Sekarang sudah jam pulang sekolah. Seperti biasa Daisy pulang bersama Rian, tapi hari ini Daisy meminta Rian untuk mengantarkannya ke butik milik Rani, ibu kandungnya.
Namun sekarang Daisy sedang berada di parkiran tempat mobil Rian terparkir. Tadi sebelum bel pulang sekolah, Rian mengirim pesan kepada Daisy untuk menunggu dirinya di kelas dari pada di parkiran.
Tapi Daisy lebih memilih menunggu di parkiran. Karena Daisy sedikit penakut jika menunggu di dalam kelas sendirian.
Sudah lima belas menit, tapi Rian masih saja belum memperlihatkan batang hidungnya. "Rian ngurusin urusan OSIS apa urusan negara sih? lama banget ih!" Daisy memasukkan handphone kedalam tasnya.
Karena lelah berdiri, Daisy memutuskan untuk duduk diatas kap mobil sambil bersenandung kecil.
Tak lama kemudian Daisy melihat Rian yang sedang berlari ke arahnya. "Kok lama banget?" Daisy turun dari atas kap mobil.
"Tadi ada masalah sedikit jadi lama deh." Rian mengeluarkan kunci mobil dari dalam kantong celananya.
"Jadi ke butiknya?" tanya Rian sambil memakai sabuk pengaman.
"Jadi, soalnya aku udah lama gak main ke butik Mama," jawab Daisy yang juga sedang memakai sabuk pengamannya.
Setelah selesai memakai sabuk pengaman, Rian langsung menyalakan mobilnya dan pergi menuju butik Rani.
* * * *
Rani sedang memperhatikan beberapa baju yang dipajang di butik miliknya ini. Sambil berbincang-bincang dengan Hilda yang kebetulan sedang berkunjung ke sini.
"Sudah lama sekali aku tidak berkunjung ke sini," ucap Hilda yang juga ikut melihat-lihat model baju untuk ia beli dan setiap sudut ruangan toko butik.
"Tidak ada yang berubah semuanya sama seperti dulu." Hilda melemparkan senyuman ke pada Rani.
"Aku tidak akan pernah merubah semua yang ada disini. kau tau Hilda, disini banyak sekali kenangan bersama keluarga kecilku." Rani pindah ke baju yang dipasangkan di patung manekin yang ada disebelahnya.
"Yang ini bagus," ucap Hilda saat menemukan baju yang ia suka.
"Amel, tolong bungkus baju yang ini yaa." Rani memanggil pelayannya yang bekerja di toko butiknya.
Setelah itu Rani kembali ke ruang kerjanya yang berada di toko butiknya, dengan diikuti oleh Hilda dibelakangnya.
Saat berbincang-bincang sedikit dengan Hilda, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu ruang kerjanya. "Siapa?" tanya Rani.
"Ini Lia Ma," jawab Daisy. Sebenarnya bisa saja Daisy langsung masuk tanpa harus mengetuk pintu terlebih dahulu, tapi Daisy takut saja jika Ibunya sedang ada tamu, yang ada nantinya ia malah jadi mengganggu.
"Masuk aja sayang." Setelah diberi Izin, Daisy langsung masuk dan menghampiri ibunya.
"Ini Lia tadi mampir ke toko kue langganan Mama, terus Lia liat ada kue sus kesukaan Mama jadi Lia beli deh," jelas Daisy sambil mengangkat kantong plastik yang berisi kue sus.
"Daisy?" panggil Hilda. Ini baru pertama kali Hilda bertemu lagi dengan Daisy secara langsung.
"Iya?" Daisy benar-benar tidak sadar jika ada orang lagi selain dirinya di sini.
"Lia sayang, ini Tante Hilda, ibunya Rian." Rani memperkenalkan Hilda kepada Daisy.
Daisy terkejut saat mengetahui bahwa yang memanggilnya adalah ibu dari kekasihnya itu. "Halo Tante, maaf Lia gak tau kalo ada Tante disini."
"Gak papa. Sini-sini kita ngobrol nya sambil duduk aja yaa." Hilda mengajak Daisy untuk duduk di sofa.
"Oh iya, kamu kesini sendiri atau sama Rian?" tanya Hilda sambil memegang pundak Daisy.
"Tadi Lia kesini dianterin sama Rian, terus Lia juga udah ngajak Rian untuk mampir kesini tapi kata Rian tadi_" Saat ingin melanjutkan perkataannya, Daisy terdiam saat teringat sesuatu.
