Chereads / Daisy Chain / Chapter 31 - Leucanthemum vulgare berlumur darah

Chapter 31 - Leucanthemum vulgare berlumur darah

Daisy dan Ella baru saja tiba di kelas. Namun mereka berdua melihat kotak kecil berwarna abu-abu yang sudah bertengger manis di atas meja Daisy.

"Ciee... kayanya ada pengemar rahasia nih!" Ella menyenggol pundak Daisy.

"Masa sih?" Daisy yang kurang percaya dengan ucapan Ella barusan.

Ella mengangkat pundaknya. "Entah, tapi ayo dong buka kotaknya, gue penasaran nih sama isinya," ucap Ella dengan antusias.

Daisy langsung mengambil kotak tersebut dan membukanya dengan perlahan saat kotak itu sudah kebuka, Daisy mematung karena di dalam kotak itu terdapat bunga Leucanthemum vulgare yang berlumur darah.

"Daisy, isinya apa? cincin, kalung, berlian atau-atau apa?" tanya Ella yang penasaran dengan isinya dan juga Ella bingung dengan ekspresi Daisy yang menurutnya sulit diartikan.

Karena Daisy tak kunjung menjawab pertanyaan nya jadi Ella memutuskan untuk mengambil alih kotak tersebut dari tangan Daisy. Sementara Daisy masih mematung karena ia tau arti dari bunga yang berlumur darah itu.

"AAA!" Ella spontan menutup kembali kotak itu dan meletakkannya di atas meja Daisy, sambil berteriak histeris saat melihat isi dari kotak tersebut.

Teriakan Ella membuat semua murid yang berada di kelas memperhatikan Ella dan juga Daisy. Bahkan Riska yang masih berada di Koridor langsung masuk ke kelas dengan terburu-buru saat mendengar suara Ella yang berteriak.

"Ella ada apa?" Riska yang baru saja tiba langsung bertanya kepada Ella.

"Lo liat aja sendiri." Ella menunjuk kotak yang ada di atas meja Daisy dengan dagunya. Tanpa ragu, Riska langsung mengambil kotak tersebut.

Sama halnya seperti Daisy dan Ella. Riska juga terkejut saat melihat isi dari kotak tersebut. "Ini kotak dari siapa?" tanya Riska kepada Ella dan juga Daisy.

"Gue gak tau tapi kotak ini udah ada di atas meja Daisy," jawab Ella.

"Daisy, lo tau siapa yang naro kotak ini?" Sekarang Riska bertanya kepada Daisy. Namun Daisy hanya menjawabnya dengan gelengan.

"SIAPA YANG UDAH NARO KOTAK INI DISINI?!" Riska bertanya kepada semua murid yang ada di kelas. Namun tidak ada satupun murid yang menjawab pertanyaan Riska malah semua murid diam tak berkutik.

"Astaga, orang nanya tuh di jawab bukannya malah diem aja!" Riska yang sudah mulai dongkol dengan teman-teman kelasnya.

"Sekarang gue tanya, kalian liat orang yang udah naro kotak ini gak?" Ella yang sekarang bertanya kepada teman sekelasnya itu. Sementara Daisy masih bingung memikirkan semua pikiran negatif nya.

"Gue yang pertama dateng ke kelas dan ya, kotak itu udah ada di atas meja Daisy, tapi gue gak liat siapa yang udah naro kotak itu," jawab sih ketua kelas.

"Terus siapa dong yang udah teror, Daisy?" tanya Ella kepada Daisy dan Riska.

"Gue yakin pasti Irene yang udah teror lo. gue harus kasih pelajaran ke dia," tuduh Riska.

"Riska, tunggu!" Daisy menahan Riska yang ingin menghampiri Irene.

Riska menoleh ke arah Daisy. "Kita belum tau pasti kalo ini semua perbuatan Irene, lagi juga kita gak bisa main nuduh orang sembarangan," jelas Daisy.

"Apa sih Daisy? gue itu gak nuduh Irene dan gue emang yakin kalo Irene yang udah ngelakuin ini semua. dia kan gak suka sama lo yang selalu deket sama Rian apa lagi sekarang lo udah jadian sama Rian." Riska yang masih kekeh pada pendirian nya kalo sebenarnya emang Irene yang melakukan ini semua.

"Dan lo liat ini." Riska mengambil kotak tersebut dan mengeluarkan bunga Leucanthemum vulgare yang sudah berlumur darah.

Riska menunjukkan bungan itu ke Daisy. "Ini bunga Daisy yang udah berlumur darah dan lo tau artinya apa, hah? artinya orang yang udah teror lo ini pengen lo mati, Daisy!" geram Riska.

Ya, Daisy tidak bodoh dengan hal itu. Ia tau orang yang meneror nya ini menginginkan dirinya celaka atau bahkan mati.

