Lima belas tahun kemudian. Roselyn sudah beranjak dewasa. Dia sudah bekerja di sebuah perusahaan distributor produk makanan di kota Madrid. Roselyn hampir melupakan dongeng Putri Vanetta yang sempat dia dengar dari seorang gadis cantik.
Roselyn tidak pernah mendengar dongeng lagi dari siapa pun sejak itu. Wanita itu adalah orang yang pertama dan terakhir yang mengisahkan sebuah dongeng untuknya.
Sejak itu hampir seluruh masa kecilnya tidak pernah mendapatkan satu buah dongeng pun dari orang tuanya. Roselyn hampir tidak pernah ingat kapan dia punya ayah dan ibu angkat.
Dia berasal dari sebuah panti asuhan. Orangtua asuh yang mengambilnya sebagai anak silih berganti datang. Tapi setiap orangtua asuhnya mendapat anak kandung, Roselyn selalu dikembalikan ke panti. Dengan berbagai macam alasan tentunya.
Roselyn tidak pernah tahu orangtua kandungnya seperti apa. Dari bayi sampai dia remaja, dia habiskan hidupnya di panti dan dengan berbagai macam bentuk keluarga yang silih berganti mengadopsinya.
Sampai pada akhirnya Roselyn lelah dan tidak punya keinginan mempunyai ayah dan ibu. Dia membenci dan menolak kalau ada keluarga lain yang datang mengadopsinya. Dia tidak mau lagi kecewa. Untuk itu dia memutuskan untuk tetap tinggal di panti sampai akhirnya dia dewasa dan bisa menghidupinya sendiri. Kuliah sambil bekerja. Itulah yang dilakukan Roselyn.
Life goes on. Hidup Roselyn harus tetap berlanjut meskipun dia mempunyai luka hati. Luka karena sering ditolak dan dikembalikan oleh orang-orang yang awalnya ingin menjadikan dia sebagai anggota keluarga. Namun pada akhirnya Roselyn terlalu banyak menelan pil pahit.
"Aku lelah!" Roselyn merebahkan kepalanya di atas meja kerjanya.
Chloe yang tengah sibuk menggerakkan jarinya dengan lincah di atas tuts keyboard langsung menoleh ke arah Roselyn yang sedang tidur di mejanya dengan posisi kepala menindih tumpukan beberapa faktur penjualan yang semestinya harus selesai dia input ke aplikasi komputernya.
"Kau mulai lagi Rose!" sungut Chloe menegur rekan kerjanya yang tengah kelelahan ini.
"Aku rindu liburan. Aku butuh vitamin sea, butuh piknik, aku butuh refresh otakku, kapan aku bisa keliling Korea dan Eropa kalau aku kerja seperti ini?" kata Roselyn setengah berteriak.
"Sama sajalah dengan ku. Karyawan biasa macam kita hal yang seperti itu jauh di awang-awang alias tidak mungkin kita bisa liburan keliling dunia," dengkus Chloe kemudian melanjutkan kembali pekerjaannya,
Roselyn mengangkat kepalanya dan melirik ke Chloe sambil mengerucutkan bibirnya. Dia merasa kesal dengan Chloe yang terlalu menganggap keinginannya itu adalah hal yang berlebihan.
"Cepat selesaikan pekerjaanmu sebelum Manajer datang ke sini!" Chloe mencoba memperingatkan bahaya datang.
Roselyn kemudian mengusap-usap rambutnya yang panjang kemudian mengikat rambutnya dengan karet bekas nasi bungkus makan siangnya tadi. Dia kembali lagi melanjutkan pekerjaannya.
'Okey Roselyn, bereskan pekerjaanmu hari ini dengan cepat. Supaya bisa pulang cepat ke rumah dan nonton drama TV sepuasnya,' ucap Roselyn dalam hati mencoba memompa semangat kerjanya. Malam ini dia harus bisa menamatkan menonton seluruh episode drama terbarunya Ronan Leone Moretti. Hanya dengan cara itulah Roselyn bisa menghibur dari segala kepenatan setelah seharian penuh bekerja.