Tadi sebelumnya, saat Daisy ingin turun dari dalam mobil Rian, Daisy mengajak Rian untuk mampir sebentar ke butik, tapi Rian menolaknya.
Dengan alasan kalau ibunya sudah menunggunya di supermarket. Namun ternyata Hilda, ibunya Rian berada di sini, di butik milik Rani. Berarti Rian berbohong kepada Daisy.
"Lia, ada apa? kenapa kamu ngelanun?" Tanya Hilda yang hanya dijawab gelengan oleh Daisy.
"Kamu lagi berantem sama Rian?" tebak Rani.
"Enggak! Lia sama Rian baik-baik aja kok, gak berantem," ucap Daisy.
"Tadi di perjalanan, Rian ditelpon sama temen OSIS nya. katanya ada urusan mendadak jadi Rian gak bisa ikut mampir ke sini deh," bohong Daisy.
"Eumm Tante mau kue Sus juga?" tanya Daisy sambil memberikan kue Sus kepada Rani, ibunya.
"Boleh." Daisy memberikan kue Sus kepada Hilda.
* * * *
Dony sedang berkutat dengan laptopnya dan beberapa buku. Dony memilih mengerjakan tugas kampusnya di cafe miliknya sendiri sambil ditemani secangkir kopi.
Cafe Haru, adalah nama cafe Dony. Cafe tersebut letaknya tidak jauh dari kampus tempat Dony menuntut ilmu.
Tadi saat Dony sudah selesai mengerjakan tugasnya dan ingin pulang, tiba-tiba ia ditelpon oleh Rian, katanya ada suatu hal penting tentang Daisy.
Tanpa pikir panjang lagi, Dony langsung menyuruh Rian untuk datang ke cafe miliknya dan menunda untuk pulang ke rumah. Sambil menunggu Rian, Dony pergi ke meja barista untuk membuat kopi sendiri.
Setelah selesai membuat kopi, Dony kembali ke mejanya dengan memegang secangkir kopi. Dony lebih memilih duduk di dekat jendela, karena itu adalah tempat favoritnya.
Tak lama kemudian Rian datang menghampiri Dony. Tanpa meminta izin, Rian langsung duduk saja di bangku yang kosong tepat di depan Dony, sambil meletakkan amplop berwarna merah marun di atas meja.
"Apa itu?" tanya Dony sambil menunjuk amplop tersebut dengan dagunya.
"Buka aja kalo penasaran," jawab Rian sambil melipatkan tangannya di depan dada.
Dony menatap amplop tersebut dengan mata menyipit lalu mengambil amplop nya, sebelum membuka amplop tersebut, Dony membolak-balikan amplop nya lalu ia buka dan membaca isi dari surat tersebut.
To: Daisy Aurellia
Ini masih permulaan Daisy dan karena gue sedang berbaik hati untuk membuat lo ngerasain rasanya yang namanya kebahagian, jadi gue berharap lo bisa manfaatin sisa-sisa waktu lo yang udah tinggal sedikit ini.
From: YourBadLuck
Dony melemparkan surat itu ke atas meja. "Apa-apaan ini? siapa yang buat surat ini?" tanya Dony kepada Rian.
"Rian juga gak tau Kak, tadi Rian nemu surat ini di lantai koridor sekolah, terus Rian penasaran yaudah deh Rian buka dan ternyata itu surat untuk Daisy." Memang tadi saat jalan di koridor Daisy ingin mengambil handphone nya di dalam tas cuman tanpa Daisy sadari ia menjatuhkan surat itu dari dalam tasnya.
Dony menghembuskan napasnya. "Di sekolah ada CCTV?" tanya Dony.
"Ada, soalnya Papa mau kalo sekolahannya ada CCTV supaya muridnya nanti gak ada yang berani macem-macem," jawab Rian.
Dony menjentikkan jarinya. "Yaudah sekarang Kakak mau nanti kamu cek CCTV nya terus kamu liatin semua siswa atau guru yang mencurigakan," perintah Dony.
"Dan jangan lupa kamu kabarin ke Kakak kalo kamu udah ketemu siapa aja yang menurut kamu sangat mencurigakan," sambung Dony.
"Pasti akan Rian kabarin nanti," ucap Rian.
"Oh iya, besok kamu harus siapin mental yaa," ucap Dony yang membuat Rian bingung.
"Karena Kakak yakin pasti kamu bakalan diinterogasi sama Lia. yasudah Kakak mau pulang dulu, tolong bayarin kopi Kakak sama makanannya yaa." Setelah itu Dony pergi meninggalkan Rian yang masih berkelut dengan pikirannya.