Setelah itu Rian langsung mengguncangkan koin itu hingga menimbulkan suara yang sangat bising dan hal itu berhasil, Harimau itu pergi menjauh dari Rian dan Daisy karena takut.
"Huft... akhirnya Harimau itu pergi juga," ucap Daisy sambil menjatuhkan tubuhnya ke tanah karena merasa lega.
"Mangkannya kalo ketemu sama Harimau atau binatang buas lainnya jangan panik," nasihat Rian kepada Daisy sambil mengulurkan tangannya untuk membantu Daisy berdiri.
"Gimana gak panik coba kalo maut udah di depan mata," jawab Daisy sambil meraih tangan Rian untuk membantunya berdiri.
"Ngomong-ngomong lo kemana aja, lama banget nyampe ke tendanya, lo nyasar?" tanya Rian sambil berjalan untuk kembali ke tenda.
"Tapi kayanya ada yang isengin gue deh," ucap Daisy sambil melihat wajah Rian.
"Gimana ceritanya, kok bisa?"
"Ceritanya panjang, males gue ceritain nya," ucap Daisy.
"Apa Irene ya yang udah isengin lo," curiga Rian.
"Irene, kayanya gak mungkin deh, ya... gue tau Irene emang benci banget sama gue tapi kan tadi lo sama Irene jadi mana mungkin Irene pelakunya." Daisy yang sama sekali tidak mencurigai Irene.
"Tapi menurut gue emang Irene yang udah buat lo kesasar, soalnya tadi pas gue sama Irene lagi jalan tiba-tiba Irene bilang katanya kunci rumahnya jatuh jadi dia minta gue untuk tungguin dia," ucap Rian.
"Karena Irene lama baliknya yaudah gue tinggal aja," jawab Rian.
"Pas gue udah balik ke tenda, gue sadar kalo lo sama Irene gak ada, jadi gue langsung balik lagi buat nyariin lo, gue takut Irene ngelakuin hal yang enggak-enggak sama lo."
"Perhatian banget kan gue sama lo," sombong Rian.
"Ada ya tipe cowok yang kaya lo, kadang sok cool, sombong, cerewet pula. kalo tipe itu di gabungin jadi nyebelin tau gak!" Daisy yang kesal kepada Rian.
* * * *
"Gimana, semuanya aman?" tanya seorang perempuan dari sebrang telepon.
"Semuanya aman bos," ucap lelaki itu.
"Papan penanda jalannya udah lo balikin lagi?" tanya perempuan itu lagi.
"Udah bos, Harimau nya juga udah balik lagi nih ke kandang," ucap orang suruhan itu.
"Bagus, gue suka cara kerja lo yang rapih dan cekatan," ucap orang itu dengan senang.
"Uangnya udah gue transfer sesuai dengan yang lo mau,"
"Wah... terimakasih banyak bos, lain kali kalo bos butuh bantuan, saya selalu siap!" ucap orang suruhan itu dengan senang hati.
Perempuan itu langsung mematikan sambungan telponnya dengan sepihak.
* * * *
"Daisy mana sih?" tanya Ella kepada Riska yang baru saja tiba sambil melihat sekelilingnya.
"Gak tau," jawab Riska santai sambil memasukan ponselnya ke saku celananya.
"Jangan-jangan ilang lagi tuh anak," tebak Ella.
"Lagi sih lo pake lari segala," omel Riska yang tidak sadar bahwa dirinya juga ikut lari tadi.
"Heh! tadi yang lari itu bukan cuman gue doang tapi lo juga ikut lari, jadi lo juga salah." Ella yang tak terima jika dirinya disalahkan.
"Iya, iya, gue juga salah." Riska yang mengakui jika dirinya juga salah.
Dari kejauhan Maudy dan Stella tak sengaja mendengar percakapan antara Riska dan juga Ella. "Kok Irene sama Daisy bisa ngilang barengan gini sih?" heran Maudy.
"Aduh, gue jadi takut Irene ngelakuin hal-hal yang aneh deh sama Daisy," takut Stella.
"Jangan bikin gue jadi takut deh..."
"Gue gak nakut-nakutin lo Maudy. lagi juga lo tau kan Irene itu orangnya kaya gimana, dia itu akan menghalalkan segala cara buat ngehancurin orang yang udah ngerebut Rian dari dia," jelas Stella.