Melihat semangat Roselyn yang kembali on lagi, Chloe pun tersenyum puas. Keduanya pun seperti sedang berlomba. Siapa yang cepat menyelesaikan pekerjaannya hari itu.
Satu jam kemudian. Roselyn berhasil menginput data faktur ke komputernya. Dan dia juga sudah menyusun faktur penjualan dan surat tagihan untuk para salesman besok.
Roselyn menggeliatkan tubuhnya melengkung ke belakang, ke samping dan ke depan. Setelah itu dia melirik jam di mejanya. Hampir jam Sembilan malam. Sudah waktunya dia pulang. Roselyn meraih sling bag yang tergantung di meja kubikel kerjanya.
Sekilas dia melirik lagi ke arah Chloe yang sekarang terlihat sedang memoles lipstick di bibirnya.
"Kau mau pergi ke klub lagi?" tanya Roselyn.
"Hari ini, temanku ada yang ultah di klub. Aku harus datang," jawab Chloe sambil melihat pantulan wajahnya di kaca bedaknya.
Roselyn hanya memandang iri rekan kerjanya itu. Tapi alih-alih dia merasa iri, Roselyn kemudian segera meninggalkan tempat kerjanya itu. Lebih baik dia mencari kebahagiaan lain di atas kasur. Yaitu rebahan sambil nonton drakor.
"Aku duluan pulang," ucap Roselyn sambil mematikan monitor komputernya.
"Hmmmm."
Jawaban Chloe lantas mengiringi langkah Roselyn yang terburu-buru. Dia harus mengejar jadwal terakhir pemberangkatan bus menuju tempat tinggalnya.
Roselyn kemudian meninggalkan kantor tempat dia bekerja menuju halte bus. Sudah malam dan rasanya seperti biasa setiap pulan bekerja Roselyn selalu merenung di halte. Sambil menunggu busnya datang. Dia memikirkan kembali perjalanan hidupnya.
Di usianya sekarang ini, seharusnya sudah ada beberapa pencapaian yang diraihnya. Memiliki kekasih, memiliki rumah sewa sendiri. Atau seharusnya dia sudah melakukan hal-hal yang diinginkannya.
Roselyn kemudian melihat dari kejauhan kalau bus yang menuju kawasan rumahnya sudah mendekat. Dengan langkah yang gontai Roselyn kemudian berdiri di tepi jalan. Ketika bus datang, Roselyn kemudian naik dan mencari tempat duduk yang kosong. Sekilas dia melihat seorang nenek tua yang duduk di barisan ke empat. Kedua matanya terlihat menatap tajam ke arahnya. Roselyn kemudian lebih memilih kursi paling belakang.
*** ***
"Aaah, Sayang!"
"Terus panggil aku Sayang Selena … och!"
"A-aku udah enggak tahan …"
"Sabar Sayang, ah ini --Ahhh ...."
"Fucking shit!"
Roselyn buru-buru menutup telinganya dengan kedua tangannya begitu dia sampai di dalam rumah. Suara ranjang yang berderit campur suara-suara erotis dari kedua manusia laknat yang membuat Roselyn selalu sukses membuatnya panas sekujur tubuh.
Dengan bantingan yang super keras, Roselyn menutup pintu kamarnya. Berharap kalau dengan itu, Selena dan kekasihnya yang sedang bercocok tanam di kamar sebelah bisa mendengarnya dan menyadari kalau dia sudah pulang ke rumah.
Roselyn melempar sling bag nya ke atas meja. Setelah itu dia segera membanting tubuhnya ke atas ranjang. Roselyn masih bisa mendengar suara mereka yang sepertinya tidak merasa lelah itu. Ingin rasanya Roselyn teriak dan marah-marah pada Selena. Tapi dia cukup tahu diri. Dia di rumah ini menumpang sewa kamar pada Selena. Kalau dia protes, mungkin Roselyn tidak bisa lagi punya sewa rumah dan kamar yang murah di kota ini.
