Setelah mengantar Daisy ke rumah Ella, Dony langsung pergi ke rumah Rian yang kebetulan satu komplek dengan Ella.
Awalnya Adiknya itu menolak untuk diantar olehnya, namun Dony tetep kekeh untuk mengantar Daisy ke rumah Ella dengan alasan dirinya juga ingin main ke rumah temen kampusnya yang kebetulan tinggal di dekat rumah Ella.
Dony bohong kepada Daisy. Dony terpaksa berbohong agar Daisy mau diantar olehnya. Dony tidak ingin kejadian waktu itu terulang kembali.
Kejadian dimana awal semua masalah yang menimpa Daisy waktu itu. Memang rasa penyesalan sungguh menyakitkan, itulah rasa yang sedang ia rasakan dan juga Ayahnya rasakan.
Sebenarnya juga emang Dony ingin main ke rumah temannya cuman bukan teman kampusnya tapi teman kecilnya dulu bersama Daisy.
Sekarang Dony sudah memarkirkan mobilnya di halaman rumah Rian. Rumah ini masih sama seperti waktu dulu ia kesini bersama Daisy.
Apa lagi taman belakangnya, itu adalah tempat favorit Daisy. Karena di sana banyak sekali bunga Daisy dan ayunan, sama seperti di taman belakang rumahnya, hanya saja tidak ada ayunan.
Sudah lama sekali ia tidak main kesini, terakhir kali ia menginjakkan kaki di sini sekitar delapan tahun yang lalu. Saat dimana keluarganya memutuskan tinggal di German.
Dony menarik napasnya dalam-dalam lalu ia keluarkan udara itu dari mulutnya sebelum memencet bel rumah tersebut.
Dony menekan bel sebanyak tiga kali, saat ingin menekan bel untuk keempat kalinya pintu itu sudah terbuka memperlihatkan Rian yang juga sama menatap Dony.
"Kak Dony?" tebak Rian yang masih berdiri diambang pintu.
Ya, walaupun Rian dan Dony tidak pernah bertemu sejak saat itu. Namun Rian sering melihat foto Dony dan Daisy yang dikirimkan oleh Panji dan Rani ke pada kedua orang tuanya.
Dony menganggukkan kepalanya singkat. "Sudah lama ya kita gak bertemu," ucap Dony sambil masuk ke dalam rumah Rian begitu saja.
"Rumah ini masih sama dan gak ada yang berubah," ucap Dony setelah sampai di ruang tengah.
Apa yang dibilang Dony benar. Rumah ini sama sekali tidak berubah, bahkan cat tembok dan susunan barang yang ada di sini sama seperti dulu.
"Pasti Daisy akan kembali sembuh dari amnesia nya jika datang ke sini." Dony masih memandangi setiap sudut yang ada di rumah Rian.
"Kakak ada tugas penting buat kamu, Rian." Dony berjalan ke arah sofa dan mendudukkan bokongnya di sofa tersebut. Sofa berwarna abu-abu sama persis seperti di rumahnya.
Dony sudah menganggap Rian seperti adik kandung nya sendiri begitupun dengan Rian. Rian juga menganggap Dony sebagai Kakak kandungnya.
Rian adalah anak satu-satunya di keluarga ini. Jadi jangan heran jika Dony memanggil dirinya sebagai Kakak. sama seperti dia memanggil dirinya kakak saat bersama Daisy.
Mengingat tentang sofa ini Dony jadi tersenyum karena mengingat kenangan itu. Aneh, kenapa di rumah ini lebih banyak kenangan manis dari pada di rumahnya sendiri.
Rian menaikan sebelah alisnya, karena bingung apa yang diucapkan oleh Dony. "Tugas penting apa?" tanya Rian yang menyadarkan Dony dari kenangan indahnya.
"Kakak tau kalo kalian berdua, Kau dan Daisy sudah berpacaran," ucap Dony.
"Apa Daisy sudah cerita semuanya ke Kak Dony?" Rian ikut duduk di sofa, duduk berhadapan dengan Dony.
Dony menggelengkan kepalanya pelan. "Belum, mungkin dia masih ingin merahasiakan nya."
"Terus Kak Dony tau dari mana?" bingung Rian. Kalau Daisy tidak menceritakannya lalu Dony tau dari mana? apa dia memata-matai dirinya dan juga Daisy?
