Chereads / Suamiku adalah Mantan Kekasihku / Chapter 18 - 18. Sahabat Kecil

Chapter 18 - 18. Sahabat Kecil

Davit mengangkat satu kakinya saat di hadapannya muncul seorang pria tampan yang tak kalah berwibawa daripada Davit. Pria itu berkisar usia dua puluh lima tahun dan sedang memimpin perusahaan yang cukup terkenal. Jangkauan serta relasi di mana-mana membuat pria di hadapan Davit ini mendapatkan wanita yang tak pernah ia duga sebelumnya.

"Kamu mau nikah masih santai aja, Nath!" tegur Davit pada pria tersebut. Ya, namanya Nathan, sahabat lama Davit, sahabat yang Davit kenal sejak kecil, sahabat yang dulunya menjadi tetangga sebelah rumah Davit. Davit mengenal Nathan sekitar dua puluh tahun lalu, di mana Nathan saat itu berusia lima tahun dan Davit berusia empat tahun.

Lusa nanti Nathan akan melangsungkan pernikahan, namun pria tersebut masih santai saja bermain play station tanpa memikirkan apapun, padahal Davit yang pernikahannya sekitar lima hari lagi sudah gugup setengah mati, sangat-sangat berbanding terbalik dengan Nathan.

"Santai aja kali, menikah gak akan mengubah apapun," jawab Nathan dengan wajah yang masih terfokuskan kepada layar play station.

"Emang gak mengubah apapun sih, tapi kamu gak merasa aneh gitu? Gak gemetar? Gak takut? Atau gak merasakan sesuatu yang memang wajar terjadi oleh pria yang mau menikah?" tanya Davit memastikan.

For your information, Nathan sama sekali tidak tahu jika Davit akan melangsungkan pernikahan, apalagi dengan Evelyn yang notabenenya mantan kekasih Davit. Davit menjaga privasi hubungannya, seperti permintaan Evelyn mengenai menutupi segala hal.

"Enggak. Aku gak takut, aku gak khawatir, aku gak gemetaran dan semuanya. Menurutku itu adalah hal yang wajar, justru aku sangat tidak sabar menikah dengan gadis impianku. Menikah itu ibadah, aku gak perlu khawatir bukan saat melangsungkan ibadah? Yang terpenting aku melakukan semuanya di jalan yang benar, di jalan yang memang tepat."

Benar juga, untuk apa khawatir hanya karena pengubahan status? Yang awalnya belum menikah menjadi menikah, hanya itu saja. Tidak usah lebay, semua orang pasti nanti akan mengalaminya. Namun, masalah yang terjadi dengan Davit bukan demikian.

Davit khawatir bukan karena pernikahan tersebut, Davit justru menginginkan pernikahan tersebut, sangat menginginkannya. Dari dulu Davit memang mendambakan menikah dengan Evelyn. Dari dulu Davit memang menginginkan Evelyn menjadi kekasih hatinya. Ya, memang dari dulu, dan beruntungnya Davit bisa mendapatkan itu semua.

Berkat Tuhan memang tak semena-mena, namun yang Davit khawatirkan adalah pernikahan kontrak. Pernikahan yang sama sekali tidak Davit inginkan. Pernikahan yang sama sekali tidak Davit idamkan, tidak Davit incar namun sialnya harus ada dan harus terjadi. Menyebalkan sekali, bukan?

"Memangnya kenapa? Kamu mau menikah? Kenapa akhir-akhir ini kamu terlihat seperti kebingungan? Kenapa juga akhir-akhir ini kamu sering menanyakan perihal pernikahan?" tanya Nathan sambil meletakkan stik play station di atas meja, mengambil kue kering coklat dan memakannya dengan lahap.

Davit yang ditanya seperti itu langsung kelimpungan, ingin menjawab namun sangat kelu. "Ah iya, tidak mungkin juga kau menikah. Setahuku kau tidak pernah dekat dengan perempuan semenjak putus dari Evelyn," sambung Nathan masuk akal.

Sejauh ini memang Davit tidak pernah berhubungan dengan perempuan manapun, mungkin efek Davit yang tidak bisa move on dari Evelyn.

Davit yang merasa aman hanya bisa merotasikan bola matanya, malas ketahuan juga. Biarkan pernikahan kontrak ini hanya keluarganya yang tahu, tak perlu ada sahabat, tak perlu ada rekan bisnis, atau yang lainnya.

