Semua murid kelas X-IPA1 berbaris di lapangan sambil merentangkan tangan untuk merapihkan barisan.
Hari ini adalah pelajaran olahraga, semua murid tampak senang disaat jam olahraga. Namun tidak dengan Ella, karena ia selalu mengeluh tentang teriknya matahari.
"Aduh... belum mulai olahraga aja gue dah keringetan nih," keluh Ella sambil mengusap keringat di dahinya dengan punggung tangan sebelah kanan.
Riska mencubit tangan kiri Ella yang masih merentangkan tangannya dan itu mempermudah Riska melakukan aksinya.
Ella meringis kesakitan saat tangannya dicubit oleh Riska. Pasalnya Riska mencubit tangan Ella dengan sangat kencang hingga tangan Ella sedikit memerah.
"Berisik!" Riska melotot kepada Ella saat temannya itu melihat kearahnya.
"Ck, sakit tau!" ucap Ella tak terima jika tangannya dicubit. Namun Riska bukannya meminta maaf, ia malah melotot kepada Ella dan dibalas juga dengan Ella. Jadi seperti aksi saling melotot tanpa boleh berkedip.
"Ella, Riska, baris yang benar, jangan banyak bicara dan menghadap ke depan!" perintah guru olahraga saat menyadari Riska dan Ella yang berbicara.
Mereka berdua pun kembali merapihkan barisannya dan menghadap ke depan.
Setelah barisan sudah rapih mereka semua melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum memulai olahraga nya.
Saat melakukan pemanasan dengan mengangkat satu kaki ke belakang, Ella tidak bisa menjaga keseimbangan nya hingga tangannya reflek memegang bahu Riska yang sedang mempertahankan keseimbangan nya.
Hal itu membuat Riska kaget dan tangannya juga reflek memegang bahu Daisy. Lalu Riska dan Daisy yang sudah berdiri tegak dengan satu kaki akhirnya goyah akibat ulah Ella.
Mereka bertiga pun saling tarik menarik bahu untuk mempertahankan keseimbangan mereka. "Ella, lepasin tangan lo dari bahu gue gak?!" Riska yang badannya goyang ke kanan ke kiri agar kakinya tidak menapak di tanah.
"Ihk... gak bisa! entar yang ada gue jadi jatoh!" Ella yang masih fokus untuk bisa berdiri tegak dengan satu kaki.
"Lo berdua bisa gak sih jaga keseimbangan?" tanya Daisy yang jadi ikut kesal akibat ulah dari Ella dan Riska.
"Gue bisa jaga keseimbangan, tapi nih anak satu ngerusak keseimbangan gue," jawab Riska sambil mencoba melepaskan tangan Ella dari bahunya.
"Lo kalo mau jatoh yaa jatoh aja, jangan ngajak-ngajak gue sama Daisy!" kesal Riska.
Karena sangat kesal, Daisy menurunkan satu kakinya dan langsung mendorong Riska hingga Riska menyenggol Ella dan mereka berdua terjatuh ke tanah.
"Daisy!" seru Riska dan Ella.
"Apa? hah?!" jawab Daisy sambil bertolak pinggang seperti ibu-ibu yang marah kepada anaknya.
"Kok lo dorong kita sih?" tanya Riska yang sedang membersihkan celana olahraga nya yang kotor.
"Kalo gue gak dorong lo berdua entar yang ada gue ikutan jatoh," jawab Daisy.
Murid yang lain hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, dengan tingkah ajaib dari ketiga sahabat itu. Untung guru olahraga sedang izin ke kantor, jadi Daisy, Ella dan juga Riska tidak akan ketahuan.
* * * *
Daisy, Ella dan juga Riska sedang berjalan di koridor sambil memegang botol air minum yang baru saja mereka beli di kantin sehabis olahraga.
Sebelum balik ke kelas mereka bertiga duduk di kursi taman yang berada di samping sekolahan untuk istirahat sambil menikmati semilir angin.
"Huft! enak banget sumpah disini adem," ucap Riska yang menyenderkan punggungnya ke punggung bangku taman.
"Geseran dikit dong, Riska! gue juga capek nih mau duduk," suruh Ella.
"Ihh... kurang, geseran lagi dong. itukan sebelah lo masih luas," ucap Ella sambil mendorong Riska untuk geser ke sebelah kiri.
Karena merasa risih, akhirnya Riska membenarkan posisi duduknya menjadi tegak. "Udah tau di sebelah gue masih luas kenapa gak lo duduk disitu aja!"
"Gak mau, gue maunya duduk di tengah," tolak Ella.
"Tuh, tuh, tuh, puas lo!" Riska yang akhirnya geser ke sebelah kiri.
"Puas banget..." jawab Ella.
"Udah deh lo berdua tuh gak usah ribut lagi, cukup tadi di lapangan aja kalian ribut," ucap Daisy yang sepertinya sudah capek menghadapi Riska dan juga Ella.