Selena adalah teman sekampusnya dulu, dia menyewa sebuah rumah kecil di pusat kota selama dua tahun penuh. Dan Roselyn ditawari Selena untuk menyewa salah satu kamar di rumahnya. Selena terlalu baik menawari Roselyn dengan harga sewa kamar yang jauh di di bawah harga standar normal. Apalagi dengan gratis sarapan dan makan malam. Tentu saja Roselyn dengan senang hati menerimanya.
Alasan Selena mengajak Roselyn bukan tanpa alasan juga. Dia hanya perlu meyakinkan kedua orangtuanya kalau Selena tidak akan macam-macam jika ada teman di rumah sewanya. Padahal Selena sebenarnya hanya memanfaatkan kondisi Roselyn yang membutuhkan sewa kamar murah dan tidak terlalu jauh dari tempatnya bekerja.
"Geez, Sean ...." Selena menjerit tertahan.
Kedua telinga Roselyn panas mendengar mereka yang sedang bercinta atau sedang berantem. Begitu banyak kata-kata kasar yang mereka ucapkan demi mengekspresikan betapa nikmatnya mereka bercinta tanpa peduli ada seorang gadis polos yang selalu menjadi langganan pendengar setia mereka.
Mereka yang bercinta, kenapa Roselyn yang terengah-engah. Roselyn mengutuk nasibnya yang harus terjebak di sini. Kalau tahu Selena dan Sean sedang melakukan aktivitas intimnya, mungkin dia tidak akan cepat pulang ke rumah.
Roselyn kemudian berinisiatif untuk keluar rumah lagi. Dari prediksinya, Selena dan Sean akan bercinta semalaman sampai subuh. Daripada dia tersiksa mendengar pertempuran mereka. Roselyn harus mengungsi dulu.
Roselyn bangkit dan mengambil jaketnya yang menggantung, mengambil lagi sling bagnya yang kusam lalu pergi keluar dari kamarnya.
Roselyn harus menutup rapat kedua telinganya ketika dia harus melewati depan pintu kamar Selena.
"Huuufttt, akhirnya kupingku merasa adem," kata Roselyn begitu dia sampai di depan rumah.
Roselyn melirik kiri kanannya. Sudah hampir tengah malam dan dia tidak punya tujuan mengungsi malam ini. Tapi daripada dia harus semalaman tidak tidur dan gerah, Roselyn harus mau tidak mau melangkah menjauh sementara dari rumah Selena.
Tanpa arah dan tujuan Roselyn kemudian berjalan menuju ke selatan dari rumah Selena. Meskipun sebenarnya dia lelah untuk berjalan karena seharian bekerja, Roselyn harus kuat.
Sepuluh menit dia berjalan, ponselnya berbunyi. Roselyn melirik nama yang meneleponnya. Selena.
"Halo!"
"Kau di mana?"
"Keluar lagi," jawab Roselyn sambil terus berjalan.
"Kenapa, apa kau merasa risih?" tanya Selena.
Roselyn tidak segera menjawab. Lalu dia masih bisa mendengar bunyi-bunyi aneh di ujung telepon.
'Gila Selena telepon aku, dia sepertinya masih dalam posisi bercinta," batin Roselyn sedikit takjub.
"Bersenang-senanglah dulu dengan Sean. Aku mau jalan-jalan sebentar dulu," jawab Roselyn beralasan.
"Kalau begitu, pulanglah sejam lagi. Sean akan aku suruh pulang begitu kami selesai. Ini sudah ronde ke 3. Aku …."
Telepon tiba-tiba dimatikan dan Roselyn hanya mendengkus kesal mendengar ucapan Selena tadi. Tiga ronde mereka bercinta. Astaga, apa mereka mulai sejak sore tadi. Roselyn tidak habis pikir bagaimana mereka bisa bercinta selama dan sebanyak itu.
Roselyn yang tidak pernah sama sekali bercinta, merasa aneh dan takjub pada Selena. Bagi Roselyn, jangankan bercinta dengan seorang laki-laki. Bersentuhan dengan lelaki pun dia tidak pernah.
Roselyn terus berjalan, dan tiba-tiba dia merasa kalau ada seseorang yang mengikutinya. Roselyn kemudian menoleh pelan-pelan memeriksa ke belakang.
Roselyn melihat ada seorang nenek yang berjalan mengikutinya. Roselyn pun tidak merasa aneh, mungkin nenek itu hendak pulang ke rumahnya. Roselyn tidak merasa takut, karena yang mengikutinya bukan seorang laki-laki mencurigakan.
Langkah kaki Roselyn terhenti saat dia melihat sebuah kedai kopi yang masih buka.
"Mungkin lebih baik aku minum kopi dulu di sini, sambil menunggu satu jam Sean pulang dari rumah Selena," ucap Roselyn kemudian berinisiatif untuk masuk ke kedai kopi itu.
Dari jauh nenek yang mengikuti Roselyn berhenti berjalan ketika melihat Roselyn masuk ke kedai kopi itu.
Selena kemudian melihat ke seluruh ruangan kedai kopi itu. Tidak begitu ramai tapi juga tidak sepi. Roselyn sempat menatap kembali ke jendela. Melihat kalau nenek itu sudah tidak terlihat lagi di luar. Roselyn merasa sedikit aneh. Kenapa semenjak dia pulang dari bekerja, dia bertemu dengan seorang nenek-nenek. Apa itu nenek yang sama yang dia temui di bus tadi?
"Aaah, Sayang!"
"Terus panggil aku Sayang Selena … och!"
"A-aku udah enggak tahan …"
"Sabar Sayang, ah ini …Ahhh …"
"Fucking shit!"
Roselyn buru-buru menutup telinganya dengan kedua tangannya begitu dia sampai di dalam rumah. Suara ranjang yang berderit campur suara-suara erotis dari kedua manusia laknat yang membuat Roselyn selalu sukses membuatnya panas sekujur tubuh.
Dengan bantingan yang super keras, Roselyn menutup pintu kamarnya. Berharap kalau dengan itu, Selena dan kekasihnya yang sedang bercocok tanam di kamar sebelah bisa mendengarnya dan menyadari kalau dia sudah pulang ke rumah.
Roselyn melempar sling bag nya ke atas meja. Setelah itu dia segera membanting tubuhnya ke atas ranjang. Roselyn masih bisa mendengar suara mereka yang sepertinya tidak merasa lelah itu. Ingin rasanya Roselyn teriak dan marah-marah pada Selena. Tapi dia cukup tahu diri. Dia di rumah ini menumpang sewa kamar pada Selena. Kalau dia protes, mungkin Roselyn tidak bisa lagi punya sewa rumah dan kamar yang murah di kota ini.
Selena adalah teman sekampusnya dulu, dia menyewa sebuah rumah kecil di pusat kota selama dua tahun penuh. Dan Roselyn ditawari Selena untuk menyewa salah satu kamar di rumahnya. Selena terlalu baik menawari Roselyn dengan harga sewa kamar yang jauh di di bawah harga standar normal. Apalagi dengan gratis sarapan dan makan malam. Tentu saja Roselyn dengan senang hati menerimanya.
Alasan Selena mengajak Roselyn bukan tanpa alasan juga. Dia hanya perlu meyakinkan kedua orangtuanya kalau Selena tidak akan macam-macam jika ada teman di rumah sewanya. Padahal Selena sebenarnya hanya memanfaatkan kondisi Roselyn yang membutuhkan sewa kamar murah dan tidak terlalu jauh dari tempatnya bekerja.
"Geez, Sean a-aku mau kelu …. Ah ah damned!"
Kedua telinga Roselyn panas mendengar mereka yang sedang bercinta atau sedang berantem. Begitu banyak kata-kata kasar yang mereka ucapkan demi mengekspresikan betapa nikmatnya mereka bercinta tanpa peduli ada seorang gadis polos yang selalu menjadi langganan pendengar setia mereka.
Mereka yang bercinta, kenapa Roselyn yang terengah-engah. Roselyn mengutuk nasibnya yang harus terjebak di sini. Kalau tahu Selena dan Sean sedang melakukan aktivitas intimnya, mungkin dia tidak akan cepat pulang ke rumah.
Roselyn kemudian berinisiatif untuk keluar rumah lagi. Dari prediksinya, Selena dan Sean akan bercinta semalaman sampai subuh. Daripada dia tersiksa mendengar pertempuran mereka. Roselyn harus mengungsi dulu.
Roselyn bangkit dan mengambil jaketnya yang menggantung, mengambil lagi sling bagnya yang kusam lalu pergi keluar dari kamarnya.
Roselyn harus menutup rapat kedua telinganya ketika dia harus melewati depan pintu kamar Selena.
"Huuufttt, akhirnya kupingku merasa adem," kata Roselyn begitu dia sampai di depan rumah.
Roselyn melirik kiri kanannya. Sudah hampir tengah malam dan dia tidak punya tujuan mengungsi malam ini. Tapi daripada dia harus semalaman tidak tidur dan gerah, Roselyn harus mau tidak mau melangkah menjauh sementara dari rumah Selena.
Tanpa arah dan tujuan Roselyn kemudian berjalan menuju ke selatan dari rumah Selena. Meskipun sebenarnya dia lelah untuk berjalan karena seharian bekerja, Roselyn harus kuat.
Sepuluh menit dia berjalan, ponselnya berbunyi. Roselyn melirik nama yang meneleponnya. Selena.
"Halo!"
"Kau di mana?"
"Keluar lagi," jawab Roselyn sambil terus berjalan.
"Kenapa, apa kau merasa risih?" tanya Selena.
Roselyn tidak segera menjawab. Lalu dia masih bisa mendengar bunyi-bunyi aneh di ujung telepon.
'Gila Selena telepon aku, dia sepertinya masih dalam posisi bercinta," batin Roselyn sedikit takjub.
"Bersenang-senanglah dulu dengan Sean. Aku mau jalan-jalan sebentar dulu," jawab Roselyn beralasan.
"Kalau begitu, pulanglah sejam lagi. Sean akan aku suruh pulang begitu kami selesai. Ini sudah ronde ke 3. Aku …."
Telepon tiba-tiba dimatikan dan Roselyn hanya mendengus kesal mendengar ucapan Selena tadi. Tiga ronde mereka bercinta. Astaga, apa mereka mulai sejak sore tadi. Roselyn tidak habis pikir bagaimana mereka bisa bercinta selama dan sebanyak itu.
Roselyn yang tidak pernah sama sekali bercinta, merasa aneh dan takjub pada Selena. Bagi Roselyn, jangankan bercinta dengan seorang laki-laki. Bersentuhan dengan lelaki pun dia tidak pernah.
Roselyn terus berjalan, dan tiba-tiba dia merasa kalau ada seseorang yang mengikutinya. Roselyn kemudian menoleh pelan-pelan memeriksa ke belakang.
Roselyn melihat ada seorang nenek yang berjalan mengikutinya. Roselyn pun tidak merasa aneh, mungkin nenek itu hendak pulang ke rumahnya. Roselyn tidak merasa takut, karena yang mengikutinya bukan seorang laki-laki mencurigakan.
Langkah kaki Roselyn terhenti saat dia melihat sebuah kedai kopi yang masih buka.
"Mungkin lebih baik aku minum kopi dulu di sini, sambil menunggu satu jam Sean pulang dari rumah Selena," ucap Roselyn kemudian berinisiatif untuk masuk ke kedai kopi itu.
Dari jauh nenek yang mengikuti Roselyn berhenti berjalan ketika melihat Roselyn masuk ke kedai kopi itu.