Sebenarnya semua opini yang dibilang Riska tentang bunga itu adalah semua pikiran negatif yang sedang Daisy pikirkan.

Awalnya juga Daisy mengira jika ini perbuatan Irene tapi ia tidak bisa nuduh orang sembarangan tanpa bukti yang belum jelas.

Apa lagi sekarang dirinya masih baik-baik saja, anggota tubuhnya masih utuh dan bisa jadi ini hanya kerjaan orang iseng. Orang yang tidak benar-benar ingin melakukan hal buruk kepada dirinya.

"Daisy ada benarnya, kita gak bisa main nuduh Irene. Kalo ternyata bukan Irene pelakunya yang ada kita kena masalah akibat nuduh Irene sembarangan." Ella menyetujui ucapan Daisy.

"Nanti kalo Irene gak terima sama tuduhan lo terus dia malah laporin kita ke polisi gimana?" Ella menatap Riska.

"Kalo lo yang di laporin sih gak masalah tapi kalo Irene bawa-bawa nama gue sama Daisy. ogah banget gue dipenjara selama empat tahun, udah mana gue belom dapetin hatinya Bobby lagi," ucap Ella tidak terima.

"Pokonya lo gak boleh ngelabrak Irene sebelum semua bukti terkumpul!" perintah Ella yang Daisy anggukkan bahwa dirinya juga setuju dengan Ella.

"Lagi juga palingan ini kerjaannya orang iseng, jadi gak usah di pikirin." Daisy berusaha untuk meyakinkan Riska, agar Riska lebih tenang. Memang Riska orang yang paling mudah emosi di antara dirinya dan Ella.

"By the way ini kan yang di teror gue kenapa lo yang__" Daisy menatap Riska dengan tatapan mengintimidasi.

"Ya, y-ya gue sebagai seorang sahabat gak bisa diem aja dong kalo sahabat gue di teror kaya gini, gak kaya dia tuh yang malah rela sahabatnya masuk penjara." Potong Riska sambil memajukan dagunya untuk menunjuk Ella.

"Heheheh, itu, itu cuman omong kosong gue doang kok." Ella menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. Sementara Riska hanya memutarkan bola matanya malas lalu ia duduk di kursinya.

Tak lama kemudian guru datang dan kegiatan belajar mengajar pun dimulai.

* * * *

Sekarang Daisy, Ella dan Riska sedang berada di kantin. Mereka bertiga sibuk menyantap makanan yang telah mereka pesan, sesekali mereka juga bercanda.

Saat mereka bertiga terhanyut dalam candaan yang diberikan oleh Ella, tiba-tiba Rian datang dan langsung menghampiri Daisy.

"Kamu baik-baik aja kan? gak ada yang terluka kan?" tanya Rian yang setiap pertanyaannya tersirat rasa kekhawatiran terhadap Daisy.

Daisy bangun dari duduknya karena Rian menarik Daisy untuk berdiri dekat dengannya agar Rian bisa melihat jika keadaan Daisy dalam keadaan baik-baik saja.

Daisy hanya bisa menanggapi semua pertanyaan dan tindakan Rian dengan tatapan bingung. Ia benar-benar bingung apa yang terjadi dan untuk apa Rian bertanya seperti itu.

Padahal sebelumnya Rian pasti melihat dirinya yang tertawa bersama Ella dan Riska. Itu adalah sebuah kondisi yang menyatakan bahwa ia baik-baik saja, bukan? lalu untuk apa Rian bertanya.

Itu adalah semua pertanyaan yang ada di dalam pikiran Daisy yang membuat dirinya sendiri jadi bingung.

"Rian, aku baik-baik aja kok." Daisy melepaskan tangan Rian yang memegang bahunya.

"Sebenarnya ada apa sih? kenapa kamu tiba-tiba dateng terus nanyain keadaan aku?" Daisy menaikkan alisnya tanda bahwa ia menunggu jawaban dari Rian.

"Teror," jawab Rian yang masih menatap Daisy khawatir.

"Ah, itu..." Daisy menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinganya.

"Iya tadi aku emang di teror tapi yaa seperti yang kamu liat sekarang aku baik-baik aja," jawab Daisy.

"Udah lo tenang aja Rian. Daisy baik-baik aja kok, liat noh, dia udah abisin dua porsi bakso," timpal Ella yang menunjuk ke dua mangkok bakso yang hanya tersisa kuahnya.

"Enak aja, itu mangkok satunya punya Riska bukan punya gue!" Daisy memukul kepala Ella dengan sendok bersih yang tersedia di meja kantin tersebut.

Sementara Ella meringis kesakitan akibat pukulan yang diberikan oleh Daisy. "Pantes otak gue suka ngeleg akhir-akhir ini," ucap Ella sambil mengelus kepalanya yang terasa sakit.