"Siapa juga yang mau ribut," ucap Ella.
"Tau nihh, orang kita gak ribut yaa," sambung Riska yang membenarkan ucapan Ella.
Daisy hanya bisa terdiam menanggapi perkataan Ella dan Riska. "Huft! seterah kalian berdua dah."
Ketika mereka bertiga sedang asyik beristirahat di taman. Tiba-tiba Riska teringat bahwa dia belum mengerjakan PR Biologi.
Saat Daisy dan yang lainnya ingin ke koridor dan kembali ke kelas, ada sebuah pot bunga yang jatuh dari lantai dua.
Dari kejauhan Rian melihat ada seseorang yang sengaja ingin menjatuhkan pot bunga itu dan menimpa ke kepala Daisy yang ada di bawah.
"Daisy awas!" teriak Rian yang dengan cekatan, ia langsung menarik Daisy menjauh. Namun hal itu membuat Daisy berhambur dipelukan Rian.
Dan pot bunga tersebut pecah akibat jatuh ketanah, bahkan murid yang lainnya ada yang berteriak akibat suara pecahan dari pot tersebut.
"Kamu gak apa-apa?" tanya Rian panik sambil mengusap kepala Daisy.
"A-ak-aku gak apa-apa, cuman sedikit kaget aja," jawab Daisy dengan kikuk.
"Bagus kalo kamu gak kenapa-napa." Rian kembali memeluk Daisy dengan erat. Karena ia enar-benar merasa takut jika kekasihnya itu kenapa-napa.
"Kalian semua kenal sama orang yang tadi jatuhin pot bunga?" tanya Rian kepada semua murid yang sedang menyaksikan kejadian tadi.
"Dia Rama, murid dari kelas X-IPS," jawab murid perempuan yang rambutnya di kuncir satu.
"Sayang, kamu balik ke kelas yaa, sama nanti biar aku yang jemput kamu di kelas. jadi kamu gak perlu nunggu di parkiran," ucap Rian yang hanya ditanggapi anggukan oleh Daisy.
Sebenarnya Daisy masih belum bisa mencerna semua kejadian yang terjadi barusan. Itu semua akibat dari Rian yang menarik tangan Daisy secara tiba-tiba hingga membuat Daisy kaget, ditambah dengan teriakan dari murid yang lainnya.
"Ada apa ini... kenapa rame banget?" tanya Bobby kepada murid yang berkerumunan.
"Mungkin ada yang baru jadian kali," jawab Galang seadanya. Karena pikir galang ada cowok yang sedang menyatakan cintanya kepada pujaan hati di taman sekolah.
"Loh Rian, ini ada apa?" tanya Dengan saat melihat ada Rian dan Daisy di taman.
"Riska, Ella, bawa Daisy ke kelas." Setelah itu Rian pergi entah kemana tapi sepertinya Rian ingin menemui seseorang yang sudah ingin mencelakai Daisy.
Sementara Daisy dan kedua sahabatnya kembali ke kelas. "Udah-udah kalian semua bubar, bentar lagi bel sekolah bunyi!" Bobby yang menginterupsi semua murid untuk kembali ke kelas mereka masing-masing.
* * * *
Rian mendorong lelaki yang bernama Rama hingga membentur tembok. "Buat apa lo celakain Daisy, hah?!"
"Gu-gue gak sengaja tadi ngejatohin pot nya," jawab Rama yang ketakutan.
"bohong!" Rian meninju perut Rama, hingga Rama jatuh tersungkur ke lantai koridor.
Rama meringis kesakitan sambil memegang perutnya yang ditinju oleh Rian.
"Gue tau pasti lo itu sengaja ngejatuhin pot bunganya," ucap Rian yang memegang dagu Rama dengan kencang sambil melayangkan tatapan tajamnya kepada Rama.
"Su-sum-sumpah gue sama sekali gak_" omongan Rama terpotong saat Rian kembali meninju Rama. Namun kali ini bukan di perut, melainkan di pipi.
Karena Rama terus saja mengatakan bahwa ia tidak sengaja, hal itu semakin membuat Rian murka. Bahkan Rian meninju wajah Rama tampa ampun, hingga wajah Rama memar dan sudut bibirnya mengeluarkan darah.
"Rian udah stop." Denta dan Galang yang berusaha menghentikan Rian yang sudah dikuasai oleh amarahnya sendiri.
Sampai akhirnya Bobby meninju wajah Rian, berharap Rian sadar dan berhenti bertindak konyol seperti barusan.
"Inget Rian, kita masih di sekolahan! dan lo itu ke tua OSIS, harusnya lo kasih contoh yang benar ke murid yang lainnya," ucap Bobby setelah memberikan satu pukulan ke Rian, dan hal itu berhasil membuat Rian berhenti.
Tanpa berlama-lama, Bobby, Denta dan Galang langsung membawa Rian pergi dari hadapan Rama, takut-takut Rian kembali menghajar Rama secara membabi buta.