"Waktu itu Kakak gak sengaja liat Daisy lagi chatting dengan seseorang sambil senyum-senyum, pas Kakak liat handphone nya Daisy. Ternyata dia lagi chatting sama kamu," jelas Dony.
"Oh iya, tugas pentingnya kau harus jaga Daisy jangan sampai ada orang yang menyakiti Daisy, kalo sampai ada yang ingin bertindak jahat kepada Daisy segera hubungi Kakak," ucap Dony.
"Gue gak akan segan-segan untuk menghajar habis-habisan orang yang akan melukai Daisy, termasuk lo, Rian." Dony menatap tajam Rian, hingga Rian benar-benar ketakutan.
Jika seperti ini maka Dony tidak akan pernah bermain-main dengan ucapannya. Dony melihat handphone nya yang tadi berdering tanda ada pesan masuk dari handphone nya.
Ternyata itu pesan dari Daisy, ia minta di jemput karena sudah selesai mainnya di rumah Ella.
Dony beranjak dari duduknya. "Mulai besok dan seterusnya kamu antar jemput Daisy," ucap Dony.
"Kalo Daisy tanya-tanya tentang ini semua, beri dia beberapa kebohongan." Rian mendengarkan semua perintah Dony dengan baik.
"Yaudah, Kakak pulang dulu," pamit Dony kepada Rian. Rian mengantarkan Dony sampai depan pintu.
Saat melihat mobil Dony sudah keluar dari pekarangan rumahnya Rian langsung masuk kembali ke dalam rumahnya.
* * * *
Sekarang Daisy sudah duduk manis di kursi penumpang samping Dony. "Kak Dony," panggil Daisy sambil melihat Dony yang sedang fokus menyetir.
"Apa?" Dony masih memfokuskan pandangannya ke arah jalanan.
"Lia pengen makan Strawberry Cheesecake sama Greentea latte," ucap Daisy sambil memperlihatkan puppy eyes-nya.
Dony tidak bisa menolak jika Daisy sudah memperlihatkan puppy eyes miliknya. "Yaudah nanti kita mampir ke cafe deket sini ya."
"Tapi Lia pengennya makan di rumah jadi dibungkus aja ya?"
"Tumben banget kamu pengen makan di rumah, biasanya kamu lebih suka makan di tempat." Dony yang merasa aneh dengan Daisy.
Daisy mengangkat kedua bahunya. "Entah, Lia lagi pengen aja makan di rumah," jawab Daisy yang sekarang menatap lurus ke depan. Dony hanya menanggapi ucapan Daisy dengan mengusap lembut kepala Daisy.
Setelah beberapa menit, mobil Dony berhenti di depan cafe langganan dekat komplek perumahannya. Tempat ia nongkrong bersama Daisy.
"Lia tunggu di mobil aja," ucap Daisy setelah itu Dony menutup pintu mobilnya dan masuk kedalam cafe untuk membeli pesanan adiknya.
Sembari menunggu Dony yang sedang memesan strawberry cheesecake dan greentea latte. Daisy memainkan Handphone nya dan matanya tidak sengaja melihat seorang ibu-ibu yang menjatuhkan kotak seperti kado.
Namun sepertinya Ibu-ibu itu tidak menyadarinya pasalnya ibu itu terus berjalan memunggunginya tanpa merasakan jika barang bawaannya terjatuh.
Daisy langsung keluar dari dalam mobil dan mengambil barang yang dijatuhkan oleh ibu itu. Saat ingin memanggil nya, orang tersebut sudah tidak ada di tempat.
"Kemana Ibu-ibu itu pergi?" tanya Daisy pada dirinya sendiri, padahal dirinya ingin mengembalikan kotak yang terjatuh tadi tapi sayangnya ibu itu sudah tidak ada.
"Lia?" panggil Dony yang tangan sebelah kanan nya sudah menenteng kantong plastik yang isinya sudah bisa ditebak. Apa lagi kalau bukan pesanan Daisy.
"Kamu ngapain di situ?" Dony yang melihat Daisy berdiri sendiri di pinggir jalan.
"Ah, gak ngapa-ngapain kok Kak Dony," jawab Daisy.
"Yaudah ayok masuk," Dony mengajak Daisy masuk ke dalam mobil.
Daisy masuk ke dalam mobil dan Dony langsung membawa mobilnya pergi ke rumahnya.