"Woy! lo pada lagi ngomongin apaan?" Irene yang tiba-tiba datang hingga mengejutkan Maudy dan Stella.
"Irene, akhirnya lo dateng juga," ucap Stella lega.
"Daisy mana?" tanya Maudy.
"Ngapain lo nanya Daisy ke gue?" sewot Irene.
"Lah gue kira lo sama Daisy tadi."
"Emang gue itu satu kelompok sama Daisy tapi gue ogah deket-deket sama dia," ucap Irene.
"Lagian lo berdua kenapa sih nanya-nanyain Daisy terus ke gue?" heran Irene.
"Soalnya tadi gue gak sengaja denger obrolannya sih Riska sama Ella tentang Daisy," jawab Stella.
"Emang mereka berdua ngomongin apa?" tanya Irene.
"Katanya Daisy belom juga balik dan kebetulan lo juga belom dateng jadi gue sama Maudy mikir kalo lo ngelakuin sesuatu ke Daisy," jelas Stella.
"Asal lo berdua tau ya, entah kenapa gue tuh lagi males banget buat ngejahatin Daisy, lagi gue telat itu karena ini." Irene menunjukkan kunci rumahnya.
"Lagi ngapain sih lo berdua ngurusin Daisy, biarin aja dia ngilang, biar gue bisa ngerebut Rian tanpa ada pengganggu!"
* * * *
Dalam perjalanan Daisy dan Rian sama sekali tidak mengeluarkan sepatah katapun. Itu membuat suasana menjadi canggung. Rian yang tidak tahan dengan situasi seperti ini akhirnya membuka suaranya.
"Gue udah selesai buat 100 flower crown," ucap Rian.
"Seriously?"
"Ikut gue." Rian meraih tangan Daisy dan mengajak Daisy untuk ikut dengannya.
"Eh, eh mau kemana?" Daisy yang bingung karena Rian tiba-tiba menarik tangannya.
"Woy! lo mau bawa gue kaman sih?" sayangnya Rian tidak menjawab pertanyaan Daisy.
Ternyata Rian membawanya ke tempat dimana banyak bunga Daisy itu dan Rian menyuruhnya untuk menunggu dirinya di sini. "Tunggu di sini."
Ternyata Rian hanya ingin mengambil satu flower crown dari seratus flower crown yang ia buat dan flower crown itu ia pakaikan di atas kepala Daisy.
Daisy sangat terlihat cantik dengan flower crown dari bunga Daisy yang di buat oleh Rian. Dengan rambut hitamnya yang lebat beserta poni depannya yang membuatnya terlihat cantik dan juga imut.
"Apa sekarang gue bisa menjadi bagian yang paling penting dalam hidup lo?" tanya Rian setelah memakaikan flower crown di kepala Daisy.
Daisy tertegun saat mendengar peryataan dari Rian. Daisy bingung harus menjawab apa walau awalnya ia sama sekali tidak memiliki rasa lebih kepada Rian.
Namun seiring berjalannya waktu rasa itu tumbuh dan hal itu membuat Daisy bingung apa ia harus menerima Rian sebagai kekasihnya atau tidak.
"Hey, kok malah jadi ngelamun sih?" Rian menyadarkan Daisy dari lamunannya.
"Ah, gak papa kok," ucap Daisy.
"Gimana?" tanya Rian sekali lagi. Daisy hanya menjawabnya dengan anggukan sambil tersenyum kecil.
"Serius?" Rian yang sangat senang karena cintanya terbalas.
"Gue janji, gue akan selalu jagain lo, gue akan selalu buat lo bahagia dan gue gak akan biarin setetes air mata kesedihan membasahi pipi lo," janji Rian kepada Daisy.
"Gue gak butuh janji, gue cuman butuh bukti," ucap Daisy sambil menatap wajah Rian.
"Oh ya, biarin mereka semua tau dengan sendirinya, jangan di umbar," pinta Daisy.
"Aye aye captain!" Rian langsung menegakkan postur tubuhnya dan hormat di depan Daisy. Hal itu membuat Daisy tertawa gemas karena melihat tingkah asli sih ketua OSIS paling nyebelin yang sekarang menjadi penjaga hatinya.