"Revan tidak pulang dari Inggris, kah?" tanya Davit mulai mengalihkan topik. Revan adalah sahabat kecil mereka juga. Usia Revan sama dengan usia Nathan. Revan juga masih sibuk dengan status jomblonya. Masih memperjuangkan gelar di universitas terbaik dunia membuat Revan jarang berada dan berkumpul bersama dengan Nathan dan Davit.

"No. Dia sedang mengejar skripsi makanya tidak bisa pulang kemari. Tak apalah, nanti aku ceritakan saja bagaimana serunya menikah, supaya dia bisa menyusul."

Ada raut wajah tak senang dari Nathan, hal tersebut bisa dirasakan oleh Davit. Davit sangat tahu jika pernikahan ini adalah pernikahan yang sangat Nathan impikan, pernikahan yang sangat Nathan harapkan dan ingin mengundang semua sahabatnya, terlebih sahabat kecilnya.

"Sabar, ya. Sebentar lagi juga Revan akan kembali. Semoga saja skripsinya lancar, semoga dia juga bisa kembali dengan membawa gelar sarjana yang ia impikan. Dia pasti bisa menyelesaikan semua mimpinya. Seperti aku yang sedang memimpin perusahaan, bermimpi bahwa perusahaanku akan sukses, seperti kamu yang memimpikan pernikahan, kamu yang memimpikan perusahaan maju. Kita semua pasti akan memperjuangkan semuanya dengan baik. Kita semua pasti bisa, kok."

"Thanks, ya. Kamu juga harus menikah. Kamu juga harus merasakan bagaimana indahnya jatuh cinta. Tenang saja, jatuh cinta tidak hanya perihal trauma saja, kamu pasti akan mendapatkan kebahagiaan di dalam jatuh cinta tersebut. Evelyn mungkin bukan jodohmu. Kamu harus melupakan Evelyn dan mengenal perempuan lain."

Masalahnya tidak semudah itu, Evelyn masih tetap berada di dalam hati Davit. Masalahnya tidak semudah itu, seburuk apapun Evelyn, Davit akan selalu mencintainya. Masalahnya tidak semudah itu, Evelyn justru akan menikah dengan Davit, namun pernikahan kontraklah yang akan terjadi di antara mereka berdua. Bagaimana Davit bisa menceritakan segalanya? Bagaimana Davit bisa mengatakan dan menyadarkan Evelyn?

Bagaimana caranya Davit bilang ke Evelyn kalau Davit masih mencintainya? Davit adalah laki-laki kaku yang akan tetap kaku, datar, tidak bisa mengekspresikan perasaannya.

"Semuanya tidak semudah itu," ujar Davit lesu.

"No, semuanya pasti mudah jika ada kemampuan dan kemauan, mau untuk berubah, mau untuk melupakan, mau untuk menghilangkan rasa," balas Nathan lagi.

"Tapi aku tidak mau. Aku masih mau bersama dengan Evelyn. Evelyn masih menjadi satu-satunya yang ada di hatiku. Evelyn masih menjadi segalanya. Evelyn itu segalanya bagiku."

"Terserah kamu saja. Aku sudah pernah mengatakan ini, diingat baik-baik. Yang namanya selingkuh itu bukan masalah khilaf, selingkuh itu dilakukan secara nyata, dilakukan secara sadar. Dan selingkuh itu candu yang tiada hentinya. Jangan pernah memberikan kesempatan untuk mereka yang mendua."

***

Davit masih memikirkan apa yang Nathan katakan tadi, di mana Nathan mengingatkan Davit jika selingkuh itu dinyatakan tanpa khilaf, selingkuh itu bukan sesuatu yang dilakukan tanpa sadar. Masalahnya Evelyn yang tidak mau memberikan kesempatan, masalahnya Evelyn yang menutup hatinya demi Davit. Evelyn yang tidak mau kembali.

Saat ini Davit sedang berada di balkon kamarnya, menatap bintang di malam hari, memikirkan apa yang selanjutnya akan terjadi. Semoga saja yang terjadi adalah yang terbaik. Semoga saja ke depannya semua akan berjalan dengan lancar. Ya, semoga saja. Hanya itu yang bisa Davit harapkan.

Davit menarik napas dalam-dalam, besok ia harus bangun pagi dan menjemput Evelyn. Besok ia akan pergi ke pantai bersama dengan Evelyn.