calvin yang masih saja pingsan. "Cepat, Kak. Dia semakin pucat!" serunya dengan panik.
Raymond menambah kecepatan mobilnya hingga hanya butuh waktu sepuluh menit tiba di sebuah rumah sakit. Dia segera memarkirkan mobilnya dan membopong Calvin memasuki rumah sakit. Para perawat pun segera menyambut dengan brankar yang siap membawa anak itu menuju ruang UGD.
Sudah hampir 30 menit Bryana menunggu di depan ruang UGD bersama Raymond. Dia mondar-mandir bak setrikaan karena kalut dan khawatir pada keadaan Calvin.
"Duduklah, Jill. Aku ingin memberi solusi untukmu," seru Raymond.
"Apa saranmu, Kak?" tanya Bryana sembari mendudukkan dirinya di kursi sejajar dengan Raymond.
"Demi keamanan dirimu dan Calvin, Aku akan sewa bodyguard untuk menjaga kalian. Karena aku harus segera kembali ke London," ucap Raymond.
"Apa itu tidak berlebihan, Kak?" tanya Bryana.
"Tidak," jawab Raymond, lalu menatap sendu Bryana yang tampak sedih. "Aku akan mengurus semuanya dan aku pastikan pria brengsek itu tidak bisa mengganggu kalian lagi!'
"Jika memang itu yang terbaik untukku dan Calvin, aku akan terima, Kak," ucap Bryana. Karena dia tidak ingin anaknya kembali terluka. Bahkan saat ini belum ada kabar bagaimana keadaannya.
Janda muda itu akan sangat merasa gagal menjadi seorang ibu karena tidak bisa menjaga anaknya jika hal buruk terjadi pada Calvin. Karena dirinya lah yang memaksa minta cerai daripada dimadu oleh Alex yang kepergok memiliki hubungan dengan wanita lain.