Chereads / Back To Me, Please / Chapter 3 - The First

Chapter 3 - The First

"Aku hanya bercanda tadi. Kenapa malah serius membuat kontakku dengan nama seperti itu, hah?" tanya Ayu dengan gaya menantang.

"Aku hanya menuruti keinginanmu. Uhh, kau membuatku merasa bersalah. Baiklah, akan segera ku ganti," balas Ricky sambil menghapus nama Ayu dan mengetikkan nama lain.

"The first? Maksudnya apa?" seru Ayu sambil berkacak pinggang.

"Itu maksudnya kau orang pertama yang ku kenal di kampus ini. Apa masih salah?"

"Hem, tidak lagi. Ayo kita berkumpul dengan mereka, atau nanti kita akan mendapatkan hukuman lagi," ajak Ayu kemudian berlari kecil menghampiri kumpulan mahasiswa baru.

Ricky yang sebenarnya pendiam itu, merasa nyaman saat bersama Ayu. Terlebih saat mereka mendapat pembagian dalam kelas yang sama. Enam bulan mereka bersama. Ricky benar-benar yakin dengan perasaannya saat ini.

Setelah mengumpulkan niat dan perencanaan yang mantap. Ricky mengajak Ayu bertemu di taman. Berhubung hari itu adalah hari minggu, maka tidak sulit bagi Ayu untuk mendapat izin dari orangtuanya.

"Ada apa mengajakku bertemu di sini? Tidak biasanya," ujar Ayu sambil merapikan letak tas kecilnya di atas pahanya.

"Memang kenapa kalau aku mengajakmu bertemu? Ini kan hari minggu jadi bebas dari tugas kampus, jadwal kuliah dan aku tau, kau pasti sudah menyelesaikan pekerjaanmu di rumah bukan?" jawab Ricky dengan segala protesnya.

"Hemm, iya sih, tapi kan kamu tau aku nggak biasa ke luar rumah. Sudah terlalu nyaman di kamar dan ini panas sekali."

"Eh, Yu, aku ingin bertanya dong," ujar Ricky tampak gugup. Ia ingin segera menyelesaikan rencananya karena hari mulai terik.

"Mau bertanya tentang apa?"

"Apa kamu punya pacar untuk saat ini?"

"Seperti yang kamu tau, hatiku masih belum dimiliki oleh siapa pun. Kenapa? Apa kamu udah punya pacar sekarang?" Ayu balik bertanya.

"Baguslah, kalau begitu. Lalu, bagaimana selanjutnya? Apa yang harus kulakukan sekarang?" batin Ricky terlihat bingung harus mulai dari mana.

"Hei, Ky, kenapa malah diam? Ayo cerita dong, apa kita akan jalan-jalan sekarang?" Ayu bangkit dari duduknya, ia sedang mengkhawatirkan kulitnya saat ini.

Ayu bukan tipe wanita yang terlalu peduli dengan penampilan, tapi karena sangat jarang terpapar oleh matahari langsung. Kemungkinan besar, jika ia berlama-lama di bawah matahari maka kulitnya akan kering.

"Apa kau dengar apa yang ku katakan?" tanya Ricky membuat Ayu bingung. Pasalnya sedari tadi, ia tak mendengar Ricky berbicara. Jika pun iya, mungkin ia berbicara dalam hati.

"Apa maksudmu? Aku tidak mendengar apa-apa," protes Ayu sedikit tidak senang.

"Ayu, aku menyukaimu, aku mencintaimu. Sudah sejak lama rasa ini ku pendam. Sejak lama juga ingin ku sampaikan tapi tak ada waktu yang tepat untuk ini. Dan, hari ini aku benar-benar serius dan yakin. Apa pun keputusanmu akan aku terima dengan ikhlas."

Penjelasan itu terdengar terlalu panjang dan berbelit-belit. Ayu mengernyitkan dahi tampak adanya kebingungan dalam benaknya.

"Bagaimana, Yu?"

"Apanya yang bagaimana, kau bicara sangat cepat, bukah hanya kata-katamu yang berbelit-belit. Sel dalam otakku juga ikut berantakan. Huh!" keluh Ayu

"Sudah ku ingatkan berkali-kali , kalau sedang gugup biasakan merilekskan diri terlebih dahulu. Tarik nafas pelan-pelan. Jadi, orang bisa mengerti akan penjelasanmu, Ky"

Kebiasaan buruk yang selalu terbawa kemana-mana saat ia gugup, bibirnya akan berucap sangat cepat seperti rapper handal.

