Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Back To Me, Please

🇮🇩Delta_FPurba
--
chs / week
--
NOT RATINGS
14k
Views
Synopsis
AdriElla, nama yang terdiri dari Adriel dan Ella, mereka adalah sepasang kembar yang harus dihadapkan dengan kisah percintaan yang sulit. Diawali dengan double date yang ternyata membuat mereka sadar, saling membutuhkan antara satu sama lain, dan sungguh tak rela apabila harus dimiliki oleh orang lain. Apa yang akan mereka lakukan untuk selanjutnya, menanam kembali rasa itu, atau mungkin mencari tahu tentang kebenaran keyakinan mereka yang tidak sedarah. Apa pantas mereka saling cinta? Bukankah itu terlarang? Bagaimana akhir dari kisah mereka?
VIEW MORE

Chapter 1 - Awal Tentang kita

"El?" panggil Jodi dan Tia bersamaan, mereka memang sengaja melakukan hal itu agar orang yang dimaksud, marahan dan akhirnya terjadi perang dingin untuk sesaat.

"Iya?" Tentu saja, Adriel dan Ella yang memang biasa dipanggil seperti itu segera menjawab, tanpa curiga sedang dijahili oleh pacar masing-masing.

"Itu panggilanku!" seru Adriel.

"Itu panggilanku, Mr. Adtolol!" umpat Ella yang sebenarnya sedang sibuk mengerjakan tugas sekolah, begitu juga dengan Adriel.

Adriel dan Ella yang sebenarnya duduk di sudut yang berbeda pun, kini terpancing karena masalah kecil itu. Mereka bangkit dari tempat duduk masing-masing, mendekati target yang telah membuat mereka kesal satu sama lain.

"Jodi?" panggil Ella kemudian menarik tangan pacarnya itu untuk segera keluar kelas.

"Tia?" panggil Adriel tak mau kalah, ia menarik pacarnya itu menuju pojokan kelas dan mulai memperingati.

"Kenapa harus sengaja buat kita berdua berantem?" tanya Adriel kesal.

"Aku cuma ingin melihat kekompakan kalian." Seperti biasa, Tia menjawab dengan santai, tanpa peduli perasaan pacarnya. Satu hal yang ia tahu dan sangat ia yakini, Adriel akan selalu menyayangi dirinya dan akan selalu memanjakannya. So, untuk masalah seperti ini, baginya itu hanyalah persoalan sepele yang akan segera berakhir apabila dirinya mengajak Adriel belajar bersama.

Iya, mereka adalah 4 orang yang paling pintar di kelas. Mereka juga sengaja meminta pada wali kelas agar tak dibuatkan tulisan ranking dengan tujuan tidak membuat iri dan sakit hati yang dapat membuat hubungan mereka rusak.

"Kompak apanya?" kata Ella. "Kami itu tidak pernah kompak!" kesalnya pada Jodi yang selalu berkata seperti itu padanya.

"Kalian punya kekompakan, itu tadi, kalian habis berantem, berarti kompak, dong!" sahut Jodi. Ia kemudian menarik Ella untuk kembali masuk ke dalam kelas ketika melihat kedatangan Bu Via menuju kelas mereka.

Seusai kelas hari itu, mereka memutuskan untuk segera pulang. Adriel dan Ella yang masih belum berbaikan pun segera mengambil jalan masing-masing bersama pacarnya.

"Terus, siapa yang bawa motor ini?" tanya Ella ketika ia sadar motor yang selalu mereka gunakan malah ditinggal di parkiran.

"Aku mau naik mobil sama Tia! Kamu aja yang bawa, Jodi juga punya motor, kan. Jadi sebaiknya kalian bawa motor masing-masing biar lebih romantis!" ledek Adriel kemudian berlari dan masuk ke dalam mobil Tia.

"Dasar, manusia tidak tau diri, bisanya nebeng mulu! Tau diri sedikit, Bang!" umpat Ella kesal, walau itu tak berarti, karena mobilnya tengah melaju meninggalkan mereka yang sedang bingung dan sedih. Ella yang selalu mengalah untuk semua yang terjadi, sekalipun abangnya itu sudah sangat bersalah, ia tetap akan memilih mengalah atas nama kebaikan.

"Jo, maafin aku, kita nggak bisa barengan lagi pulangnya, lain kali aku akan membuatnya yang akan membawa motor ini kalau kami lagi ada masalah. Ok?"

"El, sebenarnya udah beribu-ribu kali aku dengar kalimat itu, tapi apa, abang kamu itu selalu aja gagalin rencana kita. Aku sebenarnya udah capek, dia terlalu mengekang kamu dalam hal apapun!" kesal Jodi. Ia tahu maksud Adriel meninggalkan motornya di sana, agar dirinya dan Ella tak berada duduk di atas satu motor.

"Ok." Ella segera berlalu dari hadapan Jodi, ketika mereka ada masalah, sungguh lebih baik jika mereka segera berjalan masing-masing.

"Tapi aku nggak apa-apa, kok. Kita ke rumah kamu sekarang, aku antar kamu pulang, ya walau dengan motor masing-masing," kata Jodi, pada akhirnya dia mengalah.

Setibanya di rumah, Ella melihat Adriel dan Tia yang tengah makan bersama. Ia semakin kesal ketika tahu semua makanan telah tak bersisa.

"Kamu masakin aja sendiri, masa cowok kamu berkunjung, kamunya malah malas-malasan." Adriel kemudian meninggalkan Ella dengan piring kotor di atas meja makan.

"Mr. Adtolol! Argh! Aku ingin sekali membunuhnya!" teriak Ella kesal dan hampir menangis, beruntung Jodi segera mengumpulkan piring itu dan berbagi tugas dengan Ella.

"Kamu yang nyuci piring?" tanya Ella.

"Seperti biasa, El. Udah sana, masak."

Setelah memasak, bau masakan itu tentu saja sampai ke indra penciuman Adriel. Ia dengan senyum jahilnya segera pamit dari samping Tia, mendekat ke arah dapur dan melihat beragam masakan yang sudah tersaji di atas meja.

"Enak pasti," gumamnya kemudian duduk dengan sopan. Meraih satu piring yang sebenarnya sudah disiapkan hanya untuk Ella dan Jodi.

"Awas, jauhkan tanganmu dari masakanku! Dasar, manusia rakus, jahat!" umpat Ella. Ia menepis tangan Adriel dengan kasar, lalu menjemput Jodi dari wastafel untuk segera duduk bersama-sama dengannya.

"Sana, pergilah, lihat pacarmu, apa dia tidak sedih telah kau tinggalkan?" usir Ella.

"Apa kau tidak ingin berbagi denganku? Kau bahkan tega membuatku sedih di hadapan Tia, kau tau konsekuensinya kalau kami sampai berpisah, kalian akan selalu aku ganggu," ancam Adriel.

Ella yang sangat polos pun tak mau itu terjadi. Ia segera mengambil sepiring untuk bagian abangnya itu, "Nah, pergilah sana, kami mau makan. Kau tau kan, besarnya dosa orang yang mengganggu acara makan?" usir Ella, lagi, setelah Jodi kembali mengambilkan satu piring yang bersih.

'Makan yang lahap, Adik!' batin Adriel, lalu pergi dari sana. Ia tak lagi tega membuat adiknya itu sedih, sungguh. Sudah cukup baginya sedari pagi membuat Ella kecewa dan marah padanya, ia masih membutuhkan adik kecilnya itu untuk hari esok, tentunya untuk jadi babu kesehariannya.

"Jangan lupa sediain cemilan setelah ini, kalau di kulkas udah habis, belikan ke minimarket, sana pergi sama Jodi."

"Dasar ..." Ella menggeram kesal, namun ia segera tersadar dengan isi kalimat abangnya itu. "Kami diperbolehkan pergi?"

"Hanya 20 menit!" kata Adriel kemudian melangkah meninggalkan mereka.

Ini kali pertama untuk Ella diberi izin pergi berdua dengan Jodi, tentu saja ia senang. Ia segera makan dengan cepat, merapikan isi rumah lalu mengambil uang di tempat biasa.

"Kami pamit ya, Bang. Kalian mau dibeliin apa?" tanya Ella bahagia.

"Udah, nggak usah lagi, kamu nggak lihat ini banyak cemilan?" Adriel menunjukkan beberapa belanjaan yang sudah berada di atas meja.

"Loh, kenapa bisa? Kalian pergi sendiri? Kenapa nggak bilang-bilang?" ketus Ella sambil menghentakkan kakinya.

"Aku kasihan sama kamu, El. Aku mintain supir pribadi tadi buat anterin ini. Kalian lanjut belajar bareng aja sekarang," jelas Tia yang tentu saja membuat Ella sedih.

Lagi-lagi kesempatannya untuk merasakan jalan berdua dengan Jodi berakhir. Sepasang manusia ini seperti sengaja membuat mereka merasa terluka.

"Udah, nggak apa-apa, El. Ayo, kita belajar di depan," ajak Jodi sambil membawa beberapa bungkus cemilan untuk mereka lahap ketika sudah lelah nanti.

Mereka juga ditempatkan untuk belajar di depan, supaya lokasinya mudah terjangkau oleh semua orang. Jadi, keduanya tidak mungkin akan melakukan sesuatu yang buruk, begitulah jalan pikiran Adriel dengan segala kesokpeduliannya.