Chereads / Rahasia Putri Vanetta / Chapter 7 - Part Ronan : Namanya, Selena

Chapter 7 - Part Ronan : Namanya, Selena

14 Maret.

Bagi Ronan, mendapatkan hati seorang gadis semudah menjentikkan jari. Cukup sekali petik, para gadis bertubuh seksi itu akan berbondong-bondong menghampiri. Seakan tiada jeranya untuk disakiti sedemikian rupa oleh pejantan tangguh tersebut.

Dalam kamus Ronan, fase pacaran hanya ada empat tahap : pacari, tiduri, tinggalkan, lalu cari mangsa baru.

Simple, kan?

Ronan tidak butuh menikah. Pernikahan hanya memperumit apa yang sebenarnya bisa disederhanakan. Lihat saja ayah dan ibunya. Mereka ....

Bisakah kita tidak usah membahas hal ini?

Seperti yang kemarin Ronan bahas bersama Billy, kru film berwajah jauh di atas rata-rata itu adalah sasaran selanjutnya. Gadis itu memiliki senyum bulan sabit, di mana mata sipitnya akan lenyap bak ditelan bumi ketika dia tersenyum. Manis. Sangat manis. Namun sungguh, perhatian pertama Ronan justru tertuju pada bagian paling menonjol dari tubuh si gadis. Apalagi kalau bukan bukit kembarnya?

Ronan akan mencari cara, agar dia bisa menikmati tubuh si gadis.

Sebelum sampai ke tahap itu, dia harus tahu siapa namanya.

"Cut!" seru sutradara memberi perintah. "Kita break dulu sebentar."

Seluruh artis serta kru film kompak membubarkan diri dari lokasi syuting. Mereka bersiap menyantap hidangan yang disediakan pihak agensi secara katering di lokasi favoritnya masing-masing.

Ketika Ronan dan Billy sedang membawa santapan menuju ruang pribadinya, tiba-tiba dia melihat si gadis kru film itu sedang duduk menyendiri di bawah pohon rindang. Mungkin karena masih baru, dia jadi belum punya teman dekat. Aksi diskriminasi memang umum terjadi di lingkungan keartisan macam ini.

"Waktunya kau beraksi, Ron," bisik Billy sambil menyeringai misterius. "Ayo, tunjukkan pesonamu!"

Ronan terkekeh. "Itu sih, gampang. Siapa juga yang takkan terpesona pada pria tampan macam aku?"

Billy membuat gerakan seperti orang muntah. "Buktikan dulu, baru kau boleh berkoar."

"Hahaha ... baiklah. Kau tunggu di sini, ya? Aku akan mengajak dia berkenalan dulu sekarang. Kemudian nanti malam ...."

Ronan dan Billy saling menatap penuh arti. Tak lama, mereka terkekeh kompak.

Nanti malam pasti akan menjadi momen paling bersejarah dalam hidup si gadis kru film. Di mana dia akan menjerit nikmat di bawah kendali Ronan.

"Good luck," pesan Billy ketika Ronan benar-benar melangkahkan kakinya menuju gadis incarannya.

Angin bersemilir lembut. Seolah hendak menyampaikan pada Ronan bahwa semesta mendukung aksi pendekatannya. Pria jangkung itu melangkah ala-ala boyband Korea. Tangannya dengan sengaja menyugar rambut berwarna cokelatnya ketika si gadis kru film mulai menyadari kehadiran Ronan.

Gadis itu menatap Ronan bingung. Dia menoleh ke kanan dan kiri, hendak memastikan ke manakah si aktor tampan itu hendak pergi? Tidak mungkin kan, Ronan sengaja menghampiri dia? Kru film baru dan abal ini?

Sayangnya, Ronan sungguh-sungguh berhenti di hadapan si gadis. Membuat kerutan di wajah cantiknya kian bertambah.

"Hai!" sapa Ronan sambil menunjukkan senyum paling menawan yang dia punya. "Boleh aku duduk di sini?"

Si gadis kontan tergagap. "Si-silakan," jawabnya sambil menggeser pantatnya, memberi Ronan ruang untuk duduk.

Ronan tidak suka berjauhan. Dengan sengaja dia mendaratkan bokongnya hingga nyaris bersentuhan dengan si gadis kru film.

Sampai kapan Ronan akan menyebutnya sebagai 'gadis kru film'?

Gadis itu kembali bergeser. Seakan risih pada tindakan sok kenal sok dekat Ronan. Pria itu hanya tersenyum. Mata elangnya memindai si gadis dari atas ke bawah.

"Hai, aku Ronan." Ronan mengulurkan tangan kanannya.

"M ...." Gadis itu tampak berpikir keras. "Aku sudah tahu siapa namamu."

Ronan mengangkat sebelah alisnya. "Tentu saja kau tahu. Tapi aku tidak tahu siapa namamu."

"Selena," ucap gadis kru film yang ternyata bernama Selena itu.

"Nama yang cantik. Secantik o—"

"Maaf, masih banyak yang harus kukerjakan. Permisi," potong Selena sambil bergegas membereskan kotak makan siangnya yang telah tandas. Dan tanpa menunggu jawaban Ronan, dia pergi meninggalkan pria tersebut.

Ronan hanya bisa melongo melihat semua yang terjadi.

Apakah ... dia baru saja diabaikan?

***

Ronan selalu tertarik pada para gadis yang jual mahal. Mereka jusru membuat Ronan merasa begitu tertantang. Hal itu mengingatkannya pada perjuangan Rozendro untuk mendapatkan Putri Vanetta.

Ah, siapa pula Rozendro dan Putri Vanetta itu?

Konon, dahulu kala—ketika Ronan masih berusia dua belas tahun—dia pernah dihampiri oleh seorang wanita cantik tak dikenal. Wanita itu membawa sebuah buku tebal dengan sampul warna-warni.

Bukannya tertarik pada buku tersebut, Ronan kecil justru lebih senang melihat kemolekan tubuh si wanita pembawa buku. Benar, sejak kecil Ronan memang sudah brengsek.

Maka, tak heran apabila Ronan langsung mengiyakan ketika si wanita pembawa buku meminta Ronan untuk mendengarkan dia bercerita.

"Memangnya cerita apa, Kak?" tanya Ronan sambil duduk di pangkuan si wanita. Usia wanita itu mungkin sebaya kakak-kakak college yang sering Ronan intip dari kaca jendela rumahnya secara diam-diam. Rambutnya pirang bergelombang. Sangat panjang, menyentuh bokongnya yang menonjol sempurna.

Andai saat itu si wanita bertemu dengan Ronan dewasa—yakni Ronan si hidung belang—pertemuan singkat mereka pasti akan berakhir di atas ranjang seperti pengalaman Ronan yang sudah-sudah.

Sayangnya Ronan kecil belum seberani itu. Fantasi liarnya masih sebatas mengagumi bagian-bagian sensitif dari wanita.

Mungkin semua efek dari kebiasaan buruk ayahnya saat Ronan berusia enam tahun dulu. Sebelum akhirnya menikah dengan istrinya sekarang—ibu tiri Ronan—sang ayah acap kali membawa wanita yang berbeda-beda untuk kemudian dia tiduri. Dan Dad—begitu Ronan memanggil ayahnya—melakukan perbuatan mesum bersama para kekasihnya di mana pun dia ingin. Tak peduli meski Ronan terpaku menyaksikan adegan live tersebut.

Jadi, jangan salahkan Ronan jika kini dia tumbuh menjadi lelaki mata keranjang.

Ibu tiri? Haha, benar. Dad bilang, sejak kecil Ronan memang sudah tidak memiliki ibu kandung. Mom meninggal ketika dia melahirkan Ronan dulu.

Setidaknya, begitu pengakuan sang ayah. Entah benar atau salah, Ronan tidak peduli. Sejak kecil hidupnya tidak pernah bahagia. Itulah mengapa dia kini mencari kebahagiaannya dengan bersenang-senang bersama banyak gadis. Mencecap madu mereka hingga Ronan puas, kemudian dia tinggalkan begitu saja.

Kembali pada dongeng si wanita cantik, Ronan masih ingat betul bagaimana penggambaran Rozendro dalam dongeng. Dia adalah salah seorang pengawal yang mati-matian melindungi Putri Vanetta dari serangan para penyihir jahat. Itu semua karena rasa cintanya pada sang putri. Bahkan, di akhir cerita, dia rela dirinya menjadi kupu-kupu setelah bertempur mati-matian melawan penyihir jahat itu.

Well, memang bukan hanya Rozendro yang berkorban. Pengawal Putri Vanetta yang lain pun sama. Poinnya adalah, ternyata di hari itu—hari di mana Rozendro dan kawan-kawan berubah menjadi kupu-kupu—Rozendro berencana hendak melamar sang putri untuk menjadi istrinya.