Terdiam sejenak, Ricky sedang memikirkan bagaimana caranya mengulang penjelasan yang tadi ia utarakan.

"Ayu, aku mencintaimu. Maukah kau menjalin hubungan denganku dengan status lebih dari sahabat?" ujar Ricky dengan mata penuh harap.

"Ehem, ehem, tampaknya kau sudah ada nyali sekarang," ledek Ayu sambil memutar rekaman dalam ponselnya.

"Haa, jadi kau merekamnya?"

"Haha. Iya, kenapa? Apa kau semakin gugup sekarang? Yeee, akhirnya aku mendapat pengakuan dari seorang Ricky. Kamu tau nggak, sudah sejak lama aku mengetahui ini. Dan, ia aku masih menunggu walau tidak terlalu berharap. Tapi yang pasti, sekarang rasanya lebih lega, jadi aku tidak perlu mengutarakan terlebih dahulu."

"Apa? Kau benar-tega ya, aku sudah berusaha untuk mengumpulkan niat dan perasaan. Sia-sia aku memendam rasa selama ini, jika ternyata kau sudah mengetahuinya lebih dulu. Uh, sial!" umpat Ricky sedikit kesal.

"Hahaha..."

"Jangan tertawa seperti itu, berikan aku jawaban."

Ayu terdiam tak tau harus berkata apa sekarang, ia tak berpikir sejauh ini.

"Kenapa bengong? Ayo dong, dijawab, biar tenang aku."

Masih terdiam hingga matahari benar-benar terasa menyengat kulitnya.

"Aduh, kulitku akan segera gosong, jika masih berlama-lama di sini. Ayo kita pergi ke tempat lain," ajak Ayu semabri menarik tangan Ricky.

"Aku tidak akan pergi sebelum kau memberikan aku jawaban terbaik. Aku rasa tidak perlu memberimu waktu yang panjang untuk memikirkan jawabannya karena selama ini kau sudah tau pasti akan perasaanku." Ricky memanyunkan bibir bawahnya hingga terlihat sangat tebal dan tampak berwarna merah.

"Dasar kamu, selalu mengancam. Eh..."

"Ayolah, berikan aku kepastian, please."

"Sudahlah, kita cari tempat berteduh dulu. Akan ku jawab di sana saja," kelit Ayu ingin memberi sedikit ruang keyakinan di hatinya sebelum membuat keputusan.

Sebenarnya ia sudah memiliki jawaban yang cukup baik, tapi ia harus benar-benar memastikan jawaban itu.

"Yu, aku rasa kamu tau akan sifatku yang tidak suka menunda-nunda waktu. Jika caramu seperti ini, keyakinan di hatiku akan mendapat penolakan darimu semakin kuat. Tapi tak apa, aku terima dengan ikhlas." Ricky bangkit dan berlalu dari hadapan Ayu.

"Astaga, aku kan tidak berniat menolaknya," batin Ayu.

"Ky, tunggu, tunggu sebentar. Dengarkan aku dulu, aku menerimamu."

"Maksudmu apa? Tolong jelaskan lebih rinci."

"Ya, aku mau jadi pacar kamu. Apa masih kurang jelas?"

"Tunggu sebentar," ucap Ricky memutar rekaman dalam ponselnya.

"Yeiii, ternyata Ayu tidak menolakku, seperti yang sudah ku duga dan dugaanku itu tidak salah. Ternyata dia juga memiliki perasaan yang sama denganku."

"Dasar kamu, bisanya menipuku saja. Sudahlah, kau sudah puaskan dengan jawabanku, sekarang aku kita tinggalkan tempat ini dan pergi ke tempat yang lebih sejuk, aku juga haus," keluh Ayu.

Tanpa protes, Ricky menuruti kemauan gadis kecil yang sudah berstatus sebagai pacarnya itu. Tak lupa, ia menggabungkan jemari mereka hingga terlihat lebih romantis.

Sebenarnya hal seperti itu sudah biasa mereka lakukan selama berteman, namun rasanya akan berbeda dengan status yang sudah berpacaran.

Walau panasnya semakin menyiksa, Ayu semakin semangat berjalan menuju tempat yang mereka ingin hampiri dengan genggaman tangan dari sang pacar.

Beberapa menit kemudian mereka tiba di sebuah mall yang cukup mewah di kota itu. Setelah saling menatap dengan senyum yang mengembang, keduanya berlarian ke dalam dengan tangan